DOKTRIN TENTANG ALKITAB & ALLAH

Post a Comment

DOKTRIN TENTANG ALKITAB

Wahyu
Pernyataan diri Allah dan kebenarannya adalah disebut "wahyu". Wahyu adalah inisiatif Allah untuk menyatakan diri-Nya kepada manusia, bukan seolah-seolah usaha manusia menemukan Allah melainkan Allah itu sendiri. Dan pernyataan Allah kepada manusia ada dua hal yaitu wahyu umum dan wahyu khusus. Wahyu umum adalah pernyataan Allah kepada semua manusia melalui suatu ciptaan maupun suatu peristiwa yang terjadi. Sedangkan wahyu khusus adalah pernyataan Allah hanya kepada orang-orang tertentu saja seperti nabi-Nya, Para Rasul dan juga terhadap Kitab Suci. Dengan peryataan Allah secara terkhusus dalam teks Kitab Suci suatu kemudahan orang Kristen untuk mengenal Allah lebih medalam dalam hidupnya.

Inspirasi
Inspirasi dalam teologi adalah nafas Allah yang artinya setiap tulisan dalam teks Alkitab adalah bersumber dari Allah itu sendiri. Inspirasi adalah suatu pimpinan Roh Kudus kepada para penulis untuk menuliskan firman Allah tanpa salah.

Ketidakbersalahan
Penulisan Allah dalam Alkitab menghasilkan suatu akurasi yang sempurnah. Dengan kata lain bahwa teks Alkitab tidak ada yang salah. Konsep ketidakbersalahan (inerrancy) dan inspirasi ini berjalan bersamaan. Ketidakbersalahan suatu Alkitab merupakan suatu pegangan orang Kristen dalam pertumbuhan iman mereka.

Otoritas Alkitab
Otoritas Alkitab adalah salah satu kepercayaan Kristen yang paling praktis. Jikalau Alkitab ini benar merupakan tulisan Allah, maka mempercayainya sama dengan mempercayai Allah, dan demikian juga sebaliknya. Oleh sebab itu, Alkitab adalah standar otoritas bagi semua orang beriman dan kehidupan.

Kecukupan Alkitab
Alkitab adalah benar-benar udah cukup dan tidak bisa ditambah lagi dalam penulisannya. Sebab Alkitab mengandung segalah sesuatu yang kita butuhkan untuk mengenal Allah dan menghayati hidup seturut dengan kehendak Allah. Sebab firman Tuhan saja mengatakan dilarang mengurangi dan menambahi firman Tuhan (Ul.4:2).

Kanonisasi
Kanon dalam bahasa Yunani adalah"tongkat pengukur","aturan", atau "daftar". Makna teologisnya "standar" otentisitas. Dalam penggunaan umum, "kanon" Kitab Suci berarti kitab-kitab yang seharusnya masuk di dalam Alkitab karena kitab-kitab itu diispirasikan oleh Allah.

Transmisi Kitab Suci
Kitab Suci ditulis dalam tiga bahasa yaitu Ibrani, Aram, dan Yunani. Tapi masalahnya pada zaman Yerusalem kuno telah dua kali dihancurkan sehingga orang Yahudi pada masa itu di usir keluar.  Sehingga salinan teks Alkitab tidak memandai, sehingga menjadi kesulitan bagi ahli modern untuk merekonstruksi kalimat-kalimat yang tepat persis aslinya. Yang itinya sebagai orang percaya harus meyakikan bahwa PL dan PB adalah tulisan Allah.

Iluminasi

Pekerjaan Roh Kudus mempunyai 3 perbedaan tapi hampir sama cara kerjanya yaitu Wahyu, inspirasi dan iluminasi. Wahyu adalah Kitab yang diberikan Roh Kudus, inspirasi adalah pengarahan yang dilakukan Roh Kudus kepada para penulis dalam menuliskan Kitab Suci, sedangkan iluminasi adalah penjelasan Roh Kudus mengenai Alkitab kepada para pembaca. Iluminasi Roh Kudus sebagai penolong bagi manusia dalam meintrepretasikan dan mengaplikasikan suatu firman Tuhan.

Interpretasikan Alkitab
Wahyu, inspirasi, dan iluminasi adalah pekerjaan ilahi, tetapi interpretasi merupakan karya manusia. Dalam menginterpretasikan Alkitab harus adanya pendekatan seorang penafsir terhadap Alkitab supaya membentuk pengertian akan firman Tuhan. Namun dalam mengerti teks Alkitab harus dalam pimpinan Roh Kudus supaya tidak terjadi kesalahan menginterpretasikan teks Alkitab.

DOKTRIN TENTANG ALLAH


Sifat Allah Yang Dapat Dikenal
Umat manusia selalu ingin mengenal Allah, namun manusia tidak bisa dapat mengenal Allah, karena manusia makhlu yang terbatas. Satu-satu cara untuk mengenal Allah adalah kembali pada diri Allah itu sendiri. Untungnya, Allah menyatakan banyak hal mengenai diri-Nya bagi orang percaya, melalui Yesus Kristus (Firman yang hidup) dan melalui Alkitab (Firman yang tertulis).

Kesederhanaan atau kesatuan Allah
Kita menggambarkan Allah dengan berbagai macam sifat yang dikenal dengan sebutan "atribut-atribut." Beberapa atribut itu antara lain kasih, keadilan, dan kekudusan. Atribut-atribut Allah bukanlah sesuatu yang ditambahkan kepada diri-Nya sendiri. Atribut-atribut itu merupakan gambaran Allah sebagaimana Ia adanya, bukan sifat-sifat yang dikumpulkan atau dikembangkan-Nya.

Atribut-atribut keberadaan Allah
Keberadaan Allah adalah hanya dikenal sebagi atribut-atribut saja, seperti Allah itu Roh bukan substansi jasmaniah. Allah itu Roh otomatis tidak kelihatan, sebab Allah itu bukan suatu materi yang kelihatan. Karena Ia adalah Roh sehingga Ia tidak dapat di hancurkan. Dan Allah itu adalah berpribadi dan bukanlah tidak berpribadi. Ia juga sumber kehidupan dan Roh yang berpribadi.

Atribut-atribut ketidakterbatasan Allah
Karena Allah melebihi semua batasan, jadi Allah itu tidak terbatas. Atribut-atribut Allah yang tidak terbatas menggambarkan hubungan-Nya dengan ruang waktu, pengetahuan, kuasa, dan perubahan.

Atribut-atribut moral Allah
Moralitas Allah adalah sempurnah yang dapat tampak  dalam tiga kualitas: kekudusan, kebenaran, dan keadilan-Nya. Kekudusan-Nya adalah yang nyata dalam perkataan-Nya kepada umat-Nya bahwa kamu harus kudus, sebab Aku kudus (1 Pet. 1:6). Kebenaran-Nya nyata dalam setiap firmanya dan hukum-Nya. Dan keadilan-Nya nyata disaat menuntut umat-Nya  mematuhi hukum-Nya. Allah itu tidak membeda-bedakan orang (Kis. 10:34).

Atribut-atribut intergritas Allah
Allah adalah benar-benar kebenaran yang tidak ada dustah dalam diri-Nya. Allah adalah asli dan otentik, bukan terbuat substansi jasmani atau imajinasi manusia. Ia adalah apa yang tampak dari-Nya, dan apa yang diharapkan Ia adanya. Dan Allah selalu membicarakan suatu kebenaran yang dapat dipercayai. Ia membuktikan diri-Nya benar, diandalkan, setia.

Atribut-atribut kasih Allah

Setiap orang menyukai kasih. perkataan kuno, "kasih membuat dunia berputar"  menggaris bawahi pentingnya kasih. tetapi, sekarang "kasih" dapat berarti tidak lebih dari sekedar sebuah perasaan yang kompleks, emosi yang terbangkitkan, atau keinginan seksual. Kasih yang otentik hanya di dalam Sang Trinitas. Ketiga pribadi terus-menerus mengasihi terhadap setiap yang lainnya secara sempurnah, menggambarkan empat sifat yang saling tumpang-tinding: anugerah, kebaikan, belas kasihan, dan kesabaran.
Nama-nama Allah
Nama El atau Elohim kata generik dari "Allah" dan tercantum lebih dari 2.500 kali di dalam PL. Akar katanya berarti kekuatan, kekuasaan, atau kebesaran. Bentuk jamak Elohim mengambarkan intensitas atau petunjuk kepada Sang Trinitas. El Shaddai menggambarkan Allah sebagai yang mahakuasa, pengatur yang berkucupan pada diri-Nya sendiri. Nama Allah yang sangat umum dalam Perjanjian Lama adalah Yahwe, yang tercantum sekitar 6.800 kali. Inilah nama yang sebenarnya untuk Allah Israel dan tidak pernah dipergunakan untuk allah orang kafir.
Di dalam Perjanjian Baru, kata Yunani Theos, di terjemahkan secara sederhana sebagai "Allah," merupakan kata yang sepadan dengan El, muncul sekitar 1.000 kali. Yahwe sering diterjemahkan Kurios, yang berarti "Tuan," tetapi juga muncul sebagai panggilan untuk tuan-tuan manusia dan penguasa-penguasa.
Jadi, nama Allah sangat bermakna sebagai gambaran seperti apakah Allah itu sesungguhnya.

Sifat imanen dan transenden Allah
Alkitab mengajarkan bahwa Allah itu bersifat independen terhadap alam semesta dan jauh dari kita, disebut transenden, namun Ia aktif di dalam alam semesta dan dapat kita jangkau, disebut imanen. Ia jauh maupun dekat, kejauhan yang dapat dijangkau.

Trinitas
Istilah kata trinitas memang tidak ada dalam Alkitab, namun Alkitab mencatat banyak bukti mengenai Sang Trinitas. Trinitas merupakan terminologi Kristen untuk merangkun pengajaran Alkitab mengenai Allah dalam Alkitab, yang menyatakan diri-Nya dalam ketunggalan dan kamajemukan. Hanya ada satu Allah, tetapi kesatuan Allah itu beraada dalam tiga pribadi yang hakikat keilahian-Nya sama. Sang Tunggal, benar, Allah yang hidup bukanlah tiga allah ataupun tiga manifestasi dari satu Allah. Allah adalah tiga pusat kesadaran pribadi setara dan sekekal pribadi lainnya, yang bersama-sama membentuk satu keberadaan Allah.
Perjanjian Lama menekankan ketunggalan Allah untuk mempertahankan Israel dari politeisme bangsa-bangsa sekitarnya, kepercayaan kuno pada allah yang banyak. Ulangan 6:4 adalah sebuah pernyataan klasik "dengarlah, hai orang Israel: Tuhan itu Allah kita Tuhan itu esa" bertolak belakang dari allah-allah palsu politesme, satu-satunya Allah Abraham, Ishak, dan Yakub adalah esa dan unik. Beberapa ayat perjanjian lama menunjukkan suatu kompleksitas di dalam diri Allah, seperti dalam Yesaya 6:8.
Di dalam Perjanjian Baru membenarkan kasatuan Allah tetapi memperkenalka tiga kepribadian. Gagasan sentral Allah Trinitas adalah tiga  dalam ketunggalan, tiga kepribadian dengan satu hakikat. Di dalam Allah yang satu, ketiga identitas pribadi dan kesadaran sentaral berada dan berhubungan satu sama lainnya dalam kesatuan yang sempurna. Setiap ketiga-Nya selalu setara dan sepenuhnya Allah, selama-lamanya berbagai hakikat keilahian yang lengkap, tak satu pun Allah yang lebih atau kurang dari yang lainnya. Mereka bukanlah tiga Allah (triteisme), bukan satu pribadi yang memainkan tiga peran (modalisme).
Sehingga setiap firman yang disampaikan Allah melalui pelataran para Nabi-Nya, lebih ditekankan jangan ada padamu allah lain. Karena melihat masalah lingkungan sekitar banyaknya allah-allah lain buatan manusia. Jadi untuk memahami lebih mendalam tentang Trinitas itu hal yang sangat sulit karena manusia terbatas, tidak mungki yang diciptakan mengetahuai tentang Maha pecipta. Yang penting sebagai orang percaya bersyukur atas peryataan_-Nya dalam diri Yesus dan dalam teks Alkitab.

Rencana Allah
Setiap rencana Allah dalam kehidupan manusia baik yang telah berlalu maupun pada masa yang akan datang, Ia mempunyai semua tujuan adalah untuk kemuliaan diri-Nya, dan untuk mencapai apa yang Dia kehendaki. Yang terpenting bahwa rencana Allah adalah kekal.

Penciptaan
Alkitab mengatakan bahwa Allah menciptakan segalah sesuatu dari ketiadaan. Kemisteriusan proses-Nya meliputi tanpa keberadaan bahan-bahan sebelumnya; Ia membuat bahan-bahan itu menjadi ada. Ia sungguh-sungguh memulainya dari nol sehingga bahkan membuat nol itu sendiri. Alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah, sehingga apa yang dilihat telah terjadi apa yang dilihat (Ibrani 11:3).
Proses penciptaan mengarahkan pada beberapa kesimpulan teologis:
1.      Allah adalah yang tertinggi dan berkuasa, sebagai satu-satunya sumebr dari seglah seuatu. Tidak ada pecipta yang lain.
2.      Tidak satu pun material ataupun spiritual yang terlepas dari Allah
3.      Alam semesta bukanlah Allah sendiri atau pecahan dari diri Allah. Ia tidak menciptakan diri-Nya sendiri atau mengubah bagian diri-Nya menjadi alam semesta.
4.      Allah menganggap ciptaan-Nya "baik" (Kej. 1:31), kejahatan bukanlah bagian dari perbuatan-Nya. Makhluk ciptaan memperkenalkan kejahatan karena pemberontakan terhadap Allah.
5.      Realitas material tidak lebih rendah atau lebih saleh dari pada yang spiritual.
Kita harus mempertimbangkan beberapa kesimpulan praktis yang muncul dari ciptaan Allah. setiap gagasan itu dapat membuat perbedaan penting di dalam hidup kita.
1.      Segalah sesuatu memiliki nilai karena Allah yang membuatnya dan memberikan persetujuan-Nya.
2.      Kemampuan artistik kita merefleksikan keberadaan kita yang diciptakan segambar dengan Allah, dan oleh sebab itu dipergunakan untuk memuliakan Dia.
3.      Karena penciptaan oleh seorang perancang untuk membuat pengaturan, studi ilmiah terhadap alam semesta menjadi dimungkinkan.
4.      Kita tidak kenal atau memadai pada diri kita sediri, tetapi berada untuk memuliakan Allah.
5.      Pujian yang benar dimulai dari mengakui Allah sebagai pencipta.

Providensi
Ketika melihat tragedi di dalam kehidupan, bahkan orang Kristen bertanya-tanya bagaimana kejahatan hadir bersama-sama dengan Allah yang mahatahu, mahakuasa, dan mahapengasih. Apakah Ia merupakan sumber dari kejahatan atau penyebab dosa? Jikalau bukan, dari manakah asal dosa dan kejahatan, dan pertanyaan yang mungkin paling memusingkan, mengapa Ia tidak menghentikan semua kejahatan itu? Pertanyaan-pertanyaan itu memunculkan topik mengenai providensia Allah-relasi diri-Nya yang terus berlangsung dengan ciptaan-Nya. Allah mencitakan manusia bukan seperti robot yang diatur sana sini, melaikan Allah mencitakan manusia untuk mempunyai kebebasan dalam menjalani kehidupannya. Allah memberikan kehendak bebas bagi manusia dalam memelihara bumi ini, namun manusia salah mengunakan kehendaknya tersebut.
Teka-teki di dalam kehidupan itu tetap tidak terselesaikan, tetapi dua faktor menolong kita memahaminya dengan lebih baik. Pertama, kejahatan adalah akibat dari dosa-keputusan-keputusan yang dibuat oleh makhluk yang diciptakan Allah dengan pilihan. Allah memutuskan untuk memenuhi alam semesta ini dengan makhluk bebas dan bukan robot.
Daftar Pustaka
DR. Rick Cornish. 5 Menit Teologi. Bandung: Pionir Jaya. 2007.

Related Posts

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter