1. Asal-Usul Yeremia
Yeremia anak Imam Hilkiah yang tinggal di Anatot (kira-kira 2 mil sebelah utara Yerusalem).[1] Keluarga imam Hilkiah adalah keluarga yang saleh (1:1). Namanya, yang berarti 'Yahweh meninggikan' atau 'Yahweh meruntuhkan', dengan baik melambangkan baik doa orangtuanya untuk umat yang sudah putus asa itu maupun cita-cita mereka mengenai Yeremia yang muda belia. [2]
2. Pekerjaan Yeremia
Waktu Yeremia dipanggil menjadi nabi, ia masih na,ar, 1:6 (TBI 'muda'), istilah yang artinya ganda - bisa berarti masa anak-anak (Kel.2:6) atau masa belia (1 Sam. 30:17). Jika maksudnya ialah Yeremia melulu malu-malu, rendah hati, dan belum dewasa secara rohani dan sosial, maka kata itu berarti bahwa umurnya belum mencapai umur rata-rata seorang nabi. Walaupun Yeremia berasal dari keluarga imam-imam, namun Yeremia sendiri tidaklah berjabatan sebagai seorang imam.[3]Jadi dapat disimpulkan bahwa ketika ia terpanggil menjadi seorang nabi ia masih belum mempunyai pekerjaan, sebab ia tinggal sama orang tuanya.
3. Pelayanan Yeremia
Nabi Yeremia melayani di Yehuda pada masa kegelapan di zaman pemerintahan Yosia. Raja Yosia di kenal sebagai raja Yehuda yang baik, yang terakhir memerintah bangsa Israel. Tuhan memanggil dia untuk menjadi nabi-Nya, dan pelayanannya meliputi tahun-tahun awal pemerintahan Raja Yosia (627) hingga setelah jatuhnya Yerusalem (586 SM). Selama periode yang lebih dari empat puluh tahun ini, Yeremia mengalami ujian yang berat, namun ia tetap setia kepada Tuhan. Natur dari Yeremia, sang hamba Allah, terpatri kepada kitab tersebut. Ia adalah seorang sosok paradox, dan gaya hidupnya menyaksikan paradox iman. Ia hidup dalam ketegangan yang terus-menerus antara penghakiman Allah dalam bentuk pembuangan dan janji akan era baru transformasi.[4] Raja Yosia dan nabi Yeremia menjadi pasangan yang serasi dalam mengusahakan reformasi yang di tengah-tengah situasi yang dialami oleh bangsa Israel.
4. Latar Belakang Sejarah
Kekuasaan Asyur sudah goyah ketika Nabi Yeremia mulai menyatakan pesan Allah kepada Yehuda. Selama 40 tahun-sepanjang masa pemerintahan lima raja Yehuda yang terakhir - Yeremia mengingatkan tentang bencana yang akan datang. Sia-sia ia mengimbau bangsa itu agar bertobat dan kembali kepada Allah. Kematian Raja Yosia yang saleh pada tahun 609 sM menyebabkan masalah agama dan politik menjadi semakin memburuk. Yehuda terperangkap di tengah-tengah dua kekuatan dunia yang saling bertentangan: Babel di utara, dan Mesir di selatan, yang mengalami kebangkitan kembali. Babel muncul dan makin kuat, menjadi alat alat Allah untuk menghukum umat-Nya yang tidak takut akan Allah. Pada tahun 587 sM angkatan perang Nebukadnezar dari Babel menyerbu Yerusalem, menghancurkan kota itu dan membawa orang-orangnya sebagai tawanan ke pengasingan. Kepada Nabi Yeremia ditawarkan hidup enak di istana, tetapi ia memilih tinggal di Yehuda. Ketika Gedalya (gubernur yang diangkat oleh Nebukadnezar) dibunuh, orang-orang Yehuda lari ke Mesir dengan membawa Yeremia.
Yeremia bukanlah satu-satunya nabi pada zamannya. Teman-teman sezamannya, antara lain Habakuk dan Zefanya; Daniel di istana Babel; dan Yehezkiel di antara orang-orang yang buangan di Babel. Tetapi Yeremia menonjol karena ia seorang tokoh yang menyendiri; ia terasing karena firman Allah yang membuat dia semakin tidak disukai. Ia dicap sebagai penghianat karena menganjurkan orang Yehuda agar menyerah kepada Babel. Ia dipenjarakan dan sering terancam nyawanya. Namun laki-laki yang sensitive dan tidak yakin pada diri sendiri ini, tidak pernah satu kali pun mau kompromi dalam menyampaikan firman Allah. Ia tidak dapat berbuat lain daripada memberitahu nasib mengerikan yang akan menimpa bangsanya di masa depan.
Dan ia sedih karena mereka dengan keras kepala tidak mau memperhatikan peringatan dari Allah yang disampaikannya. Zaman itu zaman kegelapan; pesan-pesan Yeremia bernada suram; namun menganggap dia sebagai orang pesimis adalah tidak adil. Setelah hukuman itu, yakni setelah masa pembuangan tersebut, Allah memulihkan sukacita dan kemakmuran umat-Nya di tanah air mereka.[5]
Analisa Ayat-Ayat Penting
1:4 | Firman Tuhan datang kepada ku | Otoritas perkataan nabi |
2:2 | Pengantin | Objetif: apa artinya |
2:21 | Anggur pilihan | Pemilihan bangsa Israel |
Analisa:
Kata pengantin bila di tafsirkan secara literal mengadung makna seorang perempuan yang akan menikah kepada pasangannya. Kata "pengantin perempuan" di kenal dalam hubungan antara laki-laki dan perempuan. Kata "penganti perempuan" tertuju kepada satu orang bukan kepada kelompok atau satu bangsa. Jika pengantin perempuan tertuju kepada bangsa Israel siapa mempelai laki-lakinya? Apakah Allah yang menjadi mempelai laki-lakinya?
Dalam syair yang singkat ini umat Israel pertama-tama digambarkan secara simbolis sebagai penganti perempuan. Kiasan ini mengekspresikan hubungan yang unik antara Tuhan dan Israel. Israel menjadi milik pusakan Tuhan, sebab Tuhan sudah mengadakan perjanjian dengan mereka dan bukan dengan bangsa-bangsa lain.[6]
Allah membangun relasi dengan manusia dalam berbagai analogi di Alkitab. Salah satunya ialah relasi sebagai "penganti". Relasi ini merupakan relasi yang terintim dari segala relasi yang dapat dipahami oleh manusia.
Israel menjadi suatu bangsa Perjanjian Allah. Nabi memanggil bangsa Israel untuk mengingat kembali kepada hari-hari Musa, dimana Israel menjadi pengantin perempuan bagi Allah (2:2). Bangsa Israel harus hidup dalam ketaatan sebagaimana dahulu di Sinai. Mereka harus mencintai Allah dengan segenap hati dan jiwa dan menjauhkan ilah-ilah asing jika mereka ungin menikmati berkat di negeri yang dijanjikan oleh Allah (11). Berkat dan kutuk dari gunung Ebal dan gunung Gerizim tetap berlaku bagi Israel pada generasi Yeremia.
Tetapi Yehuda pada zaman Yeremia tidak setia kepada Allah. Dari mulai masa penaklukan sampai kepada zaman itu (zaman Yeremia), bangsa Israel hanya menjadi perempuan sudal (3:1-20), mereka meninggalkan kekasihnya dan mengikuti Baal, mereka menolak pengajaran.[7]
Objek: Umat Tuhan
Kelihatannya umat Tuhan terpandang sebagai mempelai Tuhan yang suci. Yang layak di contoh oleh bangsa-bangsa lain, sebab mereka adalah umat pilihan Allah namun kenyataannya mereka sama saja dengan bangsa lain.
Subjek: Tuhan
Bagi manusia jika ia telah dikecewakan oleh seseorang yang dia cintai pasti seseorang itu tidak akan memberikan kesempatan untuk kembali menjadi mempelainya. Apalagi seseorang yang dia cintai telah melakukan hubungan seks dengan laki-laki lain, pasti kekecewaan, amaran dan kesedihan yang berlarut-laru dan tidak mungkin ia mengampuni pengantinnya tersebut.
Bagi Tuhan sesuatu yang berbeda walaupun Ia telah di kecewakan oleh pengantin-Nya melakukan perjinahan. Tuhan selalu merindukan pengantin-Nya itu kembali kepada-Nya.
Pembelajaran Dari Kehidupan Yeremia
Nabi Yeremia adalah seorang nabi yang di panggil pada masa mudanya. Nabi Yeremia adalah seorang nabi yang menyediri, nabi yang di jauhi, nabi terasing karena firman Allah yang membuat dia semakin tidak disukai. Sebab setiap firman Allah yang ditaruh di mulutnya, ia langsung memproklamasi firman Allah tersebut kepada umat Allah tanpa ia memikirkan perasan yang mendengarkan firman yang disampaikannya.
Demikian juga dengen kehidupan kita sebagai hamba Tuhan. Jangan kita menyampaikan firman saja yang menyenakan di hati pendengar. Namun hendak menyampaikan firman Allah sesuai yang Tuhan inginkan seperti nabi Yeremia.
[1] Evendy Tobing, M.Th, Kitab Nabi-Nabi Perjanjian Lama, (Malang: Steviera Literatur, 2019). Hlm. 55
[2]Christiamity Today dkk, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, (Jakarta: LAI, 2002). Hlm.562
[3] Robert M, Paterson, Kitab Yeremia,(Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2003) Hlm. 9
[5] Dra. Ny. Yap Wei Fong dkk, Handbook to the bible,(Bandung: Yayasan kalam hidup, 2002) Hlm. 444
[6] Robert M, Paterson, Kitab Yeremia,(Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2003) Hlm. 50
[7] Evendy Tobing, M.Th, Kitab Nabi-Nabi Perjanjian Lama, (Malang: Steviera Literatur, 2019). Hlm.59
Post a Comment
Post a Comment