MAKALAH KONTRIBUSI FILSAFAT BAGI PENDIDIKAN KRISTEN ABAB XV-XVIII

Post a Comment

BAB I
PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang
Pada abad 15-18 ini membicarakan tentang dua hal yaitu abad pertengahan dan abad pencerahan. Abad pertengahan di mulai dari abad 5-17 yang di mana membicarakan masa lahirnya filsafat Eropa. Sebagaimana filsafat Yunani dipengaruhi oleh kepercayaan Kristen. Artinya, pemikiran filsafat Abab pertengahan didominasi oleh agama. Timbunya agama Kristen pada permulaan abad masehi mambawa perubahan besar terhadap kepercayaan agama. Zaman pertengahan adalah zaman keemasaan bagi kekristenan. Disinilah yang menjadi persoalannya, karena agama Kristen itu mengajarkan bahwa Tuhanlah yang merupakan kebenaran yang sejati. Hal ini berbeda dengan pandangan Yunani kuno mengatakan bahwa kebenaran dapat di capai oleh kemampuan akal. [1]Jadi, pada abad pertengahan, hegemoni antara akal dan iman benar-benar tidak seimbang. Pada abab itu akal kalah total dan iman menang mutlak.[2]Jadi kelemahan filsafat Kristen pada Abad Pertengahan itu ialah sifatnya yang terlalu yakin pada penafsiran teks Kitab Suci. Penafsiran sebernarnya tidak berarti daripada sekadar filsafat juga. Jadi, penafsiran pada dasarnya bersifat relative kebenarannya, tidak absolut. Pada abad pencerahan di mulai pada tahun 1687-1789 M yang menyatakan tentang perpisahan pengaruh-pengaruh gereja dalam pemerintahan. Hal ini bisa terjadi karena masyarakat menyadari bahwa berpikir secara ilmiah itu penting. Padangan masyarakat tentang pola pemikiran bisa berubah karena di pengaruhi dari filsafat yang ada.

2.      Identifikasi Masalah
Pada abad pertengahan kalangan masyarakat menolak tentang ide-ide pikiran melainkan masyarakat pada saat itu lebih tetarik terhadap doktrin agama. Sehingga ilmu pengetahuan pada saat itu tidak berkembang di kalangan masyarakat. Pada abad pencerahan pengaruh-pengaruh agama dalam Negara telah hilang.

3.      Rumusan Masalah
1.      Bagaimana yang disebut filsafat ?
2.      Bagaimana yang disebut Pendidikan Kristen ?
3.      Apa ide-ide para tokoh pemikir tentang kontribusi filsafat terhadap Pendidikan Kristen pada abad 15-18 ?

4.      Tujuan Penulis
1.      Menjelaskan pengertian filsafat
2.      Menjelaskan pengertian pendidikan Kristen
3.     Menjelaskan ide-ide para pemikir terhadap kontribusi filsafat terdapat Pendidikan Kristen.



BAB II
PEMBAHASAN
1.      Filsafat
1.1.   Pengertian Filsafat
Kata filsafat berasal dari kata Yunani filosofia, yang diturunkan dari kata kerja filosofein,yang berarti mencintai kebijaksanaan. Akan tetapi arti kata ini belum menampakan hakekat filsafat yang sebenarnya. Sebab "mencintai" masih dapt dilakukan secra pasis saja. Oleh sebab itu kata filsafat lebih mengandung arti "himbauan kepada kebijaksanaan".[3]Sedangakan dalam ruang lingkup kajian filsafat dalam epistemologi  merupakan "filsafat pengetahuan" merupakan salah satu cabang filsafat.  Oleh kerena itu, filsafat ilmu menjadi bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah)..[4]Filsafat secara ontologi adalah ilmu hakekat yang menyelediki alam nyata ini dan bagaimana keadaan yang sebenarnya. Dengan demikian ontologi adalah ilmu pengetahuan yang meneliti segalah sesuatu yang ada. Ontologi adalah bagian filsafat yang paling umum, atau merupakan bagian dari metafisika, dan metafisika merupakan salah satu dari filsafat.[5]Dan kalau secara aksiologi dalam pengertian umum sebagai teori filosofis tentang nilai yaitu studi terhadap watak dasar nilai-nilai dan atau pertimbangan dan argumen-argumen filosofis berkenaan dengan nilai-nilai. Di mana filsafat melakukan apa yang disebut  investigasi secara rasional terhadap saling hubungan antara ilmu pengetahuan dan eksistensi manusia berdasarkan sudut pandang etis.[6]

2.      Pendidikan Kristen
2.1.   Pengertian Pendidikan Kristen
Pendidikan Kristen merupakan upaya ilahi dan manusiawi yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, untuk mentransmisikan pengetahuan, nilai-nilai, sikap-sikap dan ketrampilan-ketrampilan dan tingkah laku yang konsisten dengan iman Kristen. Pendidikan mengupayakan perubahan, pembaruan dan reformasi pribadi-pribadi, kelompok dan struktur, oleh kuasa Roh Kudus, sehingga orang percaya hidup sesuai dengan kehendak Allah, sebagimana dinyatakan oleh Alkitab dan oleh Tuhan Yesus sendiri.

2.2.   Tujuan Pendidikan Kristen
Tujuan pokok pendidikan Kristen, termasuk di dalamnya pendidikan anak, adalah memperlengkapi warga jemaat agar dapat mewujudkan tanda-tanda Kerajaan Allah dalam Yesus Kristus, sambil menantikan penggenapannya.  Tujuan pendidikan sering disebut juga visi dan misi.  Tujuan pendidikan Kristen perlu dijabarkan dalam konteks masa kini yang konkret dan tertentu, agar Kerajaan Allah tidak sekadar sebagai slogan melaikan hidup secara nyata dan jelas.[7]Pendidikan Kristen bagi Luther adalah menyadarkan anak didik dan orang dewasa tentang keadaan mereka yang sebernarnya, yaitu merekalah orang berdosa dan  karena itu mereka berbuat dosa. [8]

3.      Pendidikan Kristen Abab XV-XVIII
3.1.   Abab XV
Pada abad pertengahan adalah abad yang lebih menonjol kekuasan gereja dalam Negara. Di mana iman lebih mutlak terhadap akal. Sehingga pada abad 15 adalah masa tidak dipergunakan ide-ide pikiran. Sehingga masa tersebut adalah masa miskinnya dunia pendidikan. Rene Descartes memberikan beberapa argumen-argumen dalam melawan arus kekuasan gereja dalam negara. Sebenarnya argumen-argumen yang diajukan oleh Descartes adalah bertujuan untuk melepaskan filsafat dari kekangan gereja. Itu kelihatan dalam argument cogito yang terkenal itu.[9] Dalam pernyataan yang ia katakan Cogito ergo sum, ia menyatakan bahwa sumber keyakinan itu berasal dari keragu-raguan. Maka dari itu dalam epistemologinya Descartes dengan menggunakan metode analitis dan dengan pendekatan filsafat rasional yang mendahulukan akal ia mengatakan bahwa “ aku berfikir maka aku ada”. Dimulai dengan meragukan apa yang ada, segalanya, akan tetapi ia tidak dapat memungkiri bahwa dirinya yang sedang berfikir tidak dapat diragukan. Maka dia mengatakan aku berfikir, maka aku ada. Dalam peryataan ini menunjukan bahwa akal sangat berfungsi untuk mengenal diri sendiri. Tanpa seseorang tidak berpikir dalam ajaran yang disampaikan kepadanya maka ia tidak mengerti apa-apa yang dia dengar. Dan jika seseorang tersebut berpikir apa yang dia dengar menimbulkan suatu keraguan dalam dirinya, disitu timbulnya keyakinan dalam dirinya. Berfilsafat mengenai pendidikan Kristen adalah hal yang masuk akal, bukan sekedar tidak masuk akal. Filsafat itu penting dalam memahami posisinya dalam ajaran yang dia dengar. Tanpa seseorang tersebut tidak bertanya tentang ajaran yang dia dengar, maka ajaran yang dia dengar tidak berkembang dalam dirinya. Itulah sebabnya Descartes memberikan argumenya bahwa disaat ia ragu-ragu tentang dirinya, maka ia menyadari aku berpikir, maka aku ada. Disaat seseorang tersebut dalam posisi keraguan, ia menyadari dirinya ia membutuhkan jawaban yang pasti dalam dirinya. Jawaban yang pasti ada, disaat seseorang tersebut yakin apa yang dia ragukan.

3.2.   Abab XVI
Pada abad 16 adalah abad yang berkelajutan sampai abad 18, yang mengenai pemikiran Renaissance yang paling menonjol dari beberapa pemikir yang lain. Pada masa itu yang dipandang sebagai sumber pengetahuan yang hanya secara alamiah dapat dipakai manusia, yaitu akal (rasio) dan pengalaman (empiri), padahal  orang cenderung untuk memberitekanan kepada salah satu dari keduanya itu, maka pada abad itu muncul dua aliran yaitu aliran rasionalisme dan empirisme.[10]Pemikiran Locke tentang pendidikan agama Kristen adalah menyatakan bahwa negara tidak boleh memeluk agama, tidak dapat memerintahkan atau meniadakan suatu dogma. Tiap warga Negara bebas dalam soal keagamaan. Hak Negara hanyalah untuk menindas teori-teori dan ajaran-ajaran yang membahayakan keberadaan Negara. Pandangan Locke yang mengenai agama bersifat deitis. Namun disisi lain padanganya Agama Kristen adalah agama yang paling masuk akal dibandingkan dengan agama-agama yang lain, karena dogma-dogma yang hakiki agama Kristen dapat dibuktian oleh akal. Bahkan pengertian "Allah" itu disusun oleh pembuktian-pembuktian. Jadi  Locke bukan berpangkal pada pengertian "Allah" yang telah ada, lalu pengertian itu dibuktikan, malaikan berpangkal pada fakta keberadaan manusia sebagai makhuk akali yang dapat berdiri sendiri. Dari posisi pemikiran Locke berpikir agama Kristen adalah agama yang masuk akal, karena pendidikan yang disampikan dapat dibuktikan. Pembuktian keyakinan agama Kristen dapat melalui sejarah. Sejarah adalah hal yang nyata dan telah terjadi yang tidak bisa di rekayasa. Namun, masalahnya pada masa itu agama sangat berpengaruh terdapat warga Negara. Sehingga seolah-olah yang mengatur posisi Negara adalah agama. Hal itu bagi Locke tidak setuju baginya. Sebab agama dan Negara mempunyai posisih masing-masing. Itulah sebabnya Locke menyatakan bahwa masyarakat itu mempunyai hak untuk memilih keyakinan yang dia yakini.

3.3.   Abab XVII
David Hume (1711-1776), yang sebenarnya pengikut Locke, ia berkata bahwa bila akal telah menentang manusia, maka akan tiba waktunya manusia akan menentang akal. Keyakinan agama dan harapan, yang bermega dalam pada lembaga-lembaga sosial dan  di hati manusia, tidak akan begitu saja mengizinkan diri mereka tunduk pada kuasa akal.  Tidak akan dapat disangkal keyakinan itu akan menghukum perasaan mereka dan akan menentukan perhintungan terhadap akal sebagaimana juga terhadap agama. Pemikiran David Hume adalah termasuk dalam golongan Empirisme. Maksud dari empirisme adalah pengetahuan dapat diperoleh dari peranan pengalaman dan bukan dari didasarkan oleh rasio belakang. Empirisme dan rasionalisme bertolak belakangan. Namun kalau diperhatikan pemikiran David Hume seseorang tersebut memperoleh suatu pengetahuan dapat melalui dari pengalaman seseorang yang dia alami. Terutama dalam hal keyakinan akan seseorang. Seseorang memperoleh suatu keyakinan akan Tuhan disebabkan karena pengalaman yang dirasakanya melalui dari indra yang dia miliki. Memang dalam hal membuktikan keberadaan Tuhan secara nyata, itu hal yang sangat sulit, karena persoalan mengenai Tuhan adalah berkaitan dengan metafisika. Oleh sebab  itu kaitannya kontribusi filsafat terhadap pendidikan Kristen adalah berfilsafat itu tidak hanya sekedar standar akal saja, melaikan harus ada suatu pengalaman yang medukung objek yang dia temukan. Itu sebabnya berjalannya suatu dunia pendidikan harus didasari suatu objek yang diteliti atau di observasi.

3.4.   Abab XVIII
Abab 18 merupakan abab pencerahan bagi perubahan dramatis dalam kebudayaan Eropa.  Yang dulunya bangsa Eropa tidak begitu berpegang terhadap filsafat, namun abab 18 awal menggunakan ide-ide pikiran. Bagi mereka pada saat itu  akal adalah sebagai terang membimbing manusia dalam melakukan segalah yang dikerjakannya. Terutama dalam hal kritis, baik dalam bidang kehidupan, politik, ilmu pengetahuan, pendidikan maupun dalam gereja. Rousseau adalah seorang ahli pemikir yang terkenal di Eropa pada saat itu. Di mana ia memberikan suatu pandanganya dalam melawan budaya. Memang dalam melawan budaya adalah salah satu pemikiran yang sangat penting. Bagi Rousseau yang membuat manusia terasingkan dari dirinya sendiri adalah kemajuan ilmiah dan oleh kebudayaan pada umumnya. Keadaan pada masa itu budaya memang membuat manusia menjadi jahat terhadap sesamanya. Bagi Rouseau salah satu untuk mengubah pola pikir orang Eropa pada saat itu adalah dengan mancangkau generasi barunya. Dengan menghadirkan suatu Pendidikan Kristen. Pendidikan adalah hal sangat penting mendidik anak-anak. Sebab anak-anak adalah generasih baru. Tanpa dilengkapi suatu didikan sejak mereka masa kecil maka untuk mengubahkan pola pikir mereka setelah dewasa sangat sulit sekalih. Oleh sebab itu Roesseau berpendapat bahwa pendidikan bertugas untuk membebaskan anak dari pengaruh kebudayaan dan untuk memberi kesempatan kepada anak mengembangkan kebaikannya sendiri yang alamiah. Segalah sesuatu yang datang merugikan perkembangan anak, yang alamiah  harus dijauhkan dari anak. Di dalam pendidikan tidak boleh ada pengertian "kekuasaan" yang memberi perintah dan yang harus ditaati.
Kalau diperhatikan pemikiran Kant tentang agama sebagai filsuf, bukan sebagai seorang yang teolog. Jadi, ia mendekati fenomena "agama" secara rasional. Artinya, akal (ratio, Vernufl) yang digunakannya ialah "akal murni" (die reine Vernunft) yang tidak dipengaruhi oleh dogma, keyakinan, ideologi atau pemikiran yang lain yang berasal dari luarnya. Kritiknya terhadap "akal murni" dan penggunaannya merupakan isi dari karya pertamanya yang "kritis" dan khususnya dalam buku itu ia mengecam habis-habisan semua penggunaan akal dalam bidang-bidang pemikiran dan ilmu di mana ia tidak berwenang. Jadi titik tolak kritik Kant adalah kenyataan akal merupakan sebagai asasi dari manusia, tetapi manusia juga suatu fenomena duniawi dan dengan demikian akal ada juga sesuatu yang dibatasi dengan hukum-hukum yang berlaku bagi semuanya yang berada di dalam dunia yang terbaktas.[11]

BAB III
PENUTUP
1.      Kesimpulan
Filsafat adalah berpikir secara masuk akal yang mengandung arti himbauan kepada kebijaksanaan. Tetapi makna filsafat pada abad pertengahan tidak di pergunakan, malahan masyarakat sekitar lebih terpengaruh terhadap doktrin agama. Berpikir secara rasional adalah hal yang baik terhadap pertumbuhan iman.  Sehingga pada zaman abad pertengahan, banyak orang buta akan kebenaran yang hanya menerima saja yang sampaikan oleh para Paus atau Uskup. Mengenai berpikir secara rasio itu sangat begitu penting dalam pendidikan Kristen. Tanpa berpikir secara rasio dalam Pendidikan Kristen, maka ilmu pengetahuan dalam dunia Pendidikan Kristen akan miskin.
Mengenai Pendidikan Kristen dalam dunia filsafat adalah hal yang masuk akal. Sesuai dari beberapa para pemikir seperti Rene Descartes, Locke, David Hume dan Rousseau. Dari beberapa argument yang disampikan para pemikir tersebut adalah salah satu membuktikan bahwa berfilsafat dalam dunia kekristenan itu sangat begitu perlu. Untuk menyatakan pendidikan yang masuk akal dan terbukti. Sebab salah satu hal seseorang membedakan suatu padangan yang baik dan yang buruk adalah akal. Sehingga itu sebabnya banyak ahli filsof pada saat itu menetang sebuah gereja saat itu karena agama yang mengatur dalam hal pemerintahan. Sehingga bagi para filsof adalah mengagap hal tersebut tidak benar. Sebab agama dan Negara mempunyai tugasnya masing-masing.
Sehingga pada abad pencerahan kontribusi filsafat terdapat Pendidikan Kristen telah berpengaruh ide-ide pikiran. Hal itu bisa diterima karena sesuai dari kondisi perkembangan alat-alat teknologi. Walaupun posisi pada masa tersebut filsafat menjadi pengacau akan iman kekristenan. Yang perluh di perhatikan tentang kepercayaan adalah adanya keseimbangan akan pengetahuan dan iman. Sehingga Pendidikan Kristen tidak mudah dipengaruhi berbagai mempengaruhi kepercayaan seseorang.

2.      Saran
ð  Jangan kita pandangan baik yang kita dengar yang tidak masuk akal, melaikan kita sebagai orang Kristen harus mampu kritis dalam mempertahankan suatu kebenaran.


ð  Pendidikan Kristen bukan hanya sekedar saja meyakinkan orang akan iman mereka melaikan harus memberikan suatu pengertian yang mereka yakini.

ð  Belajar itu bukan hanya sekedar berpikir saja melaikan adanya suatu objek yang diteliti.


Daftar Pustaka
Schumann Herbert. 2016. Filsafat & Agama.(Jakarta: PT BPK Gunung Mulia)
Hadiwijono Harun. 2011. Sari Sejarah Filsafat Barat 2(Yogyakarta: Kanisius)
Tafsir Ahmad. 2003 Filsafat Umum.(Bandung: PT Remaja Rosdakarya)
Sudibyo Lies & KKW. 2014 Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Deepublish)
Ismail Andar. 1980 Ajaran Mereka Melakukan, (Jakarta: PT BPK GUNUNG MULIA)
Boehlke Robert R. 2006.Sejarah Perkembangan Pikiran Dan Praktek Pendidikan Agama Kristen.( Jakarta: Gunung Mulia)
Hamersma Harry. 1992. Pintu Masuk Ke Dunia Filsafat. (Yogyakarta: Kanisius)
 Hadiwijono Harun. 2006. Seri Sejarah Filsafat Barat 1.(Yogyakarta: Kanisius)
Mustansyir Riza. 2009 Filsafat Ilmu.(Yogyakarta: Pustaka Belajar)


[1]Riza Mustansyir, Filsafat Ilmu.(Yogyakarta:Pustaka Belajar 2009) 32
[2]Ahmad Tafsir, Filsafat Umum,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003) 117
[3]Harun Hadiwijono Seri Sejarah Filsafat Barat 1,(Yogyakarta: Kanisius, 2006) 7
[4]  Wardani,Epistemologi Kalam Abab Pertengahan, (Yogyakarta: PT. LKIS Printing Cermerlang) 18
[5]Harry Hamersma, Pintu Masuk Ke Dunia Filsafat, (Yogyakarta: Kanisius, 1992) 15
[6]  Lies Sudibyo & KKW, Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Deepublish, 2014) 76-77
[7]  Andar Ismail, Ajaran Mereka Melakukan, (Jakarta: PT BPK GUNUNG MULIA, 1980) 18
[8]Robert R. Boehlke, Sejarah Perkembangan Pikiran Dan Praktek Pendidikan Agama Kristen,( Jakarta: Gunung Mulia, 2006) 341
[9]  Ahmad Tafsir, Filsafat Umum,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003) 117
[10]  Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat 2, (Yogyakarta: Kanisius, 2011) 18
[11]Herbert Schumann, Filsafat & Agama,(Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2016) 242

Related Posts

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter