PENDAHULUAN
1. Latarbelakang
Relasi malaikat terhadap manusia sangat begitu penting untuk mempelajarinya. Melalui malaikat manusia juga mengetahui tentang Allah. Keberadaan malaikat dapat diketahui melalui Alkitab. Sumber pengetahuan manusia tentang malaikat hanya kembali pada Alkitab. Sebab Alkitab itu adalah suatu sumber keberadaan malaikat yang pasti dan benar. Namun disisi lain, ada juga dipihak-pihak yang lain yang tidak percaya bahwa malaikat itu ada. Dimana mereka mengambaikan keberadaan malaikat yang ada dari zaman dulu sampai sekarang.
Di dunia ini bila diperhatikan bahwa disaat manusia itu menunjukan suatu kebenaran yang pasti untuk dibuktikan. Misalnya mengenai penemuan-penemuan dalam sejarah. Dan telah diterima oleh beberapa kalangan dan seseorang tersebut telah berhasil. Dan sisi lain ada juga orang yang tidak senang bila sesamanya berhasil. Sehingga ia mencari-cari masalah untuk menjatuhkan seseorang tersebut. Demikian pula di dunia teologi, ada pihak-pihak lain yang tidak menerima keberadaan malaikat dalam perspektif Alkitab. Tujuan ini dilakukan untuk menolak secara diam-diam ajaran Alkitab. Hal ini bisa terjadi karena adanya perbedaan keyakinan satu sama lain.
Kalau diperhatikan pada zaman sekarang penyakalan Neo Ortodoks terhadap malaikat-malaikat yang sungguh ada itu telah dijawab dengan publisitas yang tersebar luas yang diberikan kepada roh-roh jahat dan kegiatan mereka. Walaupun orang-orang boleh menyangkal secara teologis adanya suatu golongan makhluk yang disebut malaikat (dan roh-roh jahat), secara praktis kegiatan para malaikat yang dilaporkan itu rupanya menyebabkan tidak mungkin untuk menolak keberadaan mereka. Jadi, di satu pihak prasangka manusia terhadap sesuatu yang adikodrat menyebabkan manusia mengesampingkan adanya malaikat-malaikat, sedangkan di pihak kegiatan yang tidak dapat dijelaskannya secara rasional menyebabkan keberadaan mereka perlu.
Setiap keputusan yang diterima seseorang dalam pribadinya tersebut pasti ada alasannya mengapa ia mengambil keputusan tersebut. Tidak mungkin seseorang tersebut mengambil suatu keputusan tersebut tanpa ada alasan dalam dirinya untuk memilih yang terbaik dalam hidupnya. Misalnya ia menolak seseorang dalam hidup, hal ini ia menolak karena ia tidak berterima dengan pribadi. Seperti tidak sesuai dengan karakternya, tidak sevisi dengan diri dan lain-lain. Demikian juga penyangkalan seseorang terhadap keberada malaikat. Ia menyangkal pasti ia mempunyai tujuan dan tujuan itu bisa secara positif dan negatif. Kebanyakan orang menyangkal Teologi Engelology adalah orang yang mempunyai maksud yang negatif. Sebab relasi malaikat dan manusia itu penting karena Alkitab yang mengajarkan. Disaat ia menolak keberadaan malaikat otomatis ia menolak Alkitab adalah inspirasi dari Allah.
2. Rumusan Masalah
a. Siapakah para malaikat?
b. Bagaimana relasi malaikat dengan manusia?
3. Tujuan Penulis
a. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Teologis Sistematis
b. Menjelaskan secara Alkitabiah kepada pembaca bahwa malaikat itu ada
c. Menjelaskan kepada pembaca mengenai malaikat supaya tidak salah paham akan keberadaan mereka
d. Menjelaskan relasi malaikat dengan manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Siapakah Para Malaikat?
Tentu setiap orang bertanya-tanya siapakah malaikat itu?. Bagaimana bentuknya dan di mana dia sekarang?. Sebab tidak semua manusia mempunyai pengetahuan tentang malaikat sebab hanya orang-orang yang belajar saja yang bisa mengetahui tentang malaikat. Oleh sebab itu, melalui makalah ini penulis menjelaskan kepada pembaca tentang malaikat dan sekaligus relasinya dengan manusia yaitu sebagai berikut:
1.1.Defenisi Malaikat
Malaikat dapat diartikan sebagai utusan Allah maupun sebagai penolong bagi manusia. Konsep mengenai malaikat sebagai penjaga pribadi dipertajam, seperti dalam kesusastraan Yahudi.[1]Malaikat dalam bahasa ibrani malak berarti "utusan", ditujukan pada utusan manusia (1 Raj.19:2) atau utusan ilahi (Kej.28:12). Jadi artinya adalah "diutus". Kata ini ditemukan di PL 103 kali. Dalam bahasa Yunani angelos artinya "utusan" muncul 175 kali di PB; namun kata yang ditunjukan untuk manusia hanya 6 kali. Malaikat disebut sebagai "putra Allah" (ayb.1:6; 38:7). Malaikat juga disebut "yang kudus" (Mzm.89:5,7) dalam arti mereka "dikhususkan atau dipisahkan" oleh Allah dan untuk Allah sebagai pelayanan dari kekudusan-Nya. Malaikan juga disebut tentara (pasukan) Surgawi (Mzm.89:6,8 1 Sam.17:45).
Para malaikat dilukiskan sebagai pembawa-pembawa pesan dari Allah untuk bapak-bapak leluhur (Kej.22:11). Dalam literature kemudian hari (setelah pembuangan), para malaikat dianggap sebagai makhuk supranatural (mungkin dipengaruhi oleh hubungan Zorosterianisme) yang diatur di hadapan Allah dalam hierarkhi.[2]
1.2.Keberadaan Malaikat
Keberadaan malaikat secara seragam disajikan di Kitab Suci. Tiga pulu empat kitab di Alkitab memberikan referensi pada malaikat (tujuh belas di PL; dan tujuh belas di PB). Kepentingan kepercayaan kepada malaikat adalah sehubungan dengan relasi malaikat dengan Kristus. Kristus telah dilayani oleh para malaikat setelah melewati pencobaan (Mat. 4:11); Ia menyembutkan tahap setelah kebangkitan dengan membandingkannya pada malaikat (Mat.22:29-30); Ia mengajarkan bahwa para malaikat akan mengumpulkan kembali bangsa Israel pada masa kedatangan-Nya yang kedua kali. Keberadaan para malaikat berkaitan dengan kredibilitas dari kesaksian Kristus.
1.3.Natur dan Atribut Malaikat
1.3.1. Malaikat adalah ciptaan
Penciptaan malaikat sering disangkal, tetapi sesungguhnya jelas Alkitab diajarkan dalam Alkitab. Walaupun waktu penciptaan malaikat tidak dapat di tentukan dengan tepat.[3]Yang penting bahwa para malaikat adalah makhluk-makhuk yang diciptakan (Maz.148:5). Ini berarti bahwa mereka tidak berkembang dari bentuk kehidupan yang lebih rendah atau lebih sederhana. Hal ini dikuatkan oleh kenyataan bahwa malaikat-malaikat itu tidak berketurunan (Mat.22:30). Ketika mereka diciptakan, mereka diciptakan sebagai malaikat-malaikat. Yang perluh diketahui bahwa pada mulanya semua malaikat diciptakan kudus. Allah menyatakan bahwa ciptaan-Nya baik (Kej.1:31). Dan disamping diciptakan kudus, semua malaikat dikelilingin oleh kekudusan. Penciptaan mereka penuh kekudusan. Suasana tempat mereka tinggal dan melayani, sebelum Setan jatuh ke dalam dosa, adalah tanpa cacat dan noda dosa.
Para malaikat adalah makhluk, bukan pencipta. Namun, mereka adalah suatu golongan mahkluk yang terpisah dan berbeda, misalnya terpisah dan berbeda dari manusia. Malaikat adalah makhluk, kekuasaan, pengetahuan, dan kegiatan mereka terbatas.
1.3.2. Malaikat diciptakan serentak
Malaikat-malaikat merupakan jumlah yang sangat besar, yang tidak dapat dihintung. Pernyataan tentang penciptaan di Kolose 1:16 menunjukan pada penciptaan malaikat yang terjadi hanya satu kali; tindakan penciptaan malaikat tidak berlangsung terus menerus. Karena malaikat tidak mampu untuk beranakcucu (Mat.22:30), jumlah mereka tidak berubah. Jumlah mereka dalam penciptaan "beribu-ribu" (Ibr.12:22). Meskipun istilah myraids(Yunani muriasin) secara harfiah berarti sepuluh ribu, namun di sini berarti "ribuan yang tidak terhitung" (Why.5:11). Pengulangan beribu-ribu di Wahyu 5:11 mengusulkan jumlah malaikat yang tidak terhitung. Beberapa banyaknya tidak dinyatakan secara pasti meskipun sementara orang mengusulkan bahwa jumlah malaikat di semesta alam ini sama dengan jumlah segenap manusia di sepanjang sejarah (mungkin dinyatakan secara tidak langsung dalam Mat.18:10). Jumlah mereka tetap, tidak bertambah ataupun berkurang.
1.3.3. Malaikat adalah roh
Malaikat dan manusia adalah makhluk yang berbeda bentuknya. Malaikat adalah makhluk yang bersifat roh. Sedangkan manusia adalah makhluk memiliki fisik atau tubuh. Oleh sebab itu yang dimaksud malaikat makhuk roh adalah makhluk yang tidak memiliki fisik atau tubuh. Meskipun malaikat dapat menyatakan diri mereka pada manusia dalam wujud tubuh manausia (Kej.18:3) mereka tetap disebut "roh" (Ibr.1:14), hal itu menunjukkan bahwa mereka tidak memiliki tubuh seperti manusia. Jadi, mereka tidak berfungsi seperti manusia dalam kaitan dengan perkawinan (Mrk. 12:25 mereka juga tidak mati (Luk.20:36).
Orang Yahudi dan bapak-bapak gereja mengenal malaikat adalah makhluk yang memiliki semacam tubuh yang ringan dan halus dan berapi-api. Namun, pada Abad Pertengahan disimpulkan bahwa malaikat-malaikat itu adalah semata-mata bersifat roh. Kecenderungan untuk menganggap malaikat-malaikat termasuk makhuk yang memiliki sejenis tubuh timbul dari anggapan bahwa tidak mungkin manusia dapat membayangkan suatu makhluk yang benar-benar tanpa tubuh. Juga, rupanya jelas bahwa para malaikat tidak berada di mana-mana dalam waktu yang sama, tetapi mereka dibatasi oleh ruangan. Bahkan kadang-kadang mereka dilihat oleh manusia. Rupanya semua ini menekankan suatu kesimpulan bahwa para malaikat tentu memiliki tubuh. Akan tetapi, dengan tegas Alkitab menyebut malaikat-malaikat dan roh-roh jahat itu roh (pneumata). Meskipun Allah adalah juga Roh, ini tidak berarti bahwa malaikat-malaikat itu bersifat tidak terbatas seperti Allah melaikan, mereka adalah roh-roh yang bersifat terbatas. Sifat roh mereka juga tidak menghalangi mereka untuk dapat menampatkan diri kepada manusia.
Biasanya mereka menampatkan diri sebagai laki-laki (walaupun mungkin perempuan-perempuan yang disebutkan dalam Zakharia 5:9 adalah malaikat). Mereka telah muncul dalam mimpi-mimpi dan penglihatan-penglihatan (Mat.1:20; Yes.6:1-8), dalam penglihatan-peglihatan surgawi mereka dilukiskan dengan ciri-ciri khas yang luar biasa yang sangat berbeda dari penampilan-penampilan seperti manusia yang lain.
1.3.4. Malaikat memiliki urutan lebih tinggi dari manusia
Malaikat bukanlah manusia-manusia yang telah mati, atau makhluk-makhluk peramah berbentuk manusia, yang menolong dalam kebutuhan hidup manusia seperti digambarkan tayangan TV.[4] Yang perluh diketahui bahwa malaikat itu pribadi. Yang membuktikan mereka adalah pribadi yaitu mereka memiliki pikiran dan kehendak. Walaupun mereka memiliki pikiran dan kekuatan lebih dari pada manusia, malaikat itu tetap memiliki keterbatasan.[5]Penulis surat Ibrani mengatakan bahwa ketika Tuhan kita menjelma menjadi manusia, Ia untuk waktu yang singkat menjadi sedikit lebih rendah daripada malaikat-malaikat (Ibr.2:7-9). Meskipun ada persoalan-persoalan yang berhubungan dengan penggunaan Mazmur 8 dalam bagian ini, rupanya jelas bahwa Penjelmaan itu menempatkan Kristus pada suatu posisi yang lebih rendah daripada para malaikat. Sebabnya ialah bahwa manusia yang diciptakan menurut gambar Allah pada dasarnya lebih rendah daripada Allah. Manusia lebih rendah daripada para malaikat karena mereka termasuk golongan makhuk yang luar biasa, yang menurut kodratnya lebih kuat daripada manusia, dan berbeda dengan manusia, mereka tidak takluk kepada kematian.[6]
Namun, malaikat memiliki keterbatasan-keterbatasan dibandingkan dengan manusia, secara khusus dalam hubungan di masa depan. Para malaikat tidak diciptakan berdasarkan gambar Allah, karena itu, mereka tidak memiliki akhir kemuliaan yang dimiliki manusia yang telah ditebus oleh Kristus. pada masa akhir, manusia yang telah ditebus akan ditinggikan di atas malaikat (1 Kor.6:3).[7]
1.4.Organisasi Malaikat
Alkitab berbicara tentang "majelis" dan "dewan" malaikat (Maz.89:6,8), tentang organisasi mereka untuk peperangan. Mereka juga diberi klasifikasi pemerintahan yang menunjukan organisasi dan penggolangan (Ef.3:10, malaikat-malaikat yang baik; Ef.6:12, malaikat-malaikat yang jahat). Tidak disangsikan bahwa Allah telah mengorganisasikan malaikat-malaikat pilihan dan Setan mengorganisasikan malaikat-malaikat yang jahat.
Dari kenyatan ini timbullah satu hal praktis yang sangat penting Para malaikat diorganisasi; roh-roh jahat diorganisasi; namun orang-orang Kristen, baik secara perseorangan maupun dalam kelompok-kelompok, sering merasa bahwa mereka tidak perlu diorganisasi. Ini benar terutama dalam hal melawan kejahatan. Kadang-kadang orang-orang percaya merasa bahwa mereka dapat berusaha sendiri-sendiri atau mengharapkan kemenangan tanpa terlebih dahulu membuat persiapan yang tertib dan terorganisir.
1.5.Pelayanan Malaikat
Manusia diciptakan Allah adalah untuk memuliakan Allah dan memeliharan ciptaan Allah. Kalau dilihat didunia nyata ini bahwa manusia mempunyai pelayanan masing-masing yang telah dipercayakan kepada dirinya. Misalnya pelayanan kepada sesamanya, pelayanan dalam komunitas dan pelayanan kepada Allah. Demikian juga dengan malaikat bahwa mereka memiliki pelayanan yang wajib dilakukan. Pelayanan para malaikat ini dilakukan terus-menerus dan tepat.[8]
a. Pelayanannya terhadap Allah
b. Pelayanannya terhadap dunia zaman-zaman baru
c. Pelayanannya terhadap Kristus
d. Pelayanannya dengan manusia
2. Relasi Malaikat Dengan Manusia
Kalau berbicara mengenai manusia adalah suatu makhluk sosial yang senantiasa membutukan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Manusia adalah ciptaan yang unik dari ciptaan yang lain. Manusia diciptakan langsung oleh satu Allah, kita semua adalah satu keturunan. Manusia diciptakan "menurut gambar dan rupa" Allah (Kej.1:26-27). Kebanyakan ahli PL setuju bahwa kata "gambar" (Ibrani:tselem) harus diartikan sebagai "gambar yang asli", sedang kata "rupa" (Ibrani:Demuth) harus diartikan turunan (fotokopi), tembusan. Jadi menurut pandanga ahli PL mengatakan bahwa manusia ada kesamaan dengan Allah.[9]Alkitab mengajarkan bahwa seluruh umat manusia adalah keturunan dari satu pasangan tunggal.[10] Walaupun manusia adalah makhluk yang sepesial, namun ia selalu membutukan sesamanya untuk menjalani kehidupannya. Manusia adalah makhluk yang harus bersandar kepada Allah, sebab tanpa Allah kehidupan manusia akan membuat manusia gagal yang dia kerjakan selama ia hidup. Walaupun manusia memiliki relasi dengan Allah, namun manusia juga memiliki relasi dengan malaikat. Memang malaikat adalah makhluk yang tidak kelihatan karena ia adalah makhluk roh. Malaikat juga memiliki relasi terhadap manusia.
2.1.Relasi kepada orang percaya
Kalau berbicara suatu relasi adalah suatu kesatuan antara dua individu yang membangun suatu hubungan. Relasi manusia dengan malaikat berbeda relasi dengan Allah. Demikian juga relasi manusia dengan sesamanya yang berbeda relasi malaikat. Dalam suatu relasi ada tindakan individu kepada individu lain sebagai bukti hubungannya dengan individu tersebut. Demikian juga dengan malaikat dengan manusia yaitu sebagai berikut:
2.1.1. Melindungi hal fisik
Di dalam (Mzm.34:8) bisa dilihat peran malaikat menolong Daud disaat ia melarikan diri terhadap Saul dan menuju ke Gat disaat itu juga ia terkenal sebagai yang mengalahkan musuhnya berlaksa-laksa. Pada saat itu ia ketakutan karena ia berada di negeri orang jangan-jangan ia akan dibunuh pada saat itu. Dalam kisahnya Daud ini bisa dilihat relasi malaikat dengan manusia "Malaikat Tuhan berkemah disekeliling orang-orang yang takut akan Dia" Daud bisa selamat secara fisik karena ada Malaikat Tuhan melindungi dirinya. Para malaikat juga menggagalkan rencana dari musuh-musuh Allah (Mzm.35:4-5). Para malaikat melindungi orang-orang yang berlindung pada Allah dari kecelakan fisik (Mzm.91:11-13).
Kalau dilihat di Perjanjian Baru bahwa malaikat juga mempunyai relasi kepada orang percaya. Bukti, bahwa malaikat memiliki relasi kepada manusia yaitu bisa dilihat disaat malaikat membebaskan para rasul dari penjara (Kis.5:19) dan Petrus dari penjara (Kis.12:7-11). Oleh sebab itu, disaat seseorang tersebut mempunyai relasi dengan Allah maka ia akan selalu mendapat perlindungan dari Allah. Melalui Allah mengutus malaikat-Nya untuk menolong umat-Nya. Disaat seseorang tersebut mempunyai relasi dengan Allah ia juga mempunyai relasi dengan ciptaan Allah yang lain seperti malaikat.
2.1.2. Pemeliharaan secara fisik
Ternyata Allah mengutus malaikat-Nya untuk memeliharan hamba-Nya secara fisik. Seperti disaat nabi Elia dalam keadaan putus asa menghadapi persoalan yang dia hadapi pada saat itu. Nabi Elia pun pada saat itu "mengingikan ia mati" karena ia tidak mampu menghadapi masalah yang dia hadapi tersebut. Namun, malaikat Tuhan datang pada saat itu dan menyediakan makanan baginya dan memberi semangat baginya pada saat itu (1 Raj.19:1-8). Melalui peristiwa yang dialami nabi Elia pada saat itu dapat mengambil suatu pembelajaran dalam kehidupan orang percaya. Bahwa Tuhan mengutus malaikat-Nya untuk memeliharan umat-Nya.
2.1.3. Mendorong seseorang
Setiap orang percaya pasti mengalami kebingungan dalam menghadapi suatu masalah terhadap pelayanannya. Hal ini dapat diketahui di saat Rasul Paulus menghadapi masalah perjalanannya menuju ke Roma. Bahwa kapal mereka terkandas karena ada angin yang kecang dan ombak yang besar. Ternyata malaikat Tuhan datang pada saat itu memberi pengertian dan pentujuk untuk tetap bertabah hati bahwa mereka akan selamat (Kis.27:23-25). Malalui peristiwa ini dapat diambil pembelajaran dalam kehidupan orang percaya. Bahwa bukti malaikat mempunyai relasi terhadap manusia yaitu ia datang untuk mendorong seseorang tersebut tetap percaya bahwa dia akan pasti bisa menghadapi masalah yang dihadapi karena ada Tuhan yang memberkati kehidupan-Nya.
2.1.4. Memberi Pentujuk
Di dalam Kisah Para Rasul 8 menjelaskan tentang pelayanan Filipus di Samaria. Bahwa orang-orang Samaria percaya akan berita Injil yang disampaikannya. Di dalam pelayanan Filipus menyampaikan Kabar Baik di Samaria, malaikat Tuhan datang kepadanya untuk bersaksi lagi kepada orang nasir Etiopia. Dan malaikat Tuhan itu memberi pentunjuk jalan yang dia harus lewati pada saat itu (Kis.8:26). Dan dapat lihat lagi pelayanan malaikat terhadap orang percaya yaitu disaat malaikat mengatur pertemuan Kornelius dan Petrus kepada orang non-Yahudi bergambung dalam komunitas orang percaya (Kis.10:3,22).
2.1.5. Menolong dalam jawaban dalam doa
Setiap doa yang disampaikan kepada Allah dengan tekun pasti Tuhan akan menjawab. Hal ini dapat dilihat di dalam (Kis.12:1-11) disaat Rasul Petrus di penjarakan. Pada saat itu jemaat Tuhan sedang mendoakan Rasul Petrus pada saat itu "jemaat dengan tekun mendoakannya kepada Allah" (ay.5). Ternyata Tuhan mengutus malaikat-Nya untuk membebaskan Rasul Petrus dalam penjara. Dengan demikian Tuhan mempunyai berbagai cara untuk menjawa setiap doa yang disampaikan kepada-Nya yaitu salah satunya adalah Ia mengutus malaikat-Nya.
2.1.6. Membawa orang percaya pulang
Malaikat juga mempunyai pelayanan juga untuk membawa orang percaya pulang ke rumah Bapa di surga. Seperti di dalam Luk.16:22 menjelaskan kematian Lazarus dan para malaikat membawa dia ke pangkuan Abraham. Ini mungkin cara Allah yang menyebabkan semua orang kudus yang mati supaya mereka ke rumah Tuhan untuk bersaman-Nya.[11]
2.2.Relasi kepada orang tidak percaya
Pada bagian ini lebih membahas keterkaitan malaikat terhadap orang-orang tidak percaya. Hal ini bisa terjadi karena manusia salah paham akan Allah. Dasar penyembab ketidakpercayaan manusia terhadap Allah karena dosa. Disaat manusia jatuh dalam dosa mereka dinyatakan mati secara rohani. Kematian rohaniah berkaitan namun juga berbeda dari kematian jasmaniah. Kematian rohaniah merupakan pemisahan seluruh dari Allah. Allah yang kudus secara sempurna sama sekali tidak dapat memandang dosa jelas merupakan halangan dalam hubungan di antara Allah dengan manusia.[12]Oleh sebab itu malaikat juga terlibat terhadap orang-orang berdosa di mana mereka juga mempunyai pelayanan bagi manusia berdosa. Dengan demikian seperti apakah relasi malaikat terhadap orang tidak percaya adalah sebagai berikut:
2.2.1. Memberitahukan dan memberi hukuman
Para malaikat telah dan akan terus terlibat dalam penerapan penghakiman atas orang tidak percaya. Para malaikat di utus oleh Allah untuk memberi hukuman bagi orang yang tidak percaya. Malaikat mampu memberi hukuman bagi manusia karena malaikat memiliki kekuatan supernatural yang diberikan Allah kepada mereka. Seperti yang terjadi kepada Sodom di mana Allah merencanakan memusnahkan seluruh penduduk karena mereka melakukan suatu kekejian bagi Tuhan. Namun, Allah tidak langsung memusnahkan penduduk Sodom, melaikan Allah mempertimbakannya terhadap Abraham. Karena dosa penduduk Sodom telah kelewatan maka mereka mendapatkan hukuman dari Allah. Dan Allah tidak langsung terlibat memusnahkan penduduk Sodom tersebut, namun Allah mengutus malaikat-Nya. Malaikat pada saat itu mereka meyakini misi mereka sebagai pembawa penghacuran bagi Sodom.[13]Dan sebelum puncak cawan penghakiman, malaikat akan mewartakan penghancuran dari kuasa dunia bersama dengan mereka yang penyembah binatang buas (Why.14:4-18).
Malaikat juga bisa mencabut nyawa seseorang atas seijin Tuhan. Malaikat tidak sebarangan melakukan otoritas untuk melakukan pekerjaan tanpa control Allah. Hal ini bisa kita lihat peristiwa Herodes Agripa yang ditanpar oleh malaikat Tuhan. Sebab Herodes Agripan ini menghujat Allah sehingga Allah mengutus malaikat-Nya untuk memberi hukuman bagi dirinya (Kis.12:23). Segalah sesuatu yang dilakukan malaikat terhadap manusia semua atas kemahatauan Allah. Malaikat tidak sebarangan melakukan pekerjaannya tanpa atas perintah Allah kepadanya. Malaikat juga adalah alat penghakiman pada akhir zaman, di mana mereka melemparkan orang tidak percaya pada perapian yang menyala-nyala (Mat.13:39-42). Melalui ayat ini kita bisa mengetahui bahwa dari semula sampai dunia akhiran malaikat terus terlibat dengan manusia.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Untuk bisa mengetahui keberadaan malaikat dengan pasti dan benar adalah kembali kepada Alkitab, memang Alkitab tidak mencatat secara lengkap keberadaan mereka. Malaikat ada karena Allah Mahapencipta yang menciptakan mereka. Allah tidak sebarangan menciptakan malaikat tanpa suatu alasan yang tepat. Ternyata Allah menciptakan malaikat adalah untuk melayani Dia dan ciptaan-Nya yang lain. Malaikat dan ciptaan Allah yang lain memiliki hubungan atau suatu relasi. Hal ini bisa diketahui melalui relasi malaikat dengan manusia yang dimulai awal mulanya bahkan sampai zaman akhirat. Malaikat dan manusia selalu ada keterkaitan satu sama lain. Malaikat bisa terlibat dengan manusia karena di dasari karna Allah. Malaikat adalah utusan Allah kepada manusia sebagai pembawa berita Allah kepada manusia dan malaikat adalah kaki tangan Allah kepada manusia. Sebab malaikat bisa melidungi manusia secara fisik dan malaikat bisa memberi hukuman bagi manusia, namun malaikat bertidak semuanya itu karena Allah.
Melalui pembahasan ini kita bisa mengetahui bahwa ternyata relasi malaikat dengan manusia adalah ada dua hal yaitu relasi malaikat dengan orang percaya dan relasi malaikat dengan orang tidak percaya kepada Allah. Relasi malaikat dengan orang percaya adalah suatu keterlibatan malaikat untuk melindungi, memelihara, mendorong seseorang untuk bertidak baik, memberi petunjuk dan sarana untuk menjawa doa manusia. Dan relasi malaikat dengan orang yang tidak percaya adalah hubungan secara negatif. Di mana malaikat bisa menjadi pelaksana yang menghukum manusia berdosa dan memperingati manusia manusia berdoa untuk bertobat. Ternyata relasi malaikat dengan manusia ada yang positif dan ada yang negatif. Jadi, tidak perlu diragukan lagi hubungan malaikat dengan manusia hal ini bisa diketahui melalui Alkitab. Sebab Alkitab yang mengajarkanya bagi manusia.
Daftar Pustaka
1. Emeritus Rylands dkk. Ensiklopedi Alkitab Masakini. (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF.2003)
2. Browning W.R.F. Kamus Alkitab. (Jakarta: gunung Mulia.2007)
3. Louis Berkhof, Teologi Sistematika Doktrin Allah,(Surabaya: Momentum.2013)
4. Cornish Riks. 5 Menit Teologi. (Bandung: Pionir Jaya, 2007)
5. Herry C. Thiessen. Teologi Sistematika.(Malang: Gandum Mas.1993)
6. Indra Ichwei G.Teologi Sistematis,(Bandung:Literatur,2010)hlm. 111
7. Enns Paul. The Moody Handbook Of Theology.(Malang: Literatur.2010)
8. Erisckson Millard J.Teologi Kriste. (Malang: Gandum Mas.2003)
9. Singgih Emanuel Gerrit. Tafsir-Tafsir Perjanjian Lama sebagai Respons Atas Perjalanan Reformasi Di Indonesia (Jakarta: Gunung Mulia. 2009)
10. C. Ryrie Charles. Teologi Dasar 1(Yogyakarta: ANDI.2014)
[1]Rylands Emeritus dkk, Ensiklopedi Alkitab Masakini,(Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 2003) Hlm.16.
[2]W.R.F. Browning,Kamus Alkitab,(Jakarta: gunung Mulia,2007) hlm.250
[3]Louis Berkhof, Teologi Sistematika Doktrin Allah,(Surabaya: Momentum, 2013)hlm.269.
[4]Riks Cornish, 5 Menit Teologi,(Bandung: Pionir Jaya, 2007)hlm.120
[5]Louis Berkhof, Teologi Sistematika Doktrin Allah,(Surabaya: Momentum, 2013)hlm.269
[6]Crarles C. Ryrie, Teologi Dasar 1,(Yogyakarta: ANDI, 2017)hlm. 174
[7]Paul Enns, The Moody Handbook Of Theology,(Malang: Literatur, 2010) hlm.353
[8]Herry C. Thiessen, Teologi Sistematika,(Malang: Gandum Mas,1993) hlm.222
[9]Ichwei G. Indra,Teologi Sistematis,(Bandung:Literatur,2010)hlm. 111
[10]Ichwei G. Indra, Teologi Sistematika,(Bandung: Yayasan Baptis Indonesia, 2003) hlm. 88
[11]Paul Enns, The Moody Handbook Of Theology,(Malang: Literatur, 2010) hlm.359
[12]Millard J. Erisckson, Teologi Kriste,(Malang: Gandum Mas, 2003) hlm.212
[13]Emanuel Gerrit Singgih, Tafsir-Tafsir Perjanjian Lama sebagai Respons Atas Perjalanan Reformasi Di Indonesia (Jakarta: Gunung Mulia, 2009) hlm. 212
Post a Comment
Post a Comment