PANDANGAN ALKITAB MENGENAI IBADAH

Post a Comment


Defenisi Ibadah
Istilah kata ibadah dalam Perjanjian Lama menyatakan sikap kepada Allah. Kata ibadah dalam bahasa Ibrani "abad"  berarti bekerja atau melayani seseorang atasan atau tuan/nyonya.  Bila bentu kata benda " abodah" yaitu ibadah atau pekerjaan seorang hamba/bawahan.[1]  Bila di perhatikan pengertian ibadah dalam konteks Perjanjian Lama merupakan suatu tindakan umat Tuhan melayani Allah secara pribadi dan kolektif. Bukti-bukti ibadah dalam Perjanjian Lama[2]yaitu:

ð  Ibadah secara pribadi (Kej. 24:26)
Melalui ayat ini menjelaskan, mengenai sikap budak Abraham disaat ia sedang berlutut dan sujud menyembah sambil memuji Tuhan. Melalui konteks ini pengertian Ibadah adalah suatu sikap menyembah dan memuji Tuhan secara pribadi.

ð  Ibadah secara kolektif (I Taw. 29:20)
Daud sedang mengajak jemaat Tuhan untuk memuji Tuhan. Pengertian Ibadah kolektif adalah suatu sikap bersama atau kelompok untuk sama-sama untuk memuji Tuhan.

Kesimpulan: Pengertian ibadah adalah suatu sikap kita di saat memuji Tuhan dengan penuh hormat kepada Allah. Memuji Tuhan tidak dibatasi oleh tempat dan waktu yang penting menyadari kepada siapa menyembah.

Latar Belakang Ibadah
Ibadah itu adalah suatu keharusan yang  dilakukan oleh manusia. Sebab ia diciptakan untuk memuliakan nama Tuhan.  Misalkan Mazmur 148-150 mengatakan bahwa semua ciptaan Tuhan harus memuji Tuhan. Sebab hanya Dia yang layak untuk di puji dan disembah. Jadi, yang melatarbekangi adanya ibadah karena hanya Allah layak di puji dan disembah. Melalui adanya ibadah baik secara pribadi, kelompok dan komunitas merupakan sarana untuk menyembah dan memuji Tuhan. Walaupun setiap zaman ada progresif dalam ibadah misalkan sebelum zaman bapak leluhur yaitu Nuh. Ia mendirikan  mezbah bagi Tuhan untuk mempersembahkan korban bagi Tuhan dan persembahan yang diberikannya bagi Tuhan merupakan korban yang harum di hadapan Tuhan (Kej.8:20-21). Jadi zaman Nuh masih bentuk mempersembahkan korban bagi Tuhan dan Zaman Musa telah berkembang bentuk ibadahnya yaitu Tabernakel. Terlebih-lebih lagi di zaman sekarang telah bagitu maju. Oleh sebab itu beribah kepada Tuhan selalu ada progresif setiap zaman. Walaupun ibadah itu selalu ada progresifnya nilai-nilai untuk memuji Tuhan tidak boleh menurun melaikan meningkat dan menyenangkan hati Tuhan.



[1]Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid I, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2002) 404.
[2]Purwanto, Liturgika, (Surabaya: STTIA, 2018) 1

Related Posts

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter