Belajar Teologi Perjanjian Lama

Post a Comment

Laporan Baca Buku
Judul Buku                : Teologi Perjanjian Lama
Nama Pengarang      : Walter C. Kaiser, Jr.
Nama Penerbit          : Gandum Mas
Tempat Terbit           : Malang
Tahun Terbit             : 2004
Jumlah Halaman       : 476

BAGIAN 1
DEFENISI DAN METODE
(1)
Pentingnya Defenisi Dan Metodologi
Sifat teologi Perjanjian Lama
Sifat dari teologi Perjanjian Lama dalam buku ini bukanlah semata-mata suatu teologi yang sesuai dengan keseluruhan Alkitab, itulah teologi yang digambarkan dan dimuat di dalam Alkitab (subyektif genitif) dan secara sadar berhubungan dari zaman ke zaman sebagai keseluruhan konteks asteseden sebelum, menjadi dasar bagi teologi yang menyusul pada zaman.
Metode Teologi Perjanjian Lama
Yang mencatat mengenai perjanjian Allah yang tetap konstan secara epigenetic, yaitu akumulasi materi sementara waktu terus berjalan di sekitar sebuah poros yang pasti yang menyumbangkan kepada seluruh massa yang ada. Isi dari perkataan itu adalah mengenai janji dan berkat.
Ruang lingkup teologi Perjanjian Lama
Ruang lingkup Teologi Perjanjia Lama adalah mencangkup tentang Bangsa Yahudi, sebab isi dari kitab Perjanjian Lama ini lebih membicarakan kondisi bangsa Israel terhadap hubungan mereka dengan Allah.
Motivasi untuk teologi Perjanjian Lama
Dorongan yang utama dalam menyusun teologi alkitabiah bukan karna protes terhadap teologi sitematikan. Yang menjadi dorongannya adalah melihat sejarah dalam Alkitab dengan menyusunya dengan sistematika tanpa terlepas dalam hermeneutik yang benar.

(2)
Identifikasi Inti Teologi Kanon
Permasalah yang terkait
Secara sederhana saja, masalah yang sebenarnya adalah ini: apakah ada suatu kunci untuk menyusun secara progresif dan teratur berbagai subyek, tema dan ajaran Perjanjian Lama? Dan inilah pertanyaan yang paling penting dan paling sensitive dari semua, yaitu: apakah para penulis Perjanjian Lama secara sadar mengetahui kunci semacam itu ketika mereka melanjutkan memberikan tambahan kepada alur penyataan dalam sejarah itu.
Sejarah sebagai perantara menuju pengertian
Sejarah merupakan perantara utama bagi penyataan ilahi di Perjanjian Lama. Apa yang dapat diketahui mengenai Allah, haruslah diketahui lebih dulu melalui sejarah. Tanpa suatu catatan mengenai sejarah dalam Alkitab maka para teologi tidak akan dapat memahami hubungan Allah dengan manusia. Melalui sejarah manusia bisa mengerti dan mengambil suatu pembelajaran dalam hidupnya untuk tidak mengulangi peristiwa yang terjadi pada masa lampau.
Prioritas dalam kanon untuk menemukan suatu inti
Bilamana di antara segalah keanekaragaman dalam teks di Perjanjian Lama itu terdapat suatu inti dari berondongan kegiatan ini, maka di dalam teks harus ditunjukkan bahwa inti tersebut adalah "titik awal" kanon sendiri dan di dalam teks harus ditegaskan kembali di dalam kesaksian bersama dari kanon bahwa inti itu merupakan kepeduliannya sendiri yang senantiasa hadir, pengharapan utama dan patokan tetap tentang apa yang penting dalam teologi atau merupakan keharusan dalam teologi.
Bagian-bagian penting mengenai janji dalam perjanjian lama
Tidak diragukan lagi bahwa dua tokoh yang sangat penting adalah Abraham dan Daud. Perjanjian masing-masing mereka semula dicatat di dalam Kejadian 12:1-3 dan II Samuel 7:11-16 (bdg. 1 Taw.17:10-14). Janji dan berkat Abraham segera menarik perhatian pendengar mula-mula, sebagaimana juga menarik perhatian para pembaca berikutnya, karena keagungan isinya dan pengulangan ketentuannya di dalam Kejadian 12-50. Demikian juga janji Daud menjadi harapan yang menggembirakan dalam sebagai besar tulisan para nabi dan penulis Tawarikh.



(3)
Perkembangan Garis Besar Teologi Perjanjian Lama
Periode sejarah dalam teologi perjanjian lama
Zaman sebelum bapa leluhur
Perjanjian yang menyangkut Abraham pertama kali diberikan di dalam Kejadian 12:1-3.  Kejadian tersebut menandai permulaan pemilihan Allah akan manusia yang melaluinya Allah akan membebaskan seluruh dunia jika manusia mau percaya dan juga menandai sejarah dan teologi Israel.
Zaman para bapak leluhur
Masa kehidupan Abraham, Ishak, dan Yakub merupakan satu masa tersendiri lagi dalam alur sejarah. Ketika orang yang memiliki hak  istimewa untuk menerima penyataan Allah itu melihat, mengalami dan mendengar. Kejadian 12-50 menandai sebagai periode sejarah kedua kita dalam pengembangan teologi Perjanjian Lama.
Zaman Musa
Pokok pada kitab Keluaran yaitu tindakan kasih Allah melepaskan Israel dari Mesir, kepatuhan berikutnya dari Israel terhadap sepuluh perintah Allah, teologi tentang kemah suci dan berbagai persembahan kurban, dan semacam peraturan dari perjanjian itu (Kej.21-23) bagi pemerintahan sipil.
Zaman sebelum kerajaan
Salah satu janji Allah yang dilaksanakan sepenuhnya dalam peristiwa-peristiwa sejarah dan di halaman-halaman Alkitab ialah penaklukan tanah Kanaan. Janji tentang tanah itu sebagai tempat di mana Allah akan membuat nama-Nya diam di sana waktu itu telah berumur enam abad.
Zaman Daud
Keberadaan Kej. 12:1-3 bagi zaman bapa leluhur, sama dengan keberadaan II Samuel 7 bagi zaman Daud. Empat puluh tahun pemerintahan Daud sama dengan panjangnya zaman Musa, tetapi penting kedua masa itu bagi generasi yang akan datang tak dapat disamakan.
Zaman Sastra Hikmat
Konsep kunci dari Sastra Hikmat ialah "takut akan Allah" suatu ide yang telah dimulai pada zaman bapa leluhur sebagai tanggapan dari iman yang sungguh-sungguh (Kej. 22:12; 42:18; Ayb:1:1, 8-9; 2;3).  Hal tersebut tali penghubung yang mengikat janji dan hukum menjadi suatu keindahan dan kesempurnaan dari semua kehidupan manusia saat ini.
Abad 9
Banyak pakar menempatkan Nabi Yoel dan Obaja pada abad 9 sebagai nabi yang paling mula-mula menulis. Meskipun Obaja dapat ditempatkan di mana saja di antara tiga masa yang berbeda di dalam Yoram (853-841 SM), ketika Edom memberontak melawan Yehuda bersama-sama dengan orang-orang Arab dan Filistin (II Raj.8:20:22; II Taw.21-8-10, 16-17). Demikian juga Yoel biasanya hidup pada masa Yosafat di Yehuda (835-796). Tak peduli kapan pun waktu yang pasti dari masa hidup Yoel dam Obaja, teologi mereka jelas, yaitu hari Tuhan.
Abad 8
Inti teologi Perjanjian Lama mencapai puncaknya selama abad 8. Di dalamnya termasuk karya nabi-nabi seperti Yunus, Hosea, Amos, Yesaya dan Mikha.
Abab 7
Mendekati akhir abad ke-7, muncul suksesi lain dari para nabi yang menulis, yaitu: Zefanya, Habakuk, Nahum dan Yeremia.
Kerajaan yang berkaitan dengan janji Allah: masa pembuangan
Yehezkiel dan Daniel, ketika hidup di dalam pembuangan Babel, melanjutkan untuk mempertajam lebih lagi bagaimana "Gembala yang baik" yang akan datang itu suatu saat nanti akan memerintah atas Israel yang terjadi 12 suku yang telah di persatukan kembali di kanaan.
 Kemenangan janji Allah: Masa sesudah pembuangan
Sejarah dari Ezra-Nehemia, Ester, Tawarikh, dan nubuat-nubuat dari Hagai, Zakharia, dan Maleakhi bersama-sama membentuk catatan akhir tentang penyataan Allah di dalam kanon Perjanjian Lama. Setelah bangsa Israel kembali dari pembuangan mereka membangun kembali bait Allah. Namun penulis buku mengatakan bahwa Bait Allah yang akan datang lebih berhagar dari pada Bait Salomo melalui Mesiak (Za.9:9; 14).
Hal-hal pokok di dalam setiap periode
Jika di lihat dari kitab Kejadian mengenai janji keturunan perempuan akan menang atas keturunan Iblis. Sebelum mencapai masa Abraham, firman ini diperluas di dalam ucapan berkat Nuh terhadap Sem bagi suatu bangsa secara keseluruhan atau suatu keturunan . Hal-hal pokok dalam masa sebelum bapa leluhur ini adalah "berkat", "keturunan", dan suatu bangsa yang di tengah-tengah mereka Allah "diam". Pada zaman Musa yang ditekankan mula-mula ialah Israel sebagai "anak" Allah, "anak sulung" Allah. Pada Kitab Keluaran, Allah memanggil orang-orang Israel untuk bergabung menjadi "imamat yang rajani, bangsa yang kudus" bagi-Nya. Bagi Daud, yang merupakan tema adalah dinasti ("keturunan kerajaan"), "takhta" dan "kerajaan". Bagi Salomo adalah "takuk akan Tuhan adalah permulaan hikmat".
(4)
Hubungan-Hubungan Melintasi Berbagai Zaman Sejarah Dari Tema-Tema Yang Muncul Dalam Teologi Perjanjian Lama
"Berkat" pada  zaman sebelum para bapak leluhur dan "janji" pada  zaman para bapak leluhur
Berkat Tuhan itu nyata disaat dunia ini di ciptakan di mana ada perkembangan. Dan Allah memberikan kepercayaan kepada manusia untuk memelihat dunia ini dan ini merupakan berkat Allah bagi manusia. Berkaitan dengan konsep tentang "berkat" adalah ide tentang berhasil dalam usaha atau dijadikan makmur oleh Allah.
"Janji" zaman para bapak leluhur dan "Hukum Taurat" zaman Musa
Janji tidak bertentang dengan hukum Allah karena alasan-alasannya:
1.      Baik janji maupun hukum Taurat diiprakarsi oleh Allah yang sama yang membuat perjanjian
2.      Bukanya merupakan peraturan hukum untuk memperoleh keselamatan, hukum Tuarat merupakan alat untuk memelihara persekutuan dengan Yahweh- bukan dasar membangun persekutuan itu
3.      Hukum yang sama yang meminta suatu standar hidup kudus yang sama dengan sifat Allah sendiri juga menyediakan ketentuan bagi orang yang menaatinya, yaitu dengan pengampunan dosa dan pendamaian
4.      Konteks setiap tuntutan hukum Taurat merupakan nuansa anugerah "Akulah Tuhan Allah Mu…"

BAGIAN II
MATERI UNTUK TEOLOGI PERJANJIAN LAMA
(1)
Pengantar Kepada Janji Allah: Zaman Sebelum Para Bapak Leluhur
Firman tentang penciptaan
Dunia ini bisa terciptakan melalui firman Allah. Firman Allah adalah sebuah pribadi yaitu Allah sendiri. Ia menciptakan dunia dan segalah isinya dengan memelurkan waktu selama enam hari.
Firman tentang berkat
Firman penciptaan diikuti dengan firman tentang berkat. Dengan demikian, semua makhluk di laut di udara dilimpahi dengan kemampuan untuk berkembang biak dan diberi suatu misi ilahi. Berkat yang diterima oleh manusia adalah anugerah. Dan manusia di berikan "menaklukkan" (kabas) dan "berkuasa" (radah) dengan tidak salah mengunakan tatanan yang sudah terciptakan. Manusia tidak boleh menjadi pengganggu dan menetapkan hukum pada dirinya sendiri, namun manusia harus bertanggung jawab kepada Allah yang dilakukannya.
Janji pertama: keturunan
Janji yang Tuhan berikan kepada manusia setelah manusia itu jatuh di dalam dosa bahwa keturunan perempuan itu akan meremukan kepalah ular tersebut.
Janji kedua: Allah Sem
Setelah manusia telah bertambah banyak di dunia ini kejahatan makin bertambah banyak, sehingga membuat Allah menjadi marah. Namun pada saat itu Nuh mendapatkan kasih karunia Allah untuk bisa selamat dari murkat Allah tersebut karena ia seorang yang benar dan tidak bercelah. Dan setelah penghukuman itu selesai bagi manusia, Nuh memberkati Sem menjadi tuan bagi orang-orang kanaan.
Janji ketiga: berkat bagi segalah bangsa
Ketika manusia itu bertambah banyak (Kej.11:4, 10:1-32), manusia mulai mencari "nama" atas kesombongan mereka. Allah melihat usaha membuat menara babel tidak baik, sehingga Allah mengacaukan bahasa mereka. Setelah peristiwa itu terjadi Allah berjanji kembali akan memberkati segalah bangsa melalui keturunan Abraham.
(6)
Persyaratan Dalam Janji Allah: Zaman Para Bapak Leluhur
Firman menyangkut penyataan
Penyataan Allah yang dimaksud disini adalah penyataan Allah secara khusus, Ia menampakkan diri-Nya (Kej.18:1, 16:7) kepada manusia bentuk malaikat (Teofani).
Firman tentang janji
Firman tentang janji ini di tunjukan kepada Abraham. Janji itu terdapat tiga rangkap yaitu keturunan, tanah pusaka, dan berkat bagi seluruh bangsa di bumi.
Seorang ahli waris
Ketika Yahweh menampakkan diri kepada Abraham setelah bapak leluhur itu tiba di Sikhem, firman lama tentang "keturunan" diulangi lagi kepada Abraham (Kej.12:7). Bahwa Abraham akan memiliki anak dan keturunan yang begitu banyak.
Sebuah warisan
Kejadian 15:1-21 menerapkan bahwa sang bapak leluhur mendapat firman yang berisi janji tentang negeri, tetapi ia hanya bisa mencicipi sedikit kenyataan berupa di negeri itu secara pribadi, karena kenyataan berupa ditunda sampai "keturunan keempat". Dan janji baru itu digenapi pada zaman Yosua.
Suatu warisan
Melalui keturunan Abraham bangsa-bangsa akan diberkati dengan cara yaitu iman atau percaya kepada Allah. Bila keadaan iman bapak leluhur tidak jelas, maka para bapak leluhur hanya akan menjadi pengantar berkat tanpa mewarisi secara pribadi karunia-karunia tersebut secara langsung.
Firman tentang jaminan
Dari berbagai cerita zaman para bapak leluhur, satu tema lagi muncul sebagai lain dari berkat yang dijanjikan. Tema tersebut hanyalah janji Allah: "Aku akan menyertaimu". Hal ini bisa di lihat disaat  Yakub di rumah Laban, Tuhan selalu memberkati kehidupannya.
Penguasa berdasarkan janji
Benar memang bahwa Yusuf menerima porsi dobel warisan, karena kedua anaknya diadopsi oleh Yakub, tetapi Yehuda menjadi "pemimpin" di antara saudara-saudarinya. Ruben, anak tertua, kehilangan hak kesulungannya karena ia tidak menghormati hubungan perkawinan ayahnya (Kej.35:22). Semion dan Lewi, anak kedua dan ketiga dari Yakub, terlewati karena pembalasan dendam mereka secara memalukan terhadap kaum Sikhem (34:13-29). Maka jubbah kepemimpinan jatuh terhadap Yehuda.
(7)
Bangsa Yang Memiliki Janji Allah: Zaman Musa
Anak-ku, Anak-ku Yang Sulung
Ketika bangsa Israel bebas dari tanah mesir, mereka disebut sebagai "anak sulung-Ku," itu bukanlah julukan yang tanpa pertimbangan atau hasil kegemaran berpuisi. Itu adalah bagian integral dari panggilan Allah dan tindakan-Nya membebaskan Israel dari Mesir.  Pihak lain, sebutan "anak sulung" (bekor) biasanya berarti anak yang dilahirkan pertama (Kej.25:25) atau " yang lahir terdahulu dari kandungan" (mis. Kel.13;2).
Umat-Ku, Milik-Ku
Israel bukan sekedar keluarga atau anak Allah; Israel juga telah menjadi goy , suatu "bangsa" (Kel.19:6). Namun yang menjadi masalahnya adalah disaat Allah membebaskan Israel dari tanah Mesir, apakah Allah itu tidak adil bila merusak ekonomi orang Mesir. Tujuan Allah melakukan semuanya itu adalah melakukan pengijilan bagi orang Mesir supaya mereka mengetahui Dia adalah Tuhan (Kel.8:22).
Bangsa yang kudus
Bangsa Israel adalah suatu bangsa yang dipilih oleh Allah dari bangsa-bangsa lain, untuk menjadi bangsa yang kudus karena Allah Israel adalah Allah yang kudus.
Hukum Allah
Tujuan Allah memberikan hukum bagi bangsa Israel adalah untuk menolong bangsa Israel tentang kehidupan mereka. Hukum itu terbagi 3 bagian yaitu hukum moral, hukum sipil dan hukum upacara.
(8)
Tempat Janji Zaman Sebelum Monarki
Warisan tanah perjanjian
Penulis Kitab Ulangan mengulang sebanyak enam puluh sembilan kali janji bahwa suatu saat nanti Israel akan "memiliki" dan "mewarisi" tanah yang dijanjikan kepadanya. Dalam Kitab Ulangan, tanah itu menjadi bidang fokus khusus dan yang memberikanya adalah Yahweh.
Perhentian di negeri itu
"Perhentian" ini bukan sekedar geografi. Perhentian adalah di mana kehadiran Allah berhenti (dalam penggembaran di padang gurung-Bil.10:33) atau di mana Ia tinggal (1 Taw.28:2; Mzm.132:8.  Perhentian bukan hanya sekadar memasuki dan membagi tanah itu ke semua suku; perhentian juga merupakan situasi final yang meliputi tanah perjanjian.
Tempat pilihan di negeri itu
Ulangan mengajarkan bahwa Yahweh akan memilih tempat di Kanaan setelah Ia menolong Israel untuk "mewarisi" tanah itu dan untuk memperoleh "keamanan" (Ulangan 12:10-11) dengan cara yang mirip dengan yang telah dilakukan-Nya pada masa lampau. Ia akan "membuat nama-Nya diam" di tempat yang dipilih-Nya.
Penaklukan tanah itu
Perang yang di lakukan bangsa Israel adalah "perang suci" sebab itu perangya Tuhan.  Perang itu tidak mulai bila tanpa berkonsultasi dengan Tuhan terlebih dahulu (1 Sam.28:5-6; 30:7-8). Teologi model penaklukan ini menekankan pola prioritas terhadap perintah Tuhan serta ketaatan yang olehnya firman Tuhan dilaksanakan. Jika manusia taat secara bertanggung jawab, maka Allah akan hadir dengan kuasa-Nya.
(9)
Raja Yang Dijanjikan Allah: Zaman Daud
Raja yang dijanjikan
Pada generasi Samuel tidak lebih bijak ketika mereka pun sebelum waktunya meminta seorang raja (1 Sam.8:4-6) dengan asumsi yang salah bahwa Allah tidak berdaya untuk menolong mereka sejak Samuel telah semakin tua dan anak-anaknya secara moral telah rusak (ay.1-3). Di mana bangsa Israel meminta seorang raja sama seperti bangsa-bangsa yang disekitar mereka. Sehingga Allah memilih Saul menjadi seorang raja dari suku Benyamin. Padahal janji untuk menjadi penguasa (Kej.49:10) adalah suku Yehuda hanya belum waktunya.
Ketika Saul ditolak, Tuhan mencari "seorang yang berkenan di hati-Nya" (1 Sam.13:14); dan Daud anak Isai adalah pilihan-Nya Daud mula-mula diurapi oleh nabi Samuel (1 Sam.16:13); kemudian ia diurapi sebagai raja Yehuda (II Sam.2:4); dan pengurapan terakhir adalah atas seluruh Iasrael (II Sam.2:4).
Dinasti yang dijanjikan
Setelah Daud memerintah beberapa tahun, ia mempunyai kerinduan membangun rumah untuk Allah yang biasa disebut sebagai Bait Allah. Hal itu baru bisa tercapai pembangunan Bait Allah tersebut melalui keturunannya yaitu Salomo (II Sam.7:12-13).
Kerajaan yang dijanjikan
Kerajaan Daud enam kali dinyatakan sebagai kekal (II Sam. 7:13, 16, 24, 26, 29).  Perjanjian ini adalah perjanjia bersyarat "Jika anak-anakmu berpegang pada perjanjian-Ku, dan pada peraturan-peranturan-Ku yang Kuajarkan kepada mereka, maka anak-anak mereka selama-lamanya akan duduk di atas takhtamu (Maz.132:12). Kerajaan Daud bisa menang dalam peperangan karena Allah melalui "tabut perjanjian Tuhan". Dan Fungsi dari tabut perjanjian itu adalah tempat kehadiran Yahweh.
(10)
Kehidupan di Dalam Janji Allah: Zaman Sastra Hikmat
Takut akan tuhan
Rasa takut Tuhan bukan suatu perasaan gentar karena suatu kekaguman pada sifat adikodrati Allah, melainkan merupakan hasil dari mendengar, memperhatikan dan menenggapi Firman Allah (4:10; 8:6). Di dalam Ulangan, takut Tuhan adalah "berpegang pada perintah-Nya", "hidup menurut jalan-Nya", "beribadah kepada-Nya", dan "melayani Dia" (10:20,13:4-50. Takut akan Tuhan adalah inti dari pengetahuan dan himat Allah.
Integrasi kehidupan dan kebenaran di dalam Tuhan
Bila orang menjadi takut akan Tuhan barulah ia mulai merasakan persatuan dari kebenaran, pengetahuan, dan hidup (bdg. Pkh.7:14 dan 8:14). Kehidupan ini sengaja dirancang dengan perbedaan-perbedaan yang begitu mencolok seperti kehidupan dan kematian, sukacita dan penderitaan, kemiskinan dan kekayaan sehingga setiap orang bisa menyadari bahwa tanpa hubungan dengan penyerahan total kepada Tuhan, tidak ada yang berarti dan tidak akan pernah ada.
Hikmat dari Tuhan
Hikmat tidak mungkin ada terpisah dari sumber hikmat; karena itu, hikmat tidak dapat diketahui atau diterapkan terpisah dari "takut akan Tuhan" sebab hikmat itu hanya ditemukan pada Allah. Menurut Amsal 8:12, hikmat tinggal bersama-sama dengan kecerdasan dan dengan mudah mengendalikannya.
(11)
Hari Janji Allah: Abad Kesembilan
Para nabi dan janji Allah
Janji Allah di dalam tulisan para nabi adalah rencana penyatuan tunggal yang ruang lingkup serta penggenapannya bersifat kekal, meskipun ada masa-masa mandek yang penting yang dicapai sepajang sejarah perkembangannya. Dalam kemajuannya, janji itu bersifat kumulatif. Dalam ruang lingkupnya janji tersebut bersifat nasional dan cosmopolitan, karena Israel dan semua suku, rakyat, dan bangsa dikaitkan oleh iman pada rencana yang tunggal.
Edom dan janji Allah: Obaja
Untuk pertama kalinya di dalam tulisan para nabi, kami, menjumpai frasa "hari Tuhan" di dalam Obaja. Karena kesombongan Edom (1-9) dan tindakan kejamnya terhadap Yakub adiknya (10-14), maka ia akan menerima perlakuan yang sama seperti bangsa-bangsa penyembah berhala pada hari Tuhan (15-21). Dan janji Allah dimaksud disini adalah membangun kembali kekuasaan-Nya akan melalui "penyelamat-penyelamat" manusia yang melaksanakan tugas "menghakimi" dan "memerintah", sama seperti yang mereka alami pada masa hakim-hakim. Dan Penggenapan nubaut ini, Obaja menggabung dalam satu gambaran dalam sejarah  dan dibagi menjadi masa-masa dan peristiwa-peristiwa yang berbeda.
Hari Tuhan: Yoel
Nubuat Yoel adalah bencana mengerikan berupa serangan belalang yang diikuti dengan kekeringan yang parah keduanya merupakan pertanda dari hari Tuhan yang dahsyat dan menakutkan. Meskipun sudah hampir terlambat, tetap masih ada kesempatan untuk bertobat. Akan tetapi, pertobatan itu harus penyesalan yang benar-benar dari lubuk hati atas dosa mereka dan perubahan hidup (Yl.2:12=13). Dan penghukuman bagi mereka telah berjalan (1:1-2:17) dan ternyata hukuman itu tidak berjalan lagi karena mereka mau bertobat.
(12)
Hamba Dalam Janji Allah: Abad Kedelapan
Membagun kembali pondok Daud yang roboh: Amos
Di balik malapetaka jatuhnya Samaria  ada sebuah klimaks teologis yang hebat pada kitab ini dalam 9:11-15, Allah berjanji membangun kembali pondok Daud, yang dalam kondisi bobroknya sekarang hanya dapat disamakan dengan suatu "stan yang runtuh" atau "pondok". Walaupun dinasti Daud menderita, tetapi Ia sudah menjanjikan kepada Daud bahwa rumah-Nya adalah tempat kediaman yang kekal.
Mengasihi Israel dengan umpan: Hosea
Di dalam Kitab Hosea memberikan suatu gambaran kasih Allah melalui perkawinan Hosea. Di mana Allah memperintahkan Hosea menikahi Gomer, putri Diblaim seorang perempuan sudal (1:2). Allah menyuruh Hosea melakukan semuanya itu supaya bangsa Israel mengerti keadaan mereka bangsa yang berzinah di hadapan Allah. Sebab bangsa Israel telah menjadi calon mempelai Allah, namun bangsa Israel masih menyembah berhalal. Jadi hal ini dapat diketahui bahwa, walaupun bangsa Israel tidak setia kepada Allah, namun Ia tetap setia.
Misi kepada bangsa bukan Yahudi: Yunus
Kasih karunia Allah diperluas sampai kepada tetangga-tetangga di luar bangsa Israel. Hal ini dilihat ketika Allah mengutus Yunus ke Niniwe, untuk memberitaukan kepada bangsa itu untuk bertobat, bila tidak bertobat maka jangka waktu 40 hari maka Allah murka. Namun Yunus tidak setuju penudaan hukuman tersebut. Sebab ia telah ikut bernubuat tentang perluasan batas-batas wilayah Israel pada masa pemerintahan Yerobeam (II Raj.14:25). Jadi penyelamatan orang-orang non-Yahudi bukanlah baru dalam rencana Allah.  Allah sudah melakukan sejak lama mulai dari kasus Melkisedek, orang banyak dari Mesir, Yitro, Rahab, Rut, dan hal-hal lain sejenisnya.
Penguasa Israel: Mikha
Seperti nabi sazamannya yakni Yesaya. Mikha menekankan sifat Allah yakni tak ada bandingan-Nya. Seolah-olah sudah mengetahui terlebih dahulu pelayanannya, namanya berarti "siapakah yang seperti Tuhan?". Jadi yang dimaksud penguasan Israel adalah suatu kelak Yerusalem akan jatuh dan kemudian dipulihkan kembali.
Ahli teologi tentang janji Allah: Yesaya
Yesaya adalah nabi terhebat dari semua nabi-nabi dalam Perjanjian Lama, karena pemikiran dan doktrinnya meliputi berbagai topik yang luas sama seperti panjangnya jangka waktu pelayanannya. Meskipun tulisannya dapat dibagi menjadi dua bagian, pasal 1-39 yang terutama berkisar pada hukuman dan bab 40-46 yang terutama menekankan penghiburan, kitab tersebut merupakan suatu kesatuan dengan ciri-cirinya sendiri yang berkesinambungan seperti frasa yang unik dan khusus "Yang Mahakudus.
Di Yesaya 7-11 muncul kata Imanuel hal ini di latarbelakangi Perang Siro-Efraim di mana Pekah, raja Israel, membuat persekutuan dengan Rezin, raja Aram, untuk maju melawan Ahaz, raja Yehuda, dengan maksud untuk melantik putra Tabeel sebagai raja di atas takhta Daud. Ancaman terhadap Yerusalem dan Yehuda ini dijawab oleh ajakan Yesaya kepada Ahaz untuk "percaya" kepada Allah . Tetapi Ahaz, yang merupakan orang kafir sejati, dengan alimnya menolak bantuan dari Tuhan dengan mengacu secara tak langsung pada Ulangan 6:16 tentang jangan mencobai Tuhan Allahnya.
Salah satu bagian yang paling hebat dari seluruh Perjanjian Lama adalah Yesaya 40-66. Dalam rencana umumnya, bagian tersebut di susun dalam tiap-tiap kelompok Sembilan: pasal 40-48, 49-57, dan 58-66. Dalam tiap-tiap kelompok yang terdiri dari Sembilan pesan ini yang difokuskan adalah aspek khusus dari oknum dan karya Allah. hal ini hampir merupakan pernyataan sistematis tentang teologi Perjanjian Lama sama seperti kitab Roma pada Berjanjian Baru. Langkah agungnya dimulai dengan pemberitaan tentang diri dan pekerjaan dari Yohanes Pembaptis dan terus memuncak pada hamba Tuhan yang menderita dan menang menjelang pertengahan kelompok Sembilan yang kedua. Tetapi klimaks ini kembali digantikan oleh pesan penutup tentang langit baru dan bumi.
                  Dalam masing-masing dari ketiga bagian ini terdapat tokoh utama dalam Yesaya 40-48 ialah seorang pahlawan yang akan datang dari timur untuk membebaskan Israel dari tawanan, yakni "Koresy." Penyataan tentang pahlawan ini, yang muncul tepat di tengah-tengah pemberitaan itu (44:28-45:10), merupakan tantangan yang berani terhadap para berhala atau pun dewa-dewa pada waktu itu untuk melakukan hal sama bagi bangsa Israel.
(13)
Pembaharuan Janji: Abad Ketujuh
Abad ke-7 menandai salah satu periode paling penting dalam keseluruhan sejarah bangsa Israel, karena abad itu Israel berada diambang kehancuran bangsa dan penawanan oleh bangsa Babel yang sudah lama diramalkan. Ketika Yehuda tidak mau bertobat dan Allah masih mengutus nabi-nabi untuk memperingatkan Yehuda. Pokok pemberitaan mereka adalah penghakiman Tuhan yang akan datang sebentar lagi.
Misi berikutnya kepada bangsa bukan Yahudi: Nahum
Nubuat Nahum adalah perlengkapan untuk nubuat Yunus, karena ketika Yunus memberitakan kemurahan Allah, Nahum menunjukkan barisan penghukuman tanpa belas kasihan dari Allah terhadap semua orang berdosa di seluruh dunia.  Yunus 3:10 berbicara mengenai Allah sebagai penuh kemurahan dan pengampunan, tetapi sekarang Nahum 3:1-8 menunjukkan murka Allah terhadap semua kejahatan.
Hari Tuhan: Zefanya
Zefanya melayani selama pemerintahan raja yang hebat, yakni Yosia (1:1). Secara tiba-tiba ia memulai nubuatannya dengan sebuah pengumuman tentang suatu penghukuman yang universal atas segalah-galanya di "atas muka bumi" (ay.2) dan "manusia" (ay.3). Persyaratan dan ruang lingkup dari penghukuman Tuhan yang akan datang adalah tepat sama dengan yang diberikan oleh Allah sebelum banjir zaman Nuh.
Orang benar akan hidup oleh percayalah: Habakuk
Jika Zefanya menekankan kerendahan hati dan kemiskinan rohani sebagai prasyarat untuk ambil bagian dalam manfaat persekutuan orang percaya. Habakuk menuntut iman sebagai prasyarat yang paling diperlukan. Tetapi semua ini adalah bagian dari gambaran yang sama.
Sementara Zefanya menekankan penyembahan berhala dan sinkretisme keagamaan, ketidakadilan, kejahatan, dan pemberontakan. Jadi Habakuk 2:4 percaya hanya berarti berharap tanpa bimbang pada firman Allah. Berbeda dengan watak suka menguasai dari orang jahat, orang percaya, seperti Abraham dalam Kejadian 15:6 dan Yesaya 28:16: 30:15 menaruh kepercayaan yang tak tergoyahkan kepada Allah yang sudah menjanjikan keselamatan dan datangya Manusia sesuai janji. Hidup oleh percaya sunguh-sungguh dan rendah hati seperti anak kecil pada kredibilitas berita keselamatan dari Tuhan.
Firman Tuhan: Yeremia
Inti dari teologi Perjanjian Lama dan pemberitaan Yeremia adalah pengajarannya tentang Perjanjian yang baru dalam Yeremia 31:31-34. Di susun dengan konteks "Kitab Penghiburan" (ps.30-33), pemberitaan Yeremia cocok dengan puncak yang tinggi dari Yesaya (ps.40-66). Inilah satu-satunya tempat dalam Perjanjian Lama di mana terdapat ungkapan "perjanjian baru" (3:13); akan tetapi, akan tampak bahwa konsep itu jauh lebih banyak lagi tersebar luas.
Kata "baru" dalam konteks ini akan berarti perjanjian yang "dibaharui" atau "dipulihkan" "memulihkan" bait-bait suci, mezbah-mezbah, atau kota-kota yang hancur; bahasa Ibrani hds berhubungan dengan bulan baru. Jadi perjanjian ini adalah janji lama kepada Abraham-Daud yang diperbaharui dan diperluas. Hanya perlu diperhatikan bahwa perjanjian Baru juga adalah bagian dari era mesianis! Maka di sini ada sebuah pijakan baru untuk sebuah jalan buntu lama. Perjanjian baru memang ditunjukan kepada bangsa Israel baru pada masa yang akan datang; meskipun demikian, karena hubungan khususnya dengan janji-janji masa Abraham dan Daud mengisi mereka semua, maka adalah tepat untuk berbicara mengenai keikutsertaan bangsa non-Yahudi.
           





[1] Walter C. Kaiser, Jr. Teologi Perjanjian Lama.(Malang: Gandum Emas)hlm.255.

Related Posts

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter