MAKNA KEKUDUSAN ALLAH BAGI UMAT-NYA DALAM KITAB IMAMAT

Post a Comment

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kalau berbicara mengenai kekudusan Allah adalah hal sangat menakutkan bagi kita sebagai manusia berdosa. Sebab Allah itu kudus dan sedangkan manusia adalah berdosa. Kekudusan Allah membuat pemisahan Allah dengan manusia. Allah itu tidak mau kompromi dengan dosa atau bergaul dengan dosa sebab diri-Nya adalah Allah yang Mahakudus. Yang dimaksud dengan kekudusan Allah adalah di dalam diri-Nya tidak suatu kejahatan, kecurangan, kesombongan, sebab Ia adalah sempurna tanpa cacat celah dalam diri-Nya. Bila dilihat dalam karya-Nya semua amat baik dimulai Ia menciptakan pada hari pertama sampai hari ke enam. Ketika Allah menciptakan manusia adalah serupa dengan gambar-Nya. Manusia adalah copy dari Allah yang artinya manusia memiliki sifat-sifat Allah dalam diri manusia. Misalnya kekudusan manusia sebelum manusia jatuh dalam dosa. Pada mulanya manusia adalah kudus tanpa ada noda dalam dirinya karena Allah menciptakan sempurna walaupun manusia itu terbatas karena mereka bukan Allah.

Ketika manusia telah jatuh dalam dosa mengakibatkan manusia jauh dihadapan Allah. tadinya manusia dekat dengan Allah dan mempunyai relasi yang intim antara manusia dan Allah namun semuanya itu berubah karena dosa manusia. Walaupun manusia telah mengecewakan Allah dan Allah tetap mengasihi manusia dengan merencanakan suatu rencana yang baik bagi manusia supaya manusia itu kembali kepada-Nya dimulai ia memilih seseorang yaitu Abraham sebagai sarana rencana ilahinya. Ketika keturunan Abraham menjadi suatu bangsa yang besar yaitu bangsa Israel. Allah menuntun umat-Nya supaya mereka kudus dan sangat jelas sekali di Imamat 11:45 => jadilah kudus, sebab Aku ini kudus. Kalimat ini suatu hal yang dirindukan Allah kepada umat-Nya supaya mereka kudus sama seperti diri-Nya. Allah mengatakan jadilah kudus kepada umat-Nya ada sebab akibat yaitu umat-Nya tidak kudus dihadapan-Nya. Memang itu benar bahwa manusia itu tidak kudus karena manusia telah jatuh dalam dosa dan memiliki natur dosa.

Bila dipahami lebih lagi kata jadilah kudussuatu acuan bagi bangsa Israel untuk berusaha  lebih lagi bisa kudus dihadapan Allah. Dia berkata lagi di ayat 44=> maka haruslah kamu menguduskan dirimu dan haruslah kamu kudus. Jadi kekudusan itu dalam diri manusia adalah suatu usaha manusia. Dan manusia bisa kudus atau benar dihadapan Allah adalah usaha manusia. Dan bagimana perkataan Rasulu Paulus di Roma 3:9=> tidak ada yang benar, seorangpun tidak, dan ayat 20=> sebab tidak seorangpun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh kerena hukum Taurat. Benar bahwa manusia didunia ini tidak bisa kudus atau benar dihadapan Allah dengan berbagai usahanya karena manusia itu telah dikuasi oleh dosa.

Dan bagaimana perkataan Allah kepada umat-Nya jadilah kudus dan kita tahu manusia itu tidak mampu kudus dihadapan Allah. Dan bagaimanapun usaha manusia untuk bisa kudus dihadapan Allah sangat musthil, karena manusia memiliki natur dosa. Perkataan ini ditunjukan kepada bangsa Israel ketika mereka berada padang gurun dibawah kepemimpinan Musa. Bangsa Israel ini bangsa yang keras kepala yang tidak taat akan hukum Allah. Alkitab mencatat bahwa mereka ini bangsa yang bersungut-sungut dan yang tidak bersyukur kepada Allah. Sedangkan Allah menghedaki kepada mereka supaya mereka kudus dihadapan-Nya karena mereka bangsa yang ditebus Allah dari tanah Mesir. Namun kenyataan mereka tidak menunjukan rasa hormat mereka kepada Tuhan. Hal ini kita bisa mengetahui bahwa bangsa Israel tidak mampu hidup kudus dihadapan Allah. Dan apa maksud Allah jadilah kudus kepada bangsa Israel. Siapa yang akan menguduskan diri mereka apakah usaha mereka atau dipihak yang lain. Melalui permasalah ini penulis akan meneliti lebih lagi makna kekudusan dalam Kitab Imamat.

Rumusan Masalah
1.       Bagaimana latar belakang Kitab Imamat?
2.       Bagaimana tema-tema teologi Kitab Imamat?
3.       Bagaimana  makna kekudusan Allah bagi umat-Nya dalam Kitab Imamat

Tujuan Penulis
1.       Menjelaskan latar belakang Kitab Imamat
2.      Menjelaskan tema-tema teologi Kitab Imamat
3.      Menjelaskan makna kekudusan Allah bagi umat-Nya dalam Kitab Imamat

BAB II


PEMBAHASAN

Latar Belakang Kitab
Tema utama dari Kitab Imamat ini lebih membahas mengenai kekudusan. Alasannya adalah Allah itu Mahakudus dan Allah menghedaki umat-Nya kudus seperti diri-Nya. Hal ini bisa diketahui bahwa berbagai aturan-aturan yang ada dalam kitab ini. Tujuan dari aturan-aturan ini supaya umat-Nya itu kudus dihadapan-Nya dan bebas dari dosa. Namun kenyataanya umat-Nya melanggar aturan-aturan yang ada didalam kitab ini.

"Imamat" berarti "berhubungan dengan para imam atau orang Lewi. "Imamat adalah judul yang diberikan kepada kitab ini oleh Lembaga Alkitab Indonesia, yang mungkin berasal dari judul "Leviticus" yang diberikan oleh para penerjemah Septuagintal, lalu dipakai oleh versi Vulgata Latin pada abad ke-4. Karena sebagain besar kitab ini berbicara tentang tanggung jawab para imam, yang semuanya berasal dari suku Lewi.[1]

Kitab Imamat memberitahukan bagaimana umat yang berdosa mendekati Allah yang kudus dan bagaimana mereka dapat hidup kudus. Untuk mengadakan pendamaian bagi dosa bagi dosa mereka, Tuhan menentukan serangkaian kurban persembahan yang memuncak dalam kurban yang dipersembahkan oleh imam besar pada hari pendamaian. Umat perjanjian ini diharapkan agar menghindari ketunasusilaan seksual dan menaati segala hukum Allah. Jika seseorang mengabaikan hukum dan ketetapan ini, hukumannya itu sangat berat (bdg. 10:2; 20:1-17). Dalam pasal 26, bangsa Israel diperingatkan bahwa jika mereka melanggar perjanjian Allah di Tanah Perjanjian akibatnya adalah kelaparan, penyakit, kekalah, dan akhirnya pengasingan atau pembuangan.

Pada waktu kemuliaan Tuhan memenuhi Kemah Suci pada akhir Kitab Keluaran (40:34), orang Israel sangat sadar akan kehadiran Allah. Allah sudah datang untuk tinggal di antara ke-12 suku itu, suatu umat yang menjadi "kerajaan imam dan bangsa yang kudus (Kel.19:6). Di dalam dunia yang penuh kenajisan ini, Israel diajari untuk membedakan antara yang kudus dengan yang tidak senonoh, yang bersih dengan yang cemar. Hal ini akan berpengaruh pada bidang-bidang diet, kebiasaan yang sehat, perilaku seksual, dan juga hal-hal keagamaan dan memisahkan yang sehat, perilaku seksual. Dan juga hal-hal keagamaan dan memisahkan diri dari allah-allah lain. Allah menetapkan standar hidup yang tinggi bagi bangsa ini dan, sebagai pemimpin bangsa ini, para imam bahkan harus tunduk kepada standar hidup yang lebih tinggi lagi (bdg. 21:7-8).  Para imam bertanggung jawab atas seluruh pelayanan dalam Kemah Suci, jadi ketidaktaatan apa pun pihak mereka, pasti dengan cepat akan dihukum. Api yang sama, yang menghabiskan kurban bakaran dan mengisyaratkan persetujuan Allah dengan keimaman Harun, dua ayat kemudian yang telah menghaguskan dua anak Harum yang memberontak (9:24; 10:1-10). Walaupun hukuman ini berat, kematian Nadab dan Abihu memperlihatkan kepada seluruh umat itu  tuntutan-tuntutan Allah mereka yang kudus. Hak istimewa dan kedudukan tidak mengizinkan mereka untuk melanggar perintah Allah.

Di tengah-tengah kitab yang penuh dengan tata cara dan upacara agama, terdapat sebuah ayat yang dikutip oleh Yesus sebagai hukuman kedua yang terbesar yaitu "kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri (Im.19:18). Jika umat itu mengasihi Tuhan dengan segenap hati mereka ( Ul.6:5), dan mengasihi sesama manusia seperti dirinya sendiri, mereka akan berada pada jalan menuju hidup kudus.

Dan inilah kehidupan bangsa Israel dalam kitab Imamat di mana mereka menjalani berbagai aturan dan ritual dengan tujuan supaya kehidupan mereka berkenang kepada Tuhan. Dan posisi bangsa Israel dalam kitab Imamat ini adalah mereka berada di padang gurun. Kalau disebut sebagai padang gurun adalah suatu tanah yang kering dan daerah yang panas. Padang gurun adalah daerah yang menerima curah hujannya sedikit sekali dalam arti 250 mm pertahun. Karena curah hujannya sedikit sehingga sumber air sangat sulit sekalih. Air adalah senyawa yang begitu penting dalam segalah segih kehidupan di bumi. Tentu kondosi bangsa Israel pada saat itu adalah sangat susah sekali. Namun kalau kita lihat kembali dalam sejarah bangsa Israel di kitab Pentateukh bahwa Allah itu memelihara kehidupan mereka. Di mana Allah menyediakan air, makanan, tiang api dan tiang awan bagi mereka. Mereka adalah bangsa yang di bebaskan oleh Allah dari tanah mesir.

Tema-Tema Teologi[2]
Kekudusan
Pengajaran inti dari kitab Imamat diringkaskan dalam perintah "haruslah kamu menguduskan dirimu dan harus kamu kudus sebab Aku ini kudus (Im.11:44-45).  Bagian pertama kitab ini memberikan berbagai tatacara untuk mendekati yang Kudus dari Israel dalam penyembahan (ps.1-10); bagian kedua memberitahukan bagaimana orang-orang yang dipersatukan melalui ikatan perjanjian pada Allah mewujudkan gagasan kekudusan Yahweh pada ruang lingkup kehidupan sehari-hari.  Jadi tujuan dasar Kitan Imamat adalah memberikan petunjuk-petunjuk kepada masyarakat Ibrani dalam "penyembahan yang kudus" dan 'hidup kudus", sehingga sebagai umat perjanjian mereka dapat menikmati berkat kehadiran Yahweh.

            Kata Perjanjian Lama "kekudusan"pada hakikatnya menyampaikan pengertian "pemisahan" perkara-pekara secular untuk pelayanan dan penyembahan pada Yahweh, yang juga terpisah sama sekali dari ciptaan-Nya. Kekudusan undang-undang Kitab Imamat dapat terbukti efektif bila Israel benar-benar melaksanakan cita-cita "kekudusan" dalam pengalaman kehidupan setiap hari. Yang dipersoalkan adalah kemampuan membedakan antara yang kudus dan yang tidak kudus dan antara yang tahir dan yang najis (10:10-11).

            Menerapkan konsep-konsep mengenai yang kudus, umum, tahir, dan najis pada alam fisik, moral, dan rohani dari hidup ini merupakan hal yang mendasarkan nagi pandangan hidup orang Ibrani dahulu kala. Perbedaan-perbedaan tersebut mengizinkan umat itu untuk menata hubungan mereka dengan dunia alami sedemikian rupa sehingga mereka benar-benar menjadi "kudus" sebagaimana Sang Pencipta adalah kudus.

            Atas dasar hukum Imamat ini, setiap hal dalam hidup ini adalah kudus atau tidak kudus bagi umat Ibrani. Hal-hal yang ditetapkan sebagai tidak kudus atau umum dibagian tidak kudus atau umum di bagian lagi ke dalam kategori tahir (halal) atau tidak tahir (haram).  Hal-hal yang halal dapat menjadi kudus melalui pengudusan atau dapat menjadi haram melalui cemaran.

Kurban Persembahan

Upacara kurban hanyalah satu cara bagi umat Ibrani menghampiri Allah Yahweh mereka, Yang Kudus dari Israel. Gagasan kurban persembahan tidaklah unik bagi umat Ibrani di dunia kuno, karena kurban berupa binatang, gandum, dan minuman kepada dewe-dewa adalah biasa bagi aliran-aliran pemujaan di Mesopotamia dan Siro-Palestina. Sementara kesamaan-kesamaan antara kebiasaan-kebiasaan mempersembahkan kurban dari umat Israel dan Timur Dekat kuno membuktikan kebutuhan manusia secara universal untuk menenangkan dewa-dewa, system kurban umat Ibrani itu berbeda karena dinyatakan oleh Allah dan diarahkan kepada sasaran kekudusan pribadi dan masyarakat.

Lima jenis dasar kurban atau persembahan, ditetapkan sebagian bagian dari bentuk penyembahan bersama dan pribadi yang formal dalam ungkapan keagamaan Ibrani adalah sebagai berikut:
1.      kurban sajian (makanan atau biji-bijian, tepung)
2.      Kurban keselamatan (persekutuan atau pendamaian)
3.      Kurban bakaran
4.      Kurban penghapus dosa
5.      Kurban penebus salah
Kurban-kurban persembahan ini yang diuraikan dalam kitab Imamat, dibagi dalam dua kategori:
1.      Kurban yang dipersembahkan secara spontan pada Allah dalam pujian dan ucapan syukur atas berbagai berkat dan kebaikan yang diperoleh (mis, tepung atau bulir gandum dan tiga jenis kurban pendamaian Im.2:1-16; 3:1-17
2.      Kurban-kurban yang dituntut oleh Yahweh pada saat ada dosa di dalam masyarakat Ibrani. Kurban bakaran, kurban penebus salah. Kurban sajian dank urban pendamaian adalah tanggapan ucapan syukur atas kebaikan Allah, sementara kurban-kurban jenis lain sangat diperlukan untuk menebus aatu "menutupi" dosa yang dilakukan, untuk melaksanakan perdamaian dengan Yahweh, dan mengembalikan orang berdosa yang sudah bertobat kepada persekutuan dengan orang-orang yang lain dan dengan Allah.

Berdasarkan Imamat 17:11, hakikat hidup ada di dalam darah. Jadi darah di atas mezbah adalah penting bagi penyucian simbolis dari jiwa raga manusia yang berdosa. Kata "pendamaian" yang dipergunakan di sini adalah bagian dari kelompok kata yang berkaitan dengan istilah Ibrani kpr.
            Ajaran dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru dengan jelas menunjukkan bahwa kurban binatang tidak menyelamatkan manusia dari dosa atau membawa mereka  ke surga. Malahan mereka mempertahankan kekudusan akan kehadiran Allah dan sebuah hubungan yang sehat antara manusia dengan Allah. Orang percaya di Perjanjian Lama dibenarkan oleh iman pada janji Yahweh yang ditunjukkan melalui ketaatan pada persyaratan-persyaratan perjanjian-Nya.

            Dalam kasih karunia-Nya Allah memberikan pengampunan kepada siapa pun yang menunjukkan "hati yang patah dan remuk" yang menyertai pertobatan yang sungguh-sungguh. Penghapusan rasa bersalah dan pendamaian untuk dosa berhasil dilaksanakan melalui pengakuan dan permohonan dan doa syafaat kepada Tuhan yang rahmani dan bermurah hati. Pada hakikatnya tujuan kurban-kurban umat Ibrani adalah menyembah Allah dan mempertahankan  kehadiran Allah di tengah-tengah mereka. Ritual ini dilakukan untuk mengajarkan mereka umat Israel mengenai prinsip-prinsip kekudusan Allah, keberdosaan manusia, kematian sebagai pengganti untuk menutupi pelanggaran manusia, dan perlunya pertobatan. Ritual-ritual ini menyediakan penyucian dan pembaruan persekutuan di antara masyarakat dengan Yahweh. Upacara-upacara keagamaan ini memberikan penggambaran-penggambaran dan sebuah dasar untuk memahami karya penebusan Yesus dari Nazaret sebagai Mesias.

Perhentian Sabat dan Tahun Sabat
Petunjuk-petunjuk Kitab Imamat untuk kekudusan dalam kehidupan bangsa Ibrani berlaku juga untuk penanggalan. Penetapan Sabat mengingatkan Israel bahwa Yahwe adalah  Sang Pencipta. Hal ini juga menimbulkan rasa "tidak dibatasi waktu" dalam penyembahan pada Yahweh dan menimbulkan rasa "kekudusan" pada gagasan manusia akan waktu. Menetapkan satu hari kudus bagi Allah sudah barang tentu berarti perhentian dan penyegaran bagi umat manusia dan binatang-binatang, tetapi yang penting, perhentian sabat tersebut menguduskan usaha manusia sehingga dalam eman hari dari satu minggu  sungguh-sungguh dapat "makan, minum, dan bersenang-senang dalam jerih payahnya" sebagai suatu pemberian Allah.

Makna Kekudusan Allah Bagi Umat-Nya:

Allah Tegas Bila Umat Berbuat Salah
Ketegasan Allah merupakan suatu dasar kekudusan-Nya karena Ia adalah Allah yang adil bila umat-Nya melakukan suatu perbuatan yang tidak baik yaitu melanggar ketetapan-Nya. Ketegasan Allah merupakan suatu otoritas yang Mahatinggi sebab Ia adalah Allah yang Mahakudus. Ketegasan-Nya tidak memadang setiap orang yang melakukan kesalahan tersebut. Karena setiap keputusan-Nya adalah suatu keputusan-Nya sendiri tanpa pengaruh dari pihak yang lain. Dan setiap keputusan-Nya yang Dia berikan adalah hal yang baik. Karena hanya Dia adalah lebih tahu setiap kebutuhan setiap umat Manusia. Misalkan disaat anak-anak Harum melanggar ketetapan Tuhan yaitu Nabab dan Abihu. Ketika mereka mempersembahkan kehadapan Tuhan api yang asing yang tidak diperintahkan-Nya kepada mereka. Maka keluarlah api dari hadapan Tuhan, lalu menghanguskan kepadanya, sehingga mati dihadapan Tuhan(Imamat 10:1-7). Allah melakukan itu bukan seolah-olah ia adalah Allah yang kejam. Memang jika dipadang dalam segi manusia bahwa Allah itu tidak mempunyai belaskasihan dan tidak adil. Hal ini kita bisa melihat pandangan Rasul Paulus dalam tulisannya mengenai Allah.  seperti ada tertulis: "Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau."Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Apakah Allah tidak adil? Mustahil! Sebab Ia berfirman kepada Musa: "Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati." Jadi hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah. Sebab Kitab Suci berkata kepada Firaun: "Itulah sebabnya Aku membangkitkan engkau, yaitu supaya Aku memperlihatkan kuasa-Ku di dalam engkau, dan supaya nama-Ku dimasyhurkan di seluruh bumi." Jadi Ia menaruh belas kasihan kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan Ia menegarkan hati siapa yang dikehendaki-Nya. Sekarang kamu akan berkata kepadaku: "Jika demikian, apa lagi yang masih disalahkan-Nya? Sebab siapa yang menentang kehendak-Nya?" Siapakah kamu, hai manusia, maka kamu membantah Allah? Dapatkah yang dibentuk berkata kepada yang membentuknya: "Mengapakah engkau membentuk aku demikian?(Roma 9:13-20).
Benar bahwa tidak seorangpun didunia ini yang berhak menetang keputusan-Nya. Sebab Ia adalah Allah Mahapencipta dan apa yang Dia lakukan adalah suka-suka-Nya dan kehendak-Nya sendiri. Tanpa ada nasehat dari pihak yang lain kepada Dia karena Dia adalah Allah segalah allah. Jadi Allah memberikan hukuman kepada anak-anak Harum dengan tujuan supaya umat-Nya mengetahui bahwa Ia adalah Allah yang kudus (Imamat 10:3). Walaupun bagi Harum itu adalah hal yang berat baginya menerima keputusan Tuhan tersebut. Namun Allah melakukan semuanya itu untuk kebaikan supaya umat-Nya itu sadar bahwa Allah yang mereka sembah itu adalah Allah yang Mahakudus. Melalui peristiwa ini suatu pembelajaran bagi keluarga Harum dan para imam-imam pada itu untuk melakukan pelayanan bagi Tuhan itu dengan sunguh-sunguh dan benar.

Allah Menyediakan Sarana Untuk Kekudusan bagi Umat-Nya
Kurban dan persembahan menjadi sarana bagi orang Israel untuk mendekati Allah dan mengadakan pendamaian karena dosa.  Allah yang kudus menghendaki hati yang bertobat. Allah yang kudus menuntut agar umat-Nya hidup kudus di pasal 17-25 menguraikan beberapa hal tertentu. Tiga kali orang Israel disuruh menjadi kudus sebab Allah itu kudus adanya (Im. 19:2; 20:7, 26).
Jadi tujuan  persembahan kurban dalam kitab Imamat adalah supaya umat Allah itu bisa hidup kudus di hadapan Allah. Jika mereka tidak mendamaikan diri mereka kepada Tuhan akibatnya sangat besar sekalih yaitu bisa-bisa mati. Di kitab Imamat ini ada 2 hal konsep pendamaian dalam Perjanjian Lama yaitu "pendamain harian" dan "hari pendamaian". Yang dimaksud "pendamaian harian"adalah suatu kurban yang menghasilkan penghapusan dosa. berdasarkan kurban-kurban inilah Allah menerima orang Israel, baik pribadi maupun sebagai bangsa dan Allah memperkenankan mereka. Contoh-contohnya adalah sebagai berikut:
1.      Harun dan anak-anak dikuduskan untuk keimaman dengan jalan kurban pendamain (Keluaran 29:33-45; Imamat 8:34).
2.      Musa mengadakan pendamain untuk dosa Israel karena penyembahan berhala dalam pembuatan anak lembu emas (Keluaran 32:30).
3.      Orang Israel didamaikan di dalam kurban-kurban yang ditentukan (Imamat 9:7)
4.      Harus mengadakan pendamain untuk dirinya dan bangsa Israel (Imamat 9:7)
5.      Orang kusta yang didamaikan sebelum dibawa ke kemah orang Israel (Imamat 14:18-31,53).

Yang dimaksud dengan "hari pendamaian" itu disebut juga "pendamaian tahunan.  Yang melakukan hari pendamaian ini adalah Imam Besar untuk pendamaian untuk dirinya sendiri, untuk seluruh bangsa dan tempat kudus. Dengan membawa darah yang ditumpahkan di mezbah kurban bakaran dan memecirkkan darah pendamaian di atas dan di depan tutup pendamain, penutup Tutup Perjanjian. Darah ditutup pendamaian itulah yang merupakan pemuasan, pembersihan, pengampunan, penghapusan, pendamaian, rekonsiliasi. Inilah yang pengampunan, penghapusan, pendamaian, rekonsiliasi. Inilah yang mengungkapkan Allah yang berkemurahan dan yang mengampuni.[3]

Melalui "pendamaian harian" dan "hari pendamain" merupakan saranan bagi umat Tuhan (Israel) untuk bisa kudus dihadapan Allah. Kita tahu bahwa manusia itu tidak terlepas dari kesalahan atau pelanggaran. Apalagi kondisi pada saat itu yang tidak begitu baik yaitu panas, susah mendapatkan air dan makanan. Tentu bangsa Israel bersungut-sungut karena kondisi mereka yang tidak baik. Dan Allah itu selalu bermurah hati bila umat-Nya berbuat salah atau melanggar ketetapan-Nya. Dimana Allah menyediakan jalan keluar bagi umat-Nya supaya tidak bisa karena kekudusan-Nya. Melalui mempersembahkan korban penghapus dosa mereka. Allah murka kepada umat-Nya karena kekudusan-Nya dan kebenaran-Nya. Dimana Ia tidak membiarkan saja pelanggaran yang dilakukan bangsa Israel di mana Ia tegas dan adil. Jika dibandingkan di Perjanjian Baru (Ibr 10:4) darah domba jantan dan darah lembuh jatan tidak menghapuskan dosa. Memang itu benar sebab persembahan korban tersebut adalah hanya sebagai sarana saja bagi umat Allah supaya mereka tidak binasa.
Pada bagian pertama ini telah kita baca bersama bahwa Allah menyediakan saranan kekudusan bagi umat-Nya. Pada bagian kedua ini kita melihat lagi yang dilakukan oleh Allah supaya umat-Nya bisa berkenang kepadanya yaitu melalui Hukum Moral, Hukum Sipil, dan Hukum Seremonial. Hukum-hukum ini adalah saranan bagi Isreal untuk melakukan hal yang benar di hadapan Tuhan. Walaupun di dalam Perjanjian Baru menjelaskan bahwa hukum-hukum tersebut membuat bangsa Israel mengenal dosa. Namun setidaknya mereka tahu yang benar dan yang Tuhan inginkan bagi umat-Nya untuk menjadi kudus dan yang berkenang bagi-Nya. Allah memberikan Hukum Taurat bagi umat-Nya supaya mereka tahu yang berkenang kepada Allah. Bukan seolah-seolah Tuhan memberikan hukum tersebut bagi umat-Nya supaya mereka binasa tapi Allah memberikan hukum tersebut supaya mengetahui yang baik. Sebab tanpa Hukum Taurat maka umat Tuhan tidak tahu bahwa itu dosa yang mereka lakukan. Dengan adanya hukum itu memberikan suatu informasi bagi umat-Nya yang dilakukannya itu tidak baik yang najis di hadapan Tuhan.
Misalkan dosa-dosa orang Kanaan,  bila bangsa Israel mengikuti kebiasaan dan perbuatan mereka, Israel pun akan dihalau ke pembuangan (18:24). Karena kemesuman seksual merajalela di antara bangsa-bangsa itu, karena Imamat pasal 18 memperingatkan Israel terhadap perzinahan perbuatan homoseksual, persetubuhan dengan binatang, dan pelacuran. Perbuatan semacam ini merupakan kekejian bagi Tuhan (Ul.23:17-18). Hubungan dekat antara kemesuman seksual dan penyembahan berhalal digambarkan dengan jelas oleh keterlibatan Israel dalam pekerjaan Baal-Peor. Hal sepertilah suatu kekejian bagi Tuhan ialah penyembahan kepada orang Amom (Molokh) yang sering meminta anak-anak dikurbankan. Dan Allah melarang perbuatan-perbuatan tersebut sehingga Allah menuliskan bagi Israel melalui pelantara Musa. Dengan tujuan orang Israel mengetahui itu adalah dosa. supaya umat Tuhan itu selalu berkenang kepada-Nya.[4]

Allah Memelihara Umat-Nya
Dari berbagai aturan dalam kitab Imamat ini dan ketetapan Tuhan bagi umat-Nya dengan tujuan supaya umat-Nya bisa kudus dan benar di hadapan-Nya. Dan Ia juga memberikan jalan keluar bagi umat-Nya jika mereka melakukan kesalahan. Mereka harus mempersembahkan korban penghampus dosa supaya kehidupan mereka selalu berkenang dihadapan Tuhan. Dan samping itu juga Allah memelihara kehidupan mereka dimana Tuhan memberkati kehidupan mereka, menolong mereka dan melindungi kehidupan mereka. Pemeliharan Allah kepada umat-Nya merupakan suatu bagian dari kekudusan-Nya. Wujud dari kekudusan-Nya adalah umat-Nya selalu damai dan tidak mengalami suatu kesusahan jika umat-Nya kudus dihadapan-Nya. Sebab berkat-berkat Tuhan itu muncul bagi umat-Nya adalah disaat mereka melakukan ketetapan-Nya dan hidup di jalannya Tuhan. Namun jika mereka melakukan pemberontakan misalkan menyembah berhalal maka bukan berkat yang muncul melaikan kutuk yang mereka peroleh.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Jadi makna dari kekudusan Allah dalam kitab Imamat ini adalah ada tiga hal yaitu pertama, Ia tegas bila umat-Nya melakukan suatu pelanggaran. Kedua, Ia memberikan saranan bagi umat-Nya untuk bisa kudus dihadapan-Nya yaitu melalui korban penghampus dosa dan Hukum-Hukum-Nya.Ketiga, Ia memeliharat kehidupan umat-Nya sebab wujud dari kekudusan-Nya adalah berkat-berkat dan penyertaan-Nya.

Prinsip-Prinsip & Aplikasi  
a.       Allah menghendaki umat-Nya kudus dihadapan-Nya
b.      Allah tidak memadang muka bila umat-Nya melakukan suatu kesalahan
c.       Allah selalu memberikan jalan keluar bagi umat-Nya bila melakukan kesalahan
d.      Allah memberkati umat-Nya


Aplikasi:
a.       Kita sebagai orang percaya harus menyadari status kita dihadapan Tuhan karena kita ini adalah orang-orang kudus sebab Kristuslah yang menguduskan diri kita melalui penebusan-Nya bagi kita orang berdosa.
b.      Kita sebagai orang percaya jangan kita terjebak pemikiran kita Allah itu kasih yang dimana disaat kita berbuat salah Tuhan mengampuni kesalahan kita. Namun kita harus memperhatikan juga bahwa Ia adalah Allah yang kudus yang dimana Ia tidak membiarkan dosa berkembang.
c.       Kita sebagai orang percaya pada masa kini. Kita harus bersyukur dihadapan Tuhan karena Tuhan telah menyediakan jalan keluar bagi kita disaat kita berbuat dosa Kristus telah menanggu kesalahan kita.
d.       Kita harus memberikan yang terbaik bagi Tuhan karena Tuhan itu telah memelihara kehidupan kita.

Daftar Pustaka
Hill & Walton. Survei Perjanjian Lama.Malang: Gandum Mas. 2013.
Zebua Kasieli.Teologi Sistematika III.Surabaya: STTIA. 2020.
Wolf Herbert. Pengenalan Pentateukh.Malang: Gadum Mas. 1998
J.D Douglas dkk. Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jidid II.Jakarta: LAI. 2003.
Pfeiffer Charles F. The Wycliffe Bible Commentary.Jawa Timur: Gandum Mas. 2005.



[1]Charles F. Pfeiffer, The Wycliffe Bible Commentary,(Jawa Timur: Gandum Mas, 2005) hlm.143
[2]Hill & Walton, Survei Perjanjian Lama,(Malang: Gandum Mas, 2013) hal.132-140
[3]Dr. Kasieli Zebua, M.Th, Teologi Sistematika III,(Surabaya: STTIA, 2020) hlm.20
[4]Herbert Wolf, Pengenalan Pentateukh,(Malang: Gadum Mas, 1998)Hlm. 246

Related Posts

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter