Makalah Teologi Proses

Post a Comment


Pendahuluan
Teologi proses adalah bagian dari teologi kontemporer yang pergerakannya mulai menonjol pada akhir 1960-an dan awal 1970-an. Telogi ini dilatar belakangi oleh konsep filsafat Yunani, khususnya Heraclitus yang hidup di masa 500 SM. Bahkan beberapa orang mengklaim bahwa teologi ini telah dimulai sejak masa Heraklitus. Hal ini menyebabkan adanya beberapa kesamaan antara pemikiran filsafat Yunani dengan apa yang dituliskan dalam teologi proses.[1] Namun demikian pergerakan ini tentu juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yang lain. Munculnya Teologia Proses merupakan respon terhadap keadaan yang skeptis terhadap keadaan saat itu. Para teolog ini mencoba menjelaskan tentang teori keberadaan Allah dan karya-Nya yang diharapkan dapat memuaskan kaum intelektual jaman itu.[2]

Tapi sayang ternyata teologi proses tidak jauh berbeda dengan teologi Allah mati karena mereka tidak menggunakan pendekatan dari sudut pandang Alkitab dalam memahami Allah, mereka justru menggunakan pendekatan filsafat.  Oleh karena itu, pandangan teologi mereka tidak berdasarkan pada Alkitab. Akibatnya, pandangan  teologi mereka telah merusak berbagai konsep dari iman kristen. Pengertian mereka tentang Allah, Alkitab dan Kristus sangat tidak sesuai dengan fakta kebenaran firman Tuhan. Alfred North Witehead merupakan pelopor teologi ini yang kemudian diikuti oleh beberapa tokoh lain, yang meski terkadang konsep mereka berbeda tetapi pada dasarnya memiliki hakikat yang sama, yaitu menganggap segala sesuatu mengalami perubahan atau berproses termasuk juga Allah.[3]

Apa Itu Teologi Proses
Paul Ens dalam bukunya menjelaskan bahwa “Teologi proses adalah teologi yang berasal dari Hegel, yang mengajarkan bahwa alam semesta tidaklah lengkap, selalu berubah. Lebih lanjut Paul Enns mengutip pernyataan C.J Curtis,”Realitas secara konstan berada dalam gerakan dialektik, tesis, antitesis, dan sintesis. Sintesis dari program Hegelian adalah tahap-tahap dari evolusi penciptaan, yang tidak pernah berakhir, statik, dan mencapai kesempurnaan yang tidak berubah.” Berdasarkan premis inilah, teologi proses itu dibangun.[4]Teologi ini adalah sebuah gerakan yang semakin lama menjadi semakin berpengaruh yaitu pada tahun 1960-an. Teologi ini berkembang pertama kali di daratan Amerika dan kemudian menyebar ke Eropa dan bahkan sampai ke seluruh dunia.

Ada beberapa faktor yang menyebakan teologi proses kemudian muncul dan berkembang.  Diantaranya adalah pemikiran-pemikiran filsafar yang mempengaruhi pemikiran proses. Smith dalam bukunya menjelaskan bahwa, pemikiran-pemikiran yang terlibat dalam pergerakan tersebut mendapatkan asal-usulnya dari kekuatan-kekuatan abad ke-19 akhir dan abad ke-20 awal; pemikiran-pemikiran tersebut merupakan dampak dari kedua perang dunia dan revolusi dalam pandangan dunia ilmu pengetahuan tentang teologi liberal secara khusus dan kebudayaan kontemporer secara umum.

Kemunculan pandangan evolusi Darwin yang diikuti oleh teori relativitas Einstein menuntun kepada kepercayaan (dalam biologi, fisika, kimia, psikologi dan ilmu-ilmu pengetahuan sosial) bahwa semua ciptaan berada dalam keadaan mengalir secara dinamis, masing-masing saling berhubungan.[5]  Pada pertengahan abad 20, dunia kekristenan seakan-akan dikuasai oleh dua kutub kekuatan, yaitu Teologia Liberal dan Neo Orthodoks. Pembahasan sebagian besar berkisar pada konsep tentang Allah, misalnya pertanyaan "Jika Allah ada, bagaimana kita dapat memikirkan Allah secara logis?" Bahkan pertanyaan tentang apakah Allah ada pun masih dibicarakan. Hal ini disebabkan karena propaganda teologia "Allah itu mati". Munculnya Teologia Proses merupakan respon terhadap keadaan yang skeptis terhadap keadaan saat itu.

Itu sedemikian gejolak teologis bahwa sekelompok teolog terhubung dengan University of Chicago dibangun lebih pada pemikiran Whitehead dan Teilhard untuk membawa teologi proses untuk bunga penuh. penggerak awal dalam usaha ini adalah charles Heratshorne yang, eskipun tidak pernah  menjadi seorang mahasiswa Whitehead, namun ia menjabat sebagai asistennya. Anggota lain terkemuka dari kelompok Chicago adalah Bernard Meland. Teolog “proses” utama lainnya termasuk Schubert M Ogden, john B Cobb, Jr., W Norman Pittenger, dan Daniel Day williams.[6]

Tokoh-Tokoh Teologi Proses
Alfred North Whitehead.
Lahir di Ramsgate, Inggris Selatan, 15 Februari 1861. Ayahnya seorang pendeta Anglikan. Whitehead belajar matematika di Trinity College di Cambridge.[7]Dalam hidup Whitehead sebagai ilmuwan dapat dibedakan tiga periode. Dalam periode pertama, di Cambridge, ia hanya mengajar matematika. Kemudian, di London ia juga aktif dalam bidang kritik ilmu pengetahuan. Tahun 1924 ketika ia sudah berumur 36 tahun, Whitehead pindah ke Harvard University di Boston, Amerika Serikat, dan baru dalam periode ini Whitehead menjadi terkenal di seluruh dunia. Whitehead menciptakan dalam periode terakhir ini suatu sistem metafisika berdasarkan hasil ilmu-ilmu, yang dapat dibandingkan dengan sistem Leibniz, Hegel, S. Alexander, dan Bergson. Filsafat Whitehead memberi kemungkinan untuk berpikir secara sintesis mengenai seluruh kenyataan dunia, sejarah, manusia, dan Allah. Whitehead meninggal di Boston, tahun 1947[8].

Whitehead mengembangkan sistemnya di sekitar konsep bahwa dunia itu dinamis, selalu berubah, dan “sedang menjadi” mencakup “ada”.[9]Termasuk di dalamnya adalah Allah, yang juga terdiri dari aktivitas yang berubah.[10]Filsafat Proses yaitu realitas bukanlah sesuatu yang statis, tetapi terus bergerak dan berubah dalam suatu proses evolusi yang tak kunjung berhenti. Dalam prinsip relativitas “yang banyak” yaitu satuan-satuan aktual yang sudah lengkap, selalu terlibat dalam proses pembentukan dan mencipta diri, seluruh alam terus terlibat dalam proses transisi maupun konkresi.[11]Menurutnya Allah harus dilihat dalam dua sisi karena Ia adalah ”bipolar” (dua kutub). Natur primordial-Nya,yang berhubungan dengan objek-objek internal,dan natur imanensi-Nya, yang berhubungan dengan dunia.

Dalam natur imanensi-Nya Allah terus menerus berada dalam proses untuk menyelamatkan dan memelihara dunia, tetapi tidak pernah selesai. Allah dan dunia berada dalam suatu jenis hubungan “memberi dan menerima”. Karakter temporal dari dunia menyumbangkan keadaan yang terus menerus berubah kepada Allah, sedangkan Allah menyumbangkan ketahanan dan keawetan kepada dunia sebagai balasannya.[12]Dengan kata lain baginya Allah adalah  “penyebab segala sesuatu, dalam arti bahwa segala sesuatu mendapat keberadaannya daripada-Nya dan bergantung Dia. Tetapi Ia tidak bebas dari pengaruh ciptaan-Nya. Ia memberikan kebebasan yang sejati walaupun terbatas kepada alam semesta supaya kita dapat menjadi sebab dan Ia menjadi akibat.”[13]Jadi intinya Whitehead telah menolak ajaran tradisional tentang Allah.

Charles Heartshorne
Lahir pada tanggal 5 Juni 1897 di Kittaninng Pennsylvinia. Dia adalah anak dari Pendeta FC Hartshorne. Hartshorne adalah seorang tokoh filsuf Amerika yang berkonsentrasi terutama pada filsafat agama dan metafisika.”[14]David Smith mengatakan bahwa Hartshorne tidak jauh beda dengan Whitehead,karena keduanya berpegang pada panenteisme. Sementara teisme klasik menekankan “keasingan” Allah-yaitu, keterpisahan Allah dari ciptaan-Nya-panenteisme menempatkan suatu saling-kebergantungan antara Allah dan alam semesta. Teologi proses mengaitkan Allah kepada dunia sama seperti pikiran terkait kepada tubuh.[15]Allah hanya sekedar ”sutradara” dari dunia ini, yang bekerjasama dengan dunia, saling bergantung dengan dunia. Allah tidak memiliki suatu esensi yang tak berubah, tetapi bahwa Ia juga berkembang secara terus menerus berkembang dan menyempurnakan diriNya sendiri melalui pengalaman yang bertambah dan berperan serta dalam proses universal, kehidupan, serta penderitaan manusia.[16]Dalam buku Teologi Kontemporer Conn mengutip pernyataan Erie Rust bahwa,“Hartshorne mengembangkan konsep Whitehead lebih lanjut. Whitehead mengatakan bahwa “sedang menjadi” adalah salah satu sifat Allah bersamaan dengan sifat-sifat-Nya yang lain misalnya bahwa Ia ada, Ia tak terbatas dan kekal. Hartshorne mengatakan bahwa Allah juga terbatas dan bersifat sementara.”[17]

John Cobb
John Cobb juga meruapak seorang penganut teologi proses. Ia lahir pada tanggal 9 Februari 1925. Dia adalah seorang teolog United Methodist Amerika yang memainkan peranan penting dalam perkembangan teologi proses. [18]Meskipun ia termasuk teologi proses tapi dia Berbeda dengan Whitehead, Cobb tidak sependapat tentang ”bipolar” Allah. Ia melihat Allah sebagai suatu kesatuan dan pribadi yang hidup. Namun Cobb juga kembali pada teologi natural untuk pengertian yang tepat tentang Allah. Menurutnya Allah ada dalam dunia ini dan dunia ini berada di dalam Allah. “Ia menjelaskan kejahatan dalam dunia tidak berdasarkan Kejadian 3, melainkan berdasarkan proses evolusi yang mengungkapakan adanya kebangkitan dalam hidup dan nilai-nilai yang memberikan kebebasan, kesadaran diri dan penalaran. Hasilnya adalah dasar optimisme tentang kemanusiaan yang sejalan dengan liberalisme.[19]Dengan demikian Cobb telah menolak kewibawaan Alkitab yang diyakini oleh orang kristen sebagai wahyu Allah.

Schubert M. Ogden.
Dia lahir pada Tahun 2 Maret 1928, di Cincinnati, Ohio. Ogden adalah profesor teologi dan direktur Program Pasca Sarjana Studi Keagamaan di Southern Methodist University, Dallas, Texas.[20]Ia adalah murid dari Charles Hartshorne, yang telah melangkah lebih dalam kepada realitas dan sifat Allah. “Ogden memandang Allah sebagai yang relatif. Sebagaimana halnya ”saya” berkaitan dengan tubuh saya, demikian Allah berkaitan dengan dunia; dunia adalah tubuh Allah. Karena itu Allah berpartisipasi dengan dunia melalui ”partisipasi bersimpati”. Allah adalah absolut, di mana Ia termasuk di dalam semua keberadaan dan Ia berhubungan dengan semua keberadaan yang lain di alam semesta. Dalam hubungan ini Allah secara terus menerus berubah.[21]

Pandangan Doktrinal Teology Proses[22]
Teologi proses adalah salah satau teologi yang sangat besar pengaruhnya dalam perkembangan teologi disekitar abad ke 20. Teologi Proses terhadap:

a. Otoritas: Teologi Proses menolak keyakinan tradisional Kristen yang telah diberikan melalui pewahyuan kepada manusia dalam Alkitab
b. Doktrin Allah: Sebagian besar proses berpikir tentang Allah telah diperiksa dalam pertimbangan filsafat Whitehead dan teologi Hartshorne. Sifat dipolar Allah (dianggap sebelumnya) adalah dasar untuk semua proses berpikir, untuk menunjukkan hubungan Allah dengan ciptaan.
c. Doktrin Kristus: Meskipun ia menyebut Kristus sebagai yang ilahi, namun ia tidak menjabarkannya dalam arti esensi keilahian Kristus, melainkan dalam pengertian yaitu keilahian sebagai aktivitas ilahi dari Allah dalam Kristus. Keilahian Kristus adalah tindakan Allah di dalam Kristus. Kristus adalah tindakan Allah di tengah-tengah manusia.
d. Doktrin Keselamatan: teologi proses menempatkan penekanan jauh lebih berat pada kekuatan hidup Yesus, daripda kematiannya. Mereka juga memiliki pemahaman yang sangat berbeda dari apa yang disebut dengan keselamatan.
e. Proses Manusia: Daniel Day Williiams menafsirkan arti dari Imago Dei sebagai cinta. Terbungkus dalam atribut ini kita menemukan semua aspek manusia mulia seperti alasan, penilaian moral, kesadaran beragama, dan kreativitas. semua menemukan bahwa tujuan hidup mereka ditujukan untuk masyarakat dengan orang lain.

Kontribusi Posistif Teologi proses:[1]
  • kontribusi teologi proses adalah penekanan pada partisipasi manusia dalam penciptaan.
  • Teologi ini juga memberi penekanan pada wahyu alami
  • teologi proses dirumuskan, sebagian, sebagai protes terhadap beberapa kekurangan yang parah di teisme klasik.
Simpulan
Teologi Proses adalah “teologi tentang mengada“ di mana dunia dipahami sebagai dinamis, selalu berubah. Dan menurut mereka hal itu berlaku juga bagi Allah. Oleh karena itu ada beberapa hal yang jelas-jelas bertentangan dengan iman Kristen. Keradikalan mereka telah merusak pandangan yang benar tentang Allah. Mereka menolak teisme yang klasik dan menggantikannya dengan konsep “dua kutub”. Mereka mengatakan bahwa “Ia adalah penyebab segala sesuatu, dalam arti bahwa segala sesuatu mendapat keberadaannya dari-Nya dan bergantung kepada Dia. Namun Ia tidak bebas dari pengaruh ciptaan-Nya. Ia memberikan kebebasan yang sejati walaupun terbatas kepada alam semesta supaya kita dapat menjadi sebab dan Ia menjadi akibat. Oleh karena itu teologi proses juga sering disebut “panenteisme”, di mana dunia dianggap sebagai tubuh Allah. Hubungan antara Allah dengan dunia mereka samakan dengan hubungan otak dan tubuh. Mereka juga telah merusak kewibawaan Alkitab, seperti yang dikatakan oleh John Cobb bahwa kejahatan dalam pasal 3 tidak didasarkan pada Kejadian pasal 3, melainkan pada evolusi. Teologi proses juga telah menghancurkan keilahian Kristus karena Meskipun ia menyebut Kristus sebagai yang ilahi, namun ia tidak menjabarkannya dalam arti esensi keilahian Kristus, melainkan dalam pengertian yaitu keilahian sebagai aktivitas ilahi dari Allah dalam Kristus.        




                [1] David L Smith. A Handbook Contemporary Theoloy, (Michigan: Baker Book Haose Vompany, 1992) 150
                [2]http://www.sabda.org/learning/baca.php?b=teo_kontem, Akses Internet tgl 18 Oktober 2010
                [3] David L Smith, A Handbook Conteporarary Theology, 150-151
                [4] Paul Enns, The Moody Hand Book of Theology, (Malang:SAAT,2010), hal 237
                [5] David L Smith. A Handbook Contemporary Theology, 150
                [6] Ibid, 151.
                [7]Ibid,151
                [8]http://en.wikipedia.org/wiki/Alfred_North_Whitehead, Akses Internet, tanggal 29 Oktober 2015
                [9] Harvie M. Conn, Teologia Kontemporer,(Malang: SAAT,  ), 128         
                [10] Paul Enns, The Moody Hand Book of Theology,  237
                [11] David L Smith. A Handbook of Contemporary Theology, 152-153
                [12] Ibid, 152
                [13] Tony Lane, Runtut Pijar,(Jakarta:BPK, 1999), hal 237.
                [14]en.wikipedia.org/wiki/Charles_Hartshorne,  Akses Internet, tanggal 29 Oktober 2015
                [15] David L Smith, A Handbook Of Contemporary Theology, 154
                [16]  Paul Ens, The Moody Handbok Of Theology, 238
                [17]Harvie M Conn, Teologi Kontemporer, hal 130
                [18] David L Smith. A Handbook Of Contemporary Theology,
                [19] Paul Ens, The Moddy Handbook Of Theology, 238
                [20]http://www.ctr4process.org/publications/Biblio/Thematic/Ogden,%20Schubert%20-%20Primary%20Bibliography.html, Akses Internet, Google, tanggal 29 Oktober 2015
                [21] Paul Ens, 239
                [22] David L Smith. A Handbook Of Contemporary Theology, 155-160
                [23] David L Smith. A Handbook Of Contemporary Theology, 161-163

Related Posts

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter