Selama lebih dari 100 tahun setelah revolusi industri yang dimulai di Ingeris, Gross Domestic Product (GDP) dari negara-negara ini mengalami pertumbuhan yang pesat dan harga-harga cukup stabil.
Dari segi ini, teori Klasik dan standar-emas menepati janjinya. Namun bila kita mendalami apa yang ada di balik angka-angka makro ini, kita temui adanya dua segi dari perkonomian yang perkembangannya telah menimbulkan keresahan-keresahan sosial dan intelektual pada waktu itu. Yang pertama adalah segi distribusi pendapatan yang perkembangannya tidak seindah perkembangan GDP dan tingkat harga.
Masalah-masalah sosial yang timbul dari distribusi pendapatan dan kekayaan warga masyarakat yang semakin timpang telah mengundang reaksi yang keras dari golongan yang menyebut dirinya sebagai kaum Sosialis.
Segi yang kedua menyangkut masalah pengangguran dan Sluktuasi GDP dari tahun ke tahun. Memang benar bahwa GDP negara-negara tersebut menunjukkan dengan jelas adanya trend pertumbuhan yang pesat. Namun kalau diteliti perkembangannya dari tahun ke tahun nampak jelas pula adanya masa-masa depresi yang paralh selama kurun waktu 150 tahun tersebut di atas.
Dari waktu ke waktu produksi menciut dan buruh dipecat dan menganggur, tidak jarang untuk waktu yang cukup lama. Depresi berat yang paling akhir yang melanda dunia terjadi pada tahun 1930-an. Dibanyak negara pada waktu itu tingkat kegiatan nasional (yang diukur dengan GDP riil atau dengan harga konstan) anjlok menjadi hampir separuhnya hanya dalam waktu satu tahun saja. Banyak pabrik-pabrik yang tutup atau diciutkan dan, yang menyedihkan, banyak buruh-buruh yang dipecat dan menganggur, Banyak Pemerintah di negara-negara Barat pada waktu itu masih berpandangan "Klasik".
Mereka hampir tidak berbuat apa-apa, dengan harapan dan keyakinan bahwa sistem bebas usaha mereka (laissez faire) akan mengkoreksi diri sendiri. Ternyata koreksi otomatis tersebut tak kunjung datang, atau kalau ada sangat lambat kerjanya, sedangkan para pengannggur yang jumlahnya puluhan juta itu sudah mendekati Kelaparan karena tak berpenghasilan apapun.
Beberapa Pemeintah kemudian memutuskan untuk melakukan campur-tangan yang lebih aktif. Di tengah-tengah persimpangan jalan sejarah di dunia Barat inilah teori Keynes lahir.
Teori Yang Berasal Dari Sejarah Ekonomi |
Masalah-masalah sosial yang timbul dari distribusi pendapatan dan kekayaan warga masyarakat yang semakin timpang telah mengundang reaksi yang keras dari golongan yang menyebut dirinya sebagai kaum Sosialis.
Segi yang kedua menyangkut masalah pengangguran dan Sluktuasi GDP dari tahun ke tahun. Memang benar bahwa GDP negara-negara tersebut menunjukkan dengan jelas adanya trend pertumbuhan yang pesat. Namun kalau diteliti perkembangannya dari tahun ke tahun nampak jelas pula adanya masa-masa depresi yang paralh selama kurun waktu 150 tahun tersebut di atas.
Dari waktu ke waktu produksi menciut dan buruh dipecat dan menganggur, tidak jarang untuk waktu yang cukup lama. Depresi berat yang paling akhir yang melanda dunia terjadi pada tahun 1930-an. Dibanyak negara pada waktu itu tingkat kegiatan nasional (yang diukur dengan GDP riil atau dengan harga konstan) anjlok menjadi hampir separuhnya hanya dalam waktu satu tahun saja. Banyak pabrik-pabrik yang tutup atau diciutkan dan, yang menyedihkan, banyak buruh-buruh yang dipecat dan menganggur, Banyak Pemerintah di negara-negara Barat pada waktu itu masih berpandangan "Klasik".
Mereka hampir tidak berbuat apa-apa, dengan harapan dan keyakinan bahwa sistem bebas usaha mereka (laissez faire) akan mengkoreksi diri sendiri. Ternyata koreksi otomatis tersebut tak kunjung datang, atau kalau ada sangat lambat kerjanya, sedangkan para pengannggur yang jumlahnya puluhan juta itu sudah mendekati Kelaparan karena tak berpenghasilan apapun.
Beberapa Pemeintah kemudian memutuskan untuk melakukan campur-tangan yang lebih aktif. Di tengah-tengah persimpangan jalan sejarah di dunia Barat inilah teori Keynes lahir.
Post a Comment
Post a Comment