Makalah Bahan Teologi Proses

Post a Comment


Latar Belakang Historis
Sejak tahun 1963-1973 di Negara-negara Barat, ajaran teologia yang terus menerus diperbincangkan ialah Doktrin Allah. Pada tahun-tahun akhir  buku-buku telah membanjir guna membahas masalah ini. Banyak faktor  yang dapat menerangkan timbulnya persoalan ini. Di dalam dunia filsafat, apa yang disebut sebagai "filsafat analistis" menimbulkan suatu pertanyaan, mengenai kemungkinan membicarakan tentang Allah secara logis.  Filsafat ini terus menerus menanyakan apakah mungkin bahasa tentang Allah itu memiliki makna. Dan mereka terus bertaya apakah Allah itu ada atau mati.

Dalam situasi semacam ini, sekelompok teolog telah muncul untuk mencoba meneguhkan kembali doktrin Allah dalam dunia  yang skeptic. Asal usul penekanan yang baru ini, yang sebagai besar dari Amerika, yaitu disebut "teologia proses".[1] Teologi Proses ini muncul karena pandangan dari Filsuf Alfed North Whitehead (1861-1947) setelah perang dunia pertama. Ia mengatakan bahwa upaya berteologi yang lebih menekan"menjadi" atau berproses ketimbang "ada" atau sudah jadi. [2]Kemudian para Filsuf lain sepaham pandangan ini, meski terkadang pandangan mereka berbeda tetapi pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu mengagap segalah sesuatu mengalami perubahan atau berproses dan termasuk Allah juga berubah.[3] Jadi titik fokus dari teologi proses ini adalah doktrin Allah yaitu mengenai Allah yang berubah. Teologi Proses ini lebih banyak berpengaruh khususnya di Amerika Serikat.[4]

Akar pemikiran dari Teologi Proses paling lambat sudah terlihat dalam dua gerakan pemikiran pada abad ke-19 yaitu dalam filsafat Romatik Jerman (Schelling dan Hegel) dan perubahan pandangan dunia yang dicanangkan oleh teori evolusi Darwin. Kedua gerakan ini melihat perkembangan Proses, dan perubahan sebagai realitas yang terbantahkan. Selanjutnya, pemahaman ini di kembangkan oleh sejumlah filsuf dan teolog abad ke-20, antara lain Pierre Teilhard de Chardin, Henri Bergson. Yang terpenting yaitu Afred Nord Whitehead, Schubert Ogde, dan John B. Cobb Jr.

Para Penggagas (biodata singkat)
a. Alfred North Whitehead
Ia lahir di Inggris Selatan, tanggal 15 Feb 1961. Ayahnya adalah pendeta Anglikan. Whitehead menempuh pendidikan di Trinity College dan belajar matematika. Whitehead sebagai ilmuwan mempunyai 3 periode. Periode pertama, Ia mengajar matematika. Ketika di London ia juga akif dalam bidang kritik ilmu pengetahuan. Tahun 1924, Whitehead ketika berumur 36 tahun dan Ia pindah ke Harvard University di Boston, Amerika Serikat dan ia menjadi terkenal di seluruh dunia. Whitehead dalam periode yang terakhir membuat suatu sistem metafisika berdasarkan ilmu-ilmu yang dapat dibandingkan dengan sistem Leibniz, Hegel S. Alexander, dan Bergson.

Pemikirannya
Whitehead mengembangkan sistemnya di sekitar konsep bahwa dunia itu dinamis, selalu berubah, dan “sedang menjadi” mencakup “ada”.[5]Termasuk di dalamnya adalah Allah, yang juga terdiri dari aktivitas yang berubah.[6] Filsafat Proses yaitu realitas bukanlah sesuatu yang statis, tetapi terus bergerak dan berubah dalam suatu proses evolusi yang tak kunjung berhenti. Menurutnya Allah harus dilihat dalam dua sisi karena Ia adalah ”bipolar” (dua kutub).  Dua kutub tersebut yaitu kutub fisik dan kutub mental (primordial nature dan consequent nature). Jadi yang dimaksud kutub fisik adalah yang mengalami perubahan sedangkan kutub mental adalah yang tidak mengalami perubahan. Namun kedua kutub tersebut tidak bisa dipisahpookan satu sama lain.

Dalam natur fisik-Nya Allah terus menerus berada dalam proses untuk menyelamatkan dan memelihara dunia, tetapi tidak pernah selesai. Tuhan bersifat abadi dan tidak punah. Tuhan tidaklah independen, dalam arti: tidak berubah dan tak terlitas, melainkan juga berubah, dan karena itu dalam arti tertentu temporal dan ada dalam proses. [7] Ia juga berkata dalam buku (Harviem M.Connn. Teologi Kontemporer) Agama menurutnya adalah visi tentang sesuatu yang berdiri di seberang, di belakang dan segala yang ada sekarang yang terus menerus berubah; sesuatu yang nyata tetapi yang juga masih menunggu untuk dinyatakan; sesuatu yang berkemungkinan di waktu yang jauh namun merupakan fakta-fakta sekarang yang terbesar; sesuatu yang untuk memilikinya adalah hal baik.[8]

b. Charles Hartsshorne
Ia lahir di Kittaninng Pennsylvinia, Amerika pada tanggal 5 Juni 1897. Dia adalah anak dari Pendeta FC Hartshorne. Hartshorne adalah seorang tokoh filsuf Amerika yang berkonsentrasi terutama pada filsafat agama dan metafisika. Dia meninggal Pada tanggal 9 oktober 200, di Austin. [9]

Pemikirannya
Allah tidak memiliki suatu esensi yang tak berubah, tetapi bahwa Ia juga berkembang secara terus menerus berkembang dan menyempurnakan diriNya sendiri melalui pengalaman yang bertambah dan berperan serta dalam proses universal, kehidupan, serta penderitaan manusia.[10]Hartshorme mengembangkan konsep Whitehead lebih lanjut. Whitehead mengatakan bahwa "sedang menjadi" adalah salah satu sifat Allah bersamaan dengan sifat-sifat-Nya yang lain misalnya bahwa Ia ada,Ia tak terbatas dan kekal. Sedangkan Hartshorne mengatakan bahwa Allah juga terbatas dan bersifat sementara. Hartshorme mengatakan bahwa Allah adalah "proses itu sendiri" Kategori yang paling hakiki adalah "menjadi" dan bukan "yang ada".[11]

c. John Cobb
John Cobb juga merupakan seorang penganut teologi proses. Ia lahir pada tanggal 9 Februari 1925 di jepang. Dia adalah seorang teolog United Methodist Amerika yang memainkan peranan penting dalam perkembangan teologi proses. Ketika ia selesai lulus dari studinya ia mengajar di Sekolah Teologi Candler pada tahun 1958. Setelah itu ia pindah mengajar di Sekolah Claremont sampai ia pension pada tahun 1990. Ia ini adalah seorang pendiri Pusat Study Proses.  [12]

Pemikirannya
Ia melihat Allah sebagai suatu kesatuan dan pribadi yang hidup. Namun Cobb juga kembali pada teologi natural untuk pengertian yang tepat tentang Allah. Menurutnya Allah ada dalam dunia ini dan dunia ini berada di dalam Allah. “Ia menjelaskan kejahatan dalam dunia tidak berdasarkan Kejadian 3, melainkan berdasarkan proses evolusi yang mengungkapakan adanya kebangkitan dalam hidup dan nilai-nilai yang memberikan kebebasan, kesadaran diri dan penalaran. Hasilnya adalah dasar optimisme tentang kemanusiaan yang sejalan dengan liberalisme. Dengan demikian Cobb telah menolak kewibawaan Alkitab yang diyakini oleh orang kristen sebagai wahyu Allah.

Nelson Pike
Ia lahir pada tanggal 24 November 1899 dan meninggal pada tanggal 27 Mei 1969 di Nevada, Amerika. Ia merupakan kontributor utama filsafat agama dan anggota lama dari Departement Filsafat di University of California.

Pemikirannya
Pandangan Pikie bertantangan dengan Thomas Aquinas mengenai kekekalan Allah. Ia mengatakan bahwa jika Allah itu kekal maka kemahatuan-Nya akan terhapus, karena tidak ada masa depan di dalam waktu yang terbatas. Jika Allah itu kekal maka inkarnasi menuntut perubahan.

d. Schubert M. Ogden
Dia lahir pada tanggal 2 Maret 1928, di Cincinnati, Ohio. Dan meninggal tanggal 6 Juni 2019, di Louisville, Kentucky, United States, Amerika. Ogden adalah profesor teologi dan direktur Program Pasca Sarjana Studi Keagamaan di Southern Methodist University, Dallas, Texas Ia adalah murid dari Charles Hartshorne, yang telah melangkah lebih dalam kepada realitas dan sifat Allah[13].

Pemikirannya
Ia berpandangan bahwa Allah itu sebagai relative misalkan "saya" berkaitan dengan tubuh saya demikian juga dengan Allah dengan dunia. Di mana dunia ia menurutnya adalah tubuh Allah. Sebab Allah itu terlibat dengan dunia ini sehingga Ia juga ikut berproses seperti dunia yang mengalami perubahan. [14]

Pengaruh Terhadap Teologi
Pengaruh teologi proses dalam dunia teologi pada abad-20 ketika Hartshorme murid dari Alfred North Whitehead mengembangkan teologi proses di dalam dunia teologi. Dengan mengatakan bahwa  Allah itu terbatas dan bersifat sementara. Sebab Allah itu "proses itu sendiri"  Maksud Allah itu berproses adalah melalui hubungannya dengan dunia ini dimana mereka mengatakan bahwa dunia ini adalah tubuh Allah jadi Allah mempengaruhi dunia ini dan dipengaruhi dunia ini. Dan Allah dan dunia bergerak bersama-sama melintasi waktu dan pasti mengalami perubahan. Bahkan mereka mengatakan bahwa Allah itu  tidak mengetahui masa depan sebab Allah itu terikat dengan waktu sebab Ia bergerak melintasi waktu bersama dengan manusia.[15]

Hartshorme ini sangat memberikan pengaruh yang begitu besar dalam dunia teologi pada saat itu ketika ia bergambung dengan teolog-teolog radikal yang terdiri dari Norman Pittenger, Daniel Day Williams, Schubert Ogden dan John Cobb. Dan mereka memberikan jawaban mengenai Allah itu adalah "Allah yang mati" dengan memperhatikan realitas Allah yang obyektif melalui metafika rasional[16]  Mereka membuktikan semuanya itu bukan hanya berdasarkan penyataan Ilahi melainkan pengalaman dan hubungan pemikiran yang logis. Dan para teolog Proses ini menolak konsep alkitabiah mengenai Allah sebagai Oknum yang melampaui dan di atas alam semestam. Sebaliknya, bagi mereka segala sesuatu terjadi "dalam Allah". dan mereka mengatakan  Allah itu bukan Oknum melainkan sebagai suatu kuasa di balik evolusi, yang terus menerus muncul di dalam segala sesuatu dalam sejarah dan dalam alam. Dan pengaruh yang mereka berikan ini bukan hanya di Amerika saja tetapi di dunia Barat dan Jepang.

Pengaruh Terhadap Kekristenan
Para teolog proses ini mengompromikan kedaulatan Allah. Bukan Allah yang menciptakan alam semesta. Melainkan suatu proses evolusi yang terus menerus, suatu hidup bersama ketertiban dan kebebasan di mana manusia ikut berperang dalam menentukan masa depan. Jadi mereka mengatakan bahwa tidak ada Allah yang berdaulat, yang mengatur, dan membentuk sejarah dan manusia. [17]Bila pandangan ini di terima dalam komunitas Kekristenan sangan besar dampak negatifnya.  Jadi bukan Allah yang menciptakan manusia dan membentuk sejarah manusia. Maka kekristenan itu tidak akan ada karena manusia tidak butuh Allah sebab manusia bisa menentukan masa depan bukan Allah.

Analisa Kritis-Biblika terhadap pandangan teologi kontemporen
Doktrin allah
Bagi para teolog Proses mengatakan bahwa Allah itu mengalami perubahan untuk menyempurnahkan diri-Nya sebab Ia berproses.

Analisa Kritis-Biblika:
Dalam buku Teologi Dasar I menjelaskan bahwa Allah itu tetap artinya Allah tidak dapat berubah dan karena itu tidak berubah. Sebab Allah itu sempurna sehingga Allah itu tidak berubah. Maksud tidak berubah yaitu  Ia tidak bergerak atau tidak aktif, tetapi sungguh-sunguh berarti bahwa Ia tidak pernah tak tetap atau bertumbuh atau berkembang. Dan bukti dari Alkitab (Mal. 3:6 dan Yak.1:17). Namun yang menjadi problema dalam Alkitab (Kej. 6:6; Yun.3:10) perubahan dalam diri Allah. Sebenarnya kata-kata yang disampaikan dalam ayat merupakan "antropomorfisme".[18]

Bagi teolog proses mengatakan bahwa Allah itu terbatas dan bersifat sementara karena masih berproses.

Analisa Kritis-Biblika
Allah yang dijelaskan oleh Alkitab tak terbatas yang artinya tidak terikat atau terbatas. Ia tidak mungkin dibatasi oleh alam semesta atau oleh batas-batas ruang waktu. Bahkan Salomo mengakui bahwa Allah itu tidak terbatas (2 Raj.8:27).[19] Dan adalah Allah itu kekal. Sifat kekekalan berarti Allah selalu ada dan tak pernah berakhir. Keberadaan-Nya tak erujung pangkal baik ke masa silam maupun ke masa depan tanpa berhenti atau terbatas yang disebabkan oleh rangkaian peristiwa (Maz.90:2 dan Kej. 21:33). Maksudnya itu adalah Ia pribadi yang memandang masa lalu dan masa depan sejelas sekarang ini. [20]

Bagi teolog proses mengatakan bahwa bukan Allah yang menciptakan alam semesta karena alam semesta ini muncul karena evolusi.

Analisa Kritis-Biblika
Sangat jelas sekali dalam Alkitab Kej. 1:1 menjelaskan bahwa Allah yang menciptkan langit dan bumi.





[1]Dr. Harvie M.Conn, Teologi Kontemporer, (Malang: Literatur Saat, 2008) 128
[2]Jan S. Aritonan, Teologi-Teologi Kontemporer, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2018) 174
                [3] David L Smith, A Handbook Conteporarary Theology, 150-151
[4]Tony Lane, Runtut Pijar (Sejarah Pemikiran Kristiani,(Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2007) 243
                [5] Harvie M. Conn, Teologia Kontemporer,(Malang: SAAT,  ), 128         
                [6] Paul Enns, The Moody Hand Book of Theology,  237
[7]Paul Enns, The Moody HandBook of Theology, (Malang: SAAT, 2010), hal. 237.
[8]Harvie M. Conn, Teologia Kontemporer,(Malang: SAAT,  ), 130
                [10]  Paul Ens, The Moody Handbok Of Theology, 238
[11]Harvie M. Conn, Teologia Kontemporer,(Malang: SAAT,  ), 130
                [14] Paul Ens, 239
[15]Tony Lane, Runtut Pijar (Sejarah Pemikiran Kristiani,(Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2007) 244
[16]Harvie M. Conn, Teologia Kontemporer,(Malang: SAAT,  ), 130
[17]Harvie M.Conn, Teologi Kontemporer, (Malang: Literatur Saat, 2008) 133
[18]Dr. Charles C. Ryrie, Teologi Dasar I,(Yogyakarta: ANDI 2017) 53
[19][19]Dr. Charles C. Ryrie, Teologi Dasar I,(Yogyakarta: ANDI 2017) 54
[20]John M.Frame, Doktrin Pengetahuan Tentang Allah, (Malang: SAAT 2004) 231

Related Posts

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter