MAKALAH KOMPARASI ANTARA LOGIKA DAN IMAN

Post a Comment


BAB I
 PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pada dasarya dalam mengenai namanya sebuah logika dan iman tidak terlepas dari diskusi di ruang pembelajaran. Tetapi sering juga di gunakan dalam khotbah dalam Gereja. Pada hakikatnya, pada saat kita mendengarkan firman Tuhan yang utama kita gunakan adalah iman.

Apakah logika dan iman bertantangan? Jika logika bertantangan iman, apakah salah satunya kita buang atau kita melepaskanya. Tentu tidakkan? sebab logika dan iman sangat-sangat penting bagi kehidupan manusia. Jika manusia tidak memiliki logika, bagaimanakah kehidupan manusia tersebut? Dan jika manusia itu tidak memiliki iman, bagimanakah juga kehidupan manusia tersebut?.

2. Tujuan Penulis
Tujuan penulisan makalah ini adalah supaya mengetahui dengan benar mengenai komparasi antara logika dan iman, sebab logika dan iman sangat perlu untuk diteliti   sebab pada realitanya banyak orang memandang bahwa logika dan iman itu tidak dapat diselaraskan sebab logika berbicara tentang kenyataan dan iman bersifat abstrak sehingga tidak dapat di pandang sebagai suatu kesatuan yang dapat dipersatukan. Dengan adanya makalah ini menjadi perkembangan wawasan-wawasan penulis dan para pembaca bagaimana logika dan iman dapat diselaraskan. Sehingga menjadi cendikiawan-cendikiawan Kristen yang semakin berkembang dalam logika dan iman percaya kepada Tuhan
.
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Logika
Sejarah Logika
Perkembangan ilmu logika tidak terlepas dari perjalanan Filsafat Yunani dan transformasion ke dalam pemikiran dalam kegiatan ilmiah.[1]Sesungguhnya. Thales (624-548 SM), filsuf Yunani pertama. Meninggalkan segala dongeng, takhayul dan ceritera-ceritera isapan jempol dan berpaling kepada akal budi untuk memecahkan rahasia alam semesta, sejak saat itulah ia meletakkan dasar-dasar berpikir logis. Aristoteles adalah bapak logika seorang sang filsuf Yunani kuno. Dia juga yang pertama yang menemukan kriteria sestematis untuk menganalisis dan mengevaluasi argumen-argumen.

Pengertian Logika
Logika berasal dari kata Yunani kunoλόγος (logos) yang berarti hasil pemikiran atau pertimbangan yang disampaikan lewat perkataan dalam bahasa yang masuk akal, logis, sesuai kenyataan dan benar kenyataannya. Ilmu logika ini melatih kemampuan kita dalam berbicara yang mengacu pada akal budi untuk mewujudkan pengetahuan yang kita peroleh dalam perilaku maupun tindakan kita yang masuk akal dan dapat diterima orang. Sehingga yang termasuk logika ini adalah sesuatu yang nyata, benar jika dibuktikan atau logis.[2]

Kata logika atau logis sangat akrab dengan kita. Kita sering berbicara tentang prosedur yang logis sebagai lawan dan proedur yang tidak logis, penjelasan yang logis sebagai lawan penjelasan yang tidak logis, pikiran yang logis sebagai lawan dan pikiran yang tidak logis, tindakan yang logis sebagai lawan dan tindakan yang tidak logis. Dalam contoh-contoh tersebut, kata logis dipakai dalam arti yang sama dengan masuk  akal, dapat dimengerti (Rafael Maan).

Lingkup Logika
Logika yang merupakan rasio manusia, yang di mana logika manusia di bagi tiga lingkup dalam berpikir yaitu sebagai berikut:
  • Memikirkan hal-hal di bawah diri manusia (alam semesta).
  • Memikirkan hal-hal di dalam diri manusia (manusia itu sendiri).
  • Memikirkan hal-hal yang lebih jauh, lebih besar dan lebih tinggi daripada diri manusia

Lingkup Logika dan Alam
Lingkup ini merupakan suatu usaha manusia untuk menyelidiki segalah yang ada di lingkungan manusia seperti Sains, matematika, fisika, zoologi, geologi dan lain-lain

Lingkup Logika dan Manusia
Lingkup ini merupakan suatu cara manusia untuk berpikir untuk mengetahui cara berpikir yang masuk ke dalam siklus itu sendiri. Artinya siklus ini tidak pernah berakhir. Dapak ketahui  gaya berpikir, rasio mempunyai keterbatasan.

Lingkup Logika dan Allah
Secara daya pikir manusia untuk menyelidiki kebenaran tentang Allah, itu mukin, karnah Allah adalah sumber segalahnya yang di mana dia pencipta rasio tersebut. Itulah sebabnya manusia tidak terlepas permohonan tentang hikmat karna Allah adalah sumber hikmat. Jadi mustahil bagi manusia untuk memikirkan akan Allah.

Unsur-unsur Logika
  • Term yaitu gagasan atau sejumlah gagasan yang terdiri dari term subjek (S), term  predikat (P), dan term antara (M).
  • Proposisi yaitu kegiatan atau perbuatan manusia dimana ia mengiakan atau mengingkari
  • Penarikan kesimpulan


Manfaat Mempelajari Logika
  • Studi logika membantu kita dalam mengembangkan kebiasaan untuk berpikir secara jelas dan kritis.
  • Studi logika membantu kita untuk mendeteksi penalaran yang salah dan tidak logis.
  • Studi logika memungkinkan kita dapat menempuh suatu displin intelektual, terutama membantu kita dalam proses penarikan  kesimpulan.
  • Studi logika melatih kita dalam teknik penentuan asumsi-asumsi dan implikasi-implikasi.
  • Studi  logika merangsang perkembangan pemikiran ilmiah dan refleksif, dan keyakinan  akan kebenaran, yang merupakan trade mark dan orang yang mencari kebenaran atau orang yang mencitai kebiksanaan. Dan lain-lain.

Pokok pembahasan Logika
Pokok-pokok pembahasan studi logika yaitu bagaimana jalan pikiran yang efetif, yang di mana memperoleh sebuah pengetahuan yang baru yang di dasarkan pengetahuan-pengetahuan yang di miliki. Yang sebagaimana dalam pembahasan logika yang sistematikan yaitu sebagai berikut:
  • Pengertian (Konsep, Ide, Term)
  • Keputusan (Pernyataan, Proposisi)
  • Penalaran (Jalan pikiran, Argumen)

Macam-macam Logika
  • Logika Vertiakal

Logika vertikal adalah penalaran dengan menggunakan Premis-premis (Alasan-alasan,dasar pemikiran) dengan menarik kesimpulah berdasarkan Kaidah tertentu.
  • Logika Lateral

Logika lateral adalah logika yang tidak dibanggun berdasarkan premis, tetapi didasarkan pada kenyataan yang ada. baru, dll.
  • Logika Material

Logika material adalah pemikiran yang berkaitan dengan kenyataan objektif, kemudian selanjutnya diperoleh kaidah-kaidah yang tetap. Logika ini menuntur kesesuain antara penyataan dengan realitas, bukan berdasarkan interpretasi.

Hukum-hukum Logika

  • Hukum non kontradiksi

Pernyataan yang sama yang dinyatakan secara bersama-sama namun memiliki arti yang tidak sama walaupun kedua pemahaman tersebut sama namun tidak bisa diterima secara bersama, contohnya saat dua orang berbicara bersamaan dan berhenti bersamaan.

  • Hukum excluded middle

Pernyataan yang menyatakan dirinya sendiri maupun bukan dirinya sendiri yang dapat dirumuskan Z atau non Z namun keduanya tidak dapat diterima kebenarannya secara bersama-sama.
Contoh ketika kita berjalan dan tidak berjalan dan kita tidak bisa menyatakan bahwa kita sedang berjalan.

  • Hukum identintas

Hukum yang menyatakan segala sesuatu tentang kepribadiannya sendiri bukan orang lain atau hanya berfokus pada dirinya sendiri, pernyataan ini dikenal dengan rumusan B adalah B bukan yang lain. Contohnya TUHAN adalah TUHAN.

2. Iman
Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia (KKBI)
Iman adalah sebuah kepercayaan, ketetapan hati dan keteguhan hati kepada Allah. Yang di mana kepercayaan itu yaitu keyakinan benar-benar percaya kepada Allah yang di dasari keteguhan batin dan keseimbangan batin.

Istilah Alkitab untuk Iman
Dalam Kitab Perjanjian lama tidak memakai kata benda untuk iman selain Emunah dalam Habakuk 2:4. Kata ini pada dasarnya berarti kesetiaan, yang dimana dipakai dalam Perjanjian baru[3]. Menurut Harun Hadiwijoyo dalam bukunya Iman Kristen berpendapat di dalam Perjanjian Lama, kata iman bersal dari kata kerja aman, yang berarti memegang teguh.[4]

Ada dua kata yang dipakai untuk iman dalam Perjanjian Baru yaitu Pistis dan Pisteusien. Pistis artinya adalah :
  • Suatu kepastian berdasarkan kepercayaan dalam diri seseorong dan pengakuannya, yang berbeda dengan pengetahuan yang berdasarkan pada penelitian pribadi.
  • Rasa percaya diri itu sendiri dimana kepercayaan seseorang bersandar, sedangkan Pisteuien menyatakan arti iman, baik iman kepada Firman Tuhan maupun

Defenisi Iman Berdasarkan Ibrani 11:1

Ibrani 11:1 memberikan defenisi tentang iman yaitu iman adalah dasar dari segalah sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segalah sesuatu yang tidak kita lihat. Iman merupakan asensi dari pengharapan kita akan masa yang akan datang.[5]Dengan istilah sederhana bahwa percaya kepada Allah untuk masa yang akan datang berdasarkan iman kepada, apa yang telah dicapai oleh Allah pada masa lampau.

Konsep Iman
Konsep iman di bedakan empat macam yaitu sebagai berikut:
  • Iman yang Benar dan Menyelamatkan yaitu suatu iman yang memiliki kedudukan dalam hati dan berakar pada hidup yang telah mengalami kelahiran baru.
  • Iman Historis yang sepenuhnya merupakan penerimaan atas kebenaran, tanpa memperhatikan tujuan moral maupun spiritual.
  • Iman Mujisat yaitu suatu kepercayaan yang ada di dalam pikiran seseorang bahwa sebuah mujisat akan dapat dilakukannya atau dilakukan atas namanya.
  • Iman Sementara yaitu percaya kepada kebenaran agama yang disertai dengan tuntunan dari hati nurani dan pengaruh perasaan tetapi tidak berakar dalam hati yang sudah mengalami kelahiran kembali.

Elemen-elemen Imam
  • Elemen Intelektual (Notitia) di dalam kaitannya dengan berbagai elemen yang menyusunnya antara lain: sifat dari pengetahuan, kepastian dari pengetahuan, ukuran dari pengetahuan.
  • Elemen Emosional (Assensus) bahwa semua itu memenuhi semua aspek penting dalam hidupnya dan sadar akan rasa tertarik yang makin dalam terhadap-Nya.
  • Elemen yang berupa sebuah keputusan yaitu kehendak untuk menentukan arah dari jiwa yang mengarah pada satu objek.


Objek Iman
  • Fide Generalis yaitu iman yang menyelamatkan dalam artian umum. Objeknya adalah seluruh wahyu Ilahi yang ada di dalam Firman Tuhan.
  • Fides Specialis yaitu iman yang menyelamatkan dalam pengertian yang lebih sempit seperti doktrin tentang keselamatan, janji-janji dll.

Iman menurut calvin
Iman adalah suatu pengetahuan yang teguh dan pasti akan kasih setia Allah kepada kita yang didasarkan pada kebenaran tentang janji yang diberikan secara bebas di dalam Kristus yang dinyatakan kepada pikiran dan dimateraikan di dalam hati kita oleh Roh Kudus.[6]


BAB III
PEMBAHASAN
1. Hubungan Iman dan Logika
Iman dan logika tidak bisa dipisahkan karna saling membutuhkan. Sebab iman sebagai. Premisnya dan logika sebagai mempertanggujawabkan iman kita kepada orang lain. Jika seseorang tidak memiliki logika, hanya menggunakan iman saja, bisa-bisa dibodohi, karna hanya percaya saja tidak dipikirkan terlebih dahuluh benar atau salah. Bila seseorang tersebut hanya menggunakan logika tanpa menggunakan iman maka orang tersebut susah untuk percaya, terutama hal-hal yang tidak  masuk akal, Contoh mujizat.

2. Hubungan antara objek Iman dan Logika
Sebagian, tetapi tidak semuanya yang diketahui melalui iman juga diketahui melalui akal dan sebagainya, tetapi tidak semua hal yang diketahui oleh akal juga diketahui melalui iman. Iman dan akal sebagiannya saling tumpang tindih.

Posisi ini membedakan tiga jenis kebenaran yaitu :
  • Kebenaran-kebanaran yang dikenal oleh iman dan tidak dikenal oleh akal.
  • Kebenaran-kebenaran yang dikenal oleh iman dan akal.
  • Kebenaran-kebenaran yang dikenal oleh akal dan tidak dikenal oleh iman.


Kebenaran-kebenaran yang hanya diterima melalui iman adalah hal-hal yang dinyatakan oleh Allah tetapi tidak dapat dipahami, ditemukan atau dibuktikan oleh akal, misalnya ajaran
tentang Tritunggal atau fakta bahwa kematian Kristus menebus dosa-dosa manusia. Kebenaran-kebenaran yang dapat diterima oleh iman dan akal adalah hal-hal yang dinyatakan Allah tetapi juga dapat dipahami, ditemukan atau dibuktikan melalui akal, misalnya eksistensi Allah yang Esa, atau hukum moral objektif atau kehidupan setelah kematian.
Kebenaran-kebenaran yang dapat diterima oleh akal tetapi tidak oleh iman adalah hal-hal yang tidak diungkapkan oleh Allah tetapi diketahui melalui akal pikiran manusia misalnya ilmu pengetahuan alam.

3. Alasan Iman dan Logika tidak pernah dapat bertentangan satu sama lain

Hanyalah kesalahan yang dapat bertentangan dengan kebenaran.
Kebenaran iman tidak dapat dipertentangkan akal pikiran manusia. Sebab suatu kebenaran  sangat jelas dengan  akal pikiran manusia. Karena kebenaran yaitu suatu kepastian yang sudah benar yang tidak dianggap salah.

Kebenaran bahwa akal pikiran manusia diberikan kemampuan untuk mengetahui tidak dapat dipertentangkan dengan kebenaran iman Kristen. Karena hal yang diberikan kepada akal pikiran manusia itu sangat jelas kelihatan kebenarannya, sehingga mustahil bagi manusia untuk menganggap kebenaran-kebenaran itu sebagai kekeliruan. Demikian pula manusia tidak boleh menganggap palsu apa yang diimaninya, karena hal ini diteguhkan oleh sesuatu yang ilahi (bukan iman manusia, melainkan objek iman yaitu Allah yang membenarkan kepastian iman itu). Oleh karena hanya kesalahan yang dapat menentang kebenaran, seperti jelas terlihat dari penelitian definisi-definisinya, maka adalah mustahil kebenaran iman itu dipertentangkan dengan prinsip-prinsip yang dapat diketahui atau dikenal oleh akal pikiran manusia.

Allah adalah satu-satunya Guru iman dan logika.
Pengetahuan mengenai prinsip-prinsip yang diketahui secara alami (proporsi-proporsi yang terbukti sendiri secara rasional) telah ditanamkan di dalam diri manusia oleh Allah, karena Allah adalah pencipta dari sifat manusia. Oleh karena itu prinsip-prinsip ini juga ada pada hikmat ilahi itu, Karena itu apapun yang bertentangan dengan prinsip-prinsip itu juga bertentangan dengan hikmat ilahi, dan oleh karena itu pasti hal-hal itu bukan berasal dari Allah. Karena itu hal-hal yang diimani sebagai perkara-perkara dari Allah tidak dapat bertentangan dengan pengetahuan alamiah manusia. Seseorang mencari kebenaran tanpa bantuan dari akal dan ia menjadi kecewa. Hal ini disuguhkan kepadanya melalui iman, dan ia menerimanya. Dan setelah menerimanya, ia mendapati bahwa hal itu memuaskan akal pikirannya.[7]

4. Relasi Iman, Rasio dan Kebenaran
Iman adalah pengembalian rasio kepada kebenaran. Iman bukan sekedar mau percaya tanpa mengetahui apa yang ia percaya. Iman bukan sekedar pengertian di dalam kotak tanpa kelanjutan apapun. Tetapi iman harus sampai pada menerima, mengakui apa yang ia mengerti. Iman bukan persetujuan rasionil, iman juga bukan sekedar ucapan mulut saja. Iman adalah penaklukan rasio kepada kebenaran.

Iman membawa rasio kepada kebenaran. Oleh karena itu, orang yang beriman rasionya tidak menjadi negative dan terikat. Orang yang beriman rasionya akan kembali kepada kebenaran yang mencipta rasio itu. Dengan definisi ini orang percaya harus belajar sungguhsungguh, kemudian berdiri dan memberikan jawaban kepada setiap orang yang mempertanyakan tentang imannya (1 Petrus 3:15). Seorang Kristen yang bertanggungjawab adalah dia yang setiap saat siap berdiri memberi jawaban dengan tegas, karena rasionya sudah tunduk kepada kebenaran dan mengerti kebenaran yang lebih besar daripada rasio itu sendiri. Kebenaran lebih besar dan lebih agung dari pada rasionya, maka rasio yang sudah tunduk itu, kini berfungsi dengan baik. Iman adalah pengembalian yaitu sebagai pengarah tetapi iman sekaligus juga sebagai penerobosan yang bersifat dinamis. Iman adalah penaklukan rasio kepada kebenaran, pengembalian rasio yang diciptakan kepada kebenaran yang mencipta. Berarti iman adalah penerobosan dari yang terbatas menuju kepada yang tidak terbatas. Di situlah seseorang menikmati hal-hal di luar rasio.
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Yudas, hamba Yesus Kristus dan saudara Yakobus, menyatakan dalam suratnya bahwa bangunlah dirimu sendiri di atas dasar imanmu yang paling suci. Mengapa ia mengatakan hal demikian? Karna harus mampu mandiri. Iman yang kita yang miliki didasari perbuatan Roh Kudus untuk menjadi iman sejati.

Untuk menyatakan suatu kebenaran akan Allah secara pikiran manusia tidak bisa dibutihkan tanpa didasari iman. Untuk mengetahui kita benar, hanya melaui iman yaitu percaya. Iman yang kita miliki bukan suatu usaha kita, melainkan hanya rahmat Tuhan. Kebenaran adalah segalah kebenaran Allah. Allah adalah sumber dari segalah yang mahatau yang benar. Kebenaran lebih beharga daripada hidup. Secara logika kebenaran itu logis. Seorang Kristen yang sejati haus dan lapar untuk mencari suatu kebenaran. Untuk memikirkan suatu yang baik yang logis didasari imanya terhadap Tuhan. Sesungguhnya dasar logika dalam teks Alkitab yaitu Filipi 4:8, jadi akhirnya saudara-saudara semua yang benar, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patu dipuji, pikirkanlah semuanya itu. jadi dari ayat ini dapat kita ketahui tujuanya yaitu untuk berpikir. Jadi bepikir itu sangat-sangat perluh untuk menyatakan apakan yang dia katakan itu logis atau tidak.

2. Saran
  • Marilah kita menggunakan logika kita yang didasari iman kita kepada Tuhan
  • Takut akan Tuhan adalah sumber dari hikmat
  • Iman dan lokika yang kita miliki harus adan namanya keseimbangan
  • Apa yang kita miliki dan terima marilah kita kembangkan dengan menggunakan pola bepiki yang efektif.




[1] Dr. Khalimi, logika, jakarta selatan: Gaung Persada, 2011, hal.6
[2] E. Sumaryono, Dasa-Dasar Logika (Yogyakarta: PT Kanisius, 1999) hlm. 71
[3] Louis Berkhof, Teologi Sistematika Doktrin Keselamatan (Surabaya: Momentum, 2006) hlm. 179-180
[4] Harun Hadiwijono, Iman Kristen (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2005) hlm. 7-8
[5] R. C. Sproul, Kebenaran-Kebenaran Dasar Iman Kristen (Malang: SAAT, 1997) hlm.244
[6] Anthony A. Hoekema, Diselamatkan oleh Anugrah (Surabaya: Momentum, 2006) hlm. 185
[7] Peter Kreeft & Ronald K. Tacelli, Pedoman Apologetik Kristen (Bandung : Yayasan Kalam Hidup, 2000) hlm. 49

Related Posts

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter