EKSEGESA: TANAH MESIR DALAM ALKITAB

Post a Comment




GEOGRAFIS

Kondisi tanah mesir

Tanah Mesir terletak diantara garis lintang 22 ° dan 32 ° N, dan gari bujur 25 ° dan 35 ° E. Bila hintung luas tanah mesir sekitar 1.001.450 kilometer persegi (386.660 sq mi). Mesir merupakan Negara yang terbesar di dunia sebab iklimnya yang ekstrem dan gersang, sebagian besar populasi terkonsentrasi di sepajang Lembah Nil yang sempit dan delta Sungai Nil.

          Tanah Mesir yang sebenarnya tidak persegi empat seperti tampak pada peta politik modern. Panjangnya 600 mil/965 km, berupa lembah sempit di utara Aswan, berakhir di delta dan lembah itu tampak bagaikan sekuntum bunga teratai pada tangkai yang melengkung; "kuncup yang kecil adalah provisi Danau Fayum.

Tanah Mesir merupakan tanah gurun . Kata "gurun" dalam bahasa Ibrani מִדְבָּר  artinya "belantara" atau "gurun" (Kel.4:27). Kalau disebut belantara merupakan tempat yang jarang sekali ada pohon-pohon atau tanaman hijau. Namun bila dilihat lebih lagi bahwa  Mesir merupakan Kmt (Kemyt) 'tanah' atau 'negeri hitam' (merujuk ke tanah subur dan hitam).[1]Karena tanah mesir terdapat sungai Nil. Dan luar jangkauan sungai Nil adalah tanah yang kering yang tidak ada tanda-tanda kehidupan yang biasa disebut sebagai padang gurun.

Kondisi Iklim

Di tanah Mesir menerima curah hujan sampai delapan inci saja setiap tahunnya, dengan bagian-bagian besar lainnya curah hujan kurang dari satu inci.  Curah hujan di sana hanya empat kali dalam setahun. Dan di tanah Mesir salah satu negera yang mempunyai tiga musim yaitu musim dingin, musim semi dan musim panas.[2]

Kondisi sungai

          Di tanah Mesir terdapat sungai yang begitu besar yaitu sungai Nil. Sungai Nil adalah sungai yang bermula di hutan hujan di Ethiopia, sebelah selatan Mesir dan mengalir ke utara ke  Laut Tengah. Di tanah Mesir satu-satunya sumber kehidupan ketika "luapan air" Sungai Nil yang terjadi setahun sekali. Jika sungai Nil itu meluap dikatakan orang 'Sungai Nil yang baik', karena berarti kemakmuran, meninggalkan endapan lumpur baru, dan airnya berlimpah bagi tanaman. Jadi dimana pun airnya mengalir, di situ tampak tanaman yang hijau dan subur, sedangkan tempat-tempat lainnya merupakan padang gurun yang kering, mati, kuning coklat dan tandus. Ternyata Sungai Nil merupakan jalan raya utama. Di seberangnya terdapat jalur-jalur perjalanan yang memotong Sinai utara menuju Palestina, dan yang melintasi lembah-lembah gurun di sebelah timur menuju Laut Merah. Sungai Nil menjadi sumber perkembangan ekonomi pertanian, sedangkan padang-padang gurun menghasilkan batu dan logam.[3]

Ternyata bagi orang Mesir sungai Nil adalah dewa karena semua kehidupan bergantung pada aliran sungai besar ini. Sekitar 750 mil yang terakhir dari Sungai Nil membagi dua daerah yang dikenal sebagai Mesir pada zaman purba. Lembah sungainya dikurung oleh tebing-tebing curam batu kapur di sebelah timur dan gurun pasir di sebelah barat. Hamparan tanah yang dapat ditanami di lembah sungai berukuran dari sekitar 25 mil sampai sekitar 150 mil lebarnya di muara sungai. [4]

Pegunungan Di Mesir

Ada dua gunung yang tertinggi di tanah Mesir yaitu Gunung Katherine (2.629 m) dan Gunung Sinai (2.285 m).[5]Namun ada beberapa pandangan mengatakan Gunung Sinai itu bukan di tanah Mesir melainkan di Arab Saudi[6]. Tapi disisi lain mengatakan bahwa tempat gunung Sinai adalah di Mesir.

HISTORIS

Sejarah Mesir seperti sejarah Sumer dan Bebel menggambarkan kekayaan selama 30 abad. Sejarah Mesir dimulai sekitar 3000 sM, ketika lembah dan delta tesebut dipersatukan dibawah kekuasaan seorang raja, segera setelah ditemukannya hieroglif.Garis panjang dari keturunan raja-raja, dianggap sebagai  kota Dewa Amun (Amon). Firaun pada saat itu disebut sebagai tonggak masyarakat, sebagai pengantara dewa-dewa dengan manusia. Dewa-dewa sering merupakan perwujudan (jasmani) dari kekuatan-kekuatan alam, atau fenomenanya (matahari, bulan) atau konsep-konsep (keteraturan yang tertib serta tepat).

Kegiatan ke agaman pada saat itu adalah masyarakat menyembah dewa-dewa besar yaitu dewa-dewa yang diharapkan memberi  berkat atas Mesir melalui upacaran-upacaran ke agamaan yang mereka lakukan.  Kalau kegiatan mereka di rumah adalah menyembah dewa kecil yang begitu sederhana yang ditaruh dalam rumah.

Dan kondisi pada masa itu ilmu sihir sangat berkembang sekali di mana ilmu sihir merupakan aspek keagamaan. Dari sisi yang positif, ilmu sihir sebagai senjata untuk menghindari pukulan-pukulan hidup.

Beriku ini beberapa uraian sejarah Mesir adalah sebagai berikut:

Zaman Hyksos

Sesudah tahun 1786 sM (yaitu akhir Dinasti XII), tampil keturunan raja baru, Dinasti XIII, yang memegang kekuasaan atas hampi tanah mesir, dan yang juga  memerintah dari pusat Memfis, yaitu Itlet-Tawy. Pada zaman itu terdapat banyak budak orang Sem di Mesir, bahkan sampai ke selatan ke Tebes.

Dinasti XIX dan Musa

Agaknya pada paroan pertama rezim Dinasti XIX telah terjadi penindasan atas bangsa Israel dan generasi Keluaran. Dapat diketahui (Keluaran 1-2) di mana penidasan bagi bangsa Israel yang begitu berlebihan.  Ternyata di zaman Dinasti XIX adalah zaman paling bersifat internasional dalam sejarah Mesir.  Sebab banyak kata pinjaman Ibrani-Kanaan menyusup ke dalam bahasa dan sastra Mesir.  Dan para pejabat Mesir bangga mempertontokan pengetahuan mereka akan bahan Kanaan. Bahkan di tanah Mesir dewa-dewa bangsa Sem (Baal, Anat Resyef, Asytoret atau Asytora) di terima di tanah Mesir. Tentu orang Ibrani hampir tak mungkin tidak mendengarkan sesuatu tentang tanah Kanaan, dan Orang Kanaan beserta ada istiadatnya ada di hadapan mereka.

Dinasti XX

Pada waktu yang tepat raja bernama Setnakht mengusir petualang orang Siria, memulihkan ketertiban dan mendirikan dinasti baru. Anaknya, Ramesses III, ialah raja Firaun Mesir yang akbar dan terakhir. Dalam decade pertama pemerintahannya (1990-1180), terjadi perpindahan bangsa-bangsa  secara besar-besaran di tanah belang daerah Laut Tengah bagian timur, dan menyapu bersih kerajaan Het yang di Asia Kecil.

Dinasti XXI

Dinasti XXI terjadi pada awal pemerintahan Salomo. Sebagai orang firaun 'merebut Gezer' dan memberikan kota itu sebagai hadiah kawin beserta anak perempuannya kepada raja Salomo, guna menciptakan persekutuan melalui ikatan perkawinan.

Dinasti Libia

Setelah raja Tanis terakhir meninggal kira-kira tahun 945 sM, seorang kepada suku Libia yang berkuasa naik takhta dalam keadaan damai dengan gelar Syesyonq demikian berdirilah Dinasti XXII. Selama dua abad sebelumnya orang-orang Libia terus-menerus menyusup ke Mesir dan membuat jumlah mereka bertambah besar, dan sudah berdinas di sana tentara sewaan. Beberapa orang Libia menjadi gubernur propinsip penuh kuasa. Dengan cepat Syesyonq menunduhkan seluruh Mesir kepada pemerintahannya yang sudah berjalan dengan baik.

          Sementara itu ia sibuk membenahi pemerintahan dalam negeri Mesir selama pemerintahannya, dalam kebijaksanaan politik luar negerinya ia mulai mengambil sikap baru dan giat menyerang. Ia memandang kerajaan Israel yang dipimpin Salomo bukan sekutu, melainkan musuh politik dan musuh perdagangannya di wilayah timurlaut.

Dinasti Etiopia
Sementara itu timbul di Nubia (Etiopia) suatu kerajaan yang diperintah oleh raja-raja yang tidak tanggung-tanggung mengikuti budaya Mesir. Waktu Sanherib raja Asyur, menyerang Hizkia, raja Yehuda, pada tahun 701 sM, Syebitku, yaitu firaun baru Etiopia yang terburu nafsu, menyuruh adiknya,Tirkaha, yang masih muda dan kurang pengalaman untuk melawan Asyur. Akibatnya suatu kekalahan yang mengerikan bagi Mesir.

Mesir, Yehuda dan Babel

Politik luar negeri dinasti XXVI (kecuali firaun Hofra yang kepala batu) menjalankan seluas-luasnya politik kekuatan berimbang di Asia Barat. Dan Mesir menganggap dirinya ahli waris Palestina, yaitu daerah milik Asyur, tapi tentaranya dikalahkan secara mutlak di Karkemis. Karena itulah Yoyakim raja Yehuda berubah dari raja taklukan Mesir menjadi taklukan Babel selama 3 tahun.

Sisah Sejarah Mesir

Selama periode 400-341 sM, para firaun asli Mesir (Dinasti XXVIII-XXX) mendapat kembali kemerdekaannya yang sangat lemah sampai mereka dibinasakan oleh Persia, yang kepadanya mereka takluk selama hanya 9 tahun, sampai Iskandar memasuki Mesir sebagai "juru pembebas" pada tahun 332 sM. Sesudah itu Meisr mula-mula menjadi kerajaan Helenis dalam pemerintahan para Ptolemeus, kemudia berteluk di kaki Roma dan Bizantina. Dari abad III M. Mesir menjadi suatu negeri utama, berpenduduk Kristen. Pada tahun 641/642 Mesir ditaklukkan oleh kaum Islam.

POLITIS

Adapun beberapa politik yang terjadi di tanah Mesir di setiap zaman adalah sebagai berikut:

Zaman Yusuf

Ketika Yusuf dilantik oleh Firaun menjadi berkuasa atas seluruh tanah Mesir. Firaun berkata kepada Yusuf bahwa hanya takhta inilah kelebihanku dari padamu. Dan juga Firaun memberikan Asnat, anak Potifera, imam di On, kepadanya menjadi istrinya (Kej.41:43-45). Hal ini menunjukan suatu politik dari Firaun karena berbicara tentang pemerintahan. Dan yang Kedua,ketika seluruh negeri itu tidak ada makanan maka mulai penduduk Mesir membeli gandum tersebut kepada Yusuf. Dan setelah habis uang di tanah Mesir, maka orang-orang Mesir memberikan ternaknya kepada Yusuf untuk membeli makanan. Dan ketika sudah habis ternak mereka dan orang-orang Mesir menyerahkan tanah mereka kepada Firaun dan seluruh tanah Mesir menjadi milik Firaun (Kej.47:20).

Zaman Musa

Ketika bangsa Israel bertambah banyak di Mesir muncul seorang pemimpin atau raja baru yang tidak mengenal Yusuf.  Ia berkata: Bangsa Israel itu sangat banyak dan lebih besar jumlahnya dari pada kita. Marilah kita bertindak dengan bijaksana terhadap mereka, supaya mereka jangan bertambak banyak lagi dan jika terus terjadi…..memerangi kita, lalu pergi (Kel.1:9-10). Ayat ini juga menunjukan suatu politik dari Firaun supaya orang-orang Israel tidak bertambah banyak dan memerangi orang Mesir. Tindakan yang dilakukan Firaun adalah ia menjadikan bangsa Israel budak dan orang Israel ditindas.

Zaman Salomo

Mesir muncul kembali dalam sejarah Alkitabiah pada zaman Daud dan Salomo. Salomo menikah dengan seorang putri firaun yang menaklukkan Gezer. Firaun memberikan kota itu kepada putrinya sebagai mas kawin (1 Raj.9:16). Tujuan Firaun memberikan Gezer kepada Salomo adalah untuk meningkatkan persekutuan antara kerajaan Israel dan Mesir.

Namun setelah raja Tanis meninggal maka Syesyonq menjadi raja pada saat itu. Setelah beberapa waktu ia menjadi raja ia memandang bahwa kerajaan Israel bukan sekutuh melainkan saingan dan musuh.

TEOLOGIS

Peran utama Mesir dalam Alkitab ialah sebagai tempat berlindung para bapak leluhur orang Ibrani terhadap bala kelaparan (Kej.12:10 dst; 42-47). Karena Mesir mempunyai sungai Nil, negeri itu makmur tanpa bergantung pada hujan di Mediterania, yang merupakan  kebutuhan sangat vital bagi Siria-Palestina.

Tanah Mesir juga sarana untuk menggenapi rencana Allah yang telah Ia sampaikan kepada Abraham. Di mana Allah berfirman: Ketahuilah dengan sesungguhnya bahwa keturunanmu akan menjadi orang asing dalam suatu negeri, yang bukan kepunyaaan mereka, dan bahwa mereka akan diperbudak dan dianiaya, empat ratus tahun lamanya (Kej.15:13). Firman Tuhan ini digenapi di Kitab Keluaran 1-2, orang Isreal di perbudak di tanah Mesir. Bila diobservasi lebih lagi mengapa Allah mengijikan umat pilihan-Nya diperbudak karena Allah mempunyai misi ilahi untuk menunjukan kekuasaaan-Nya. Hal ini dibisa diketahui adanya tulah-tulah yang ditimpahkan kepada orang Mesir. Allah melakukan semuanya itu adalah supaya bangsa-bangsa mengetahui bahwa Allah Israel adalah Allah yang benar (Kel.10:2). Dan bahkan jika bandingkan kisah Rahab perempuan sundal ketika ia mengatakanTuhan telah memberikan negeri ini kepada mu (Yosua 2:9). Ini menunjukkan ketika bangsa Israel keluar dari tanah Mesir telah tendengar berita tersebut bagi bangsa-bangsa sekitar Mesir. Jadi tanah Mesir sebagai sarana menjalankan misinya Allah.



[1]Dr. Sularso Sopater, Eksiklopedi Alkitab Masa Kini jilid II,(Jakarta: LAI, 2003) hlm.64
[2]Elaine Jackson,Perjalanan wisata Mesir Mengenal Ragam Budaya dan Geografi, (Supomo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2007)hlm.10
[3]Yap Wei Fong & dkk,Handbook to the Bible, (Bandung: Yayasan Kalam Hidup,2002) hlm.169
[4]Andrew E. Hill & John H. Walton,Survei Perjanjian Lama(Malang: Gandum Mas, 2013) 39
[5][5]Elaine Jackson,Perjalanan wisata Mesir Mengenal Ragam Budaya dan Geografi, (Supomo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2007)hlm.10


Related Posts

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter