TAFSIRAN ROMA
3:21-31
Ayat 21
Istilah sekarang dalam pasal 3:21 ditekankan dalam bahasa aslinya karena Paulus beralih dari aion lama untuk menceritakan apa yang baru.
Nygren menegaskan bahwa sama seperti dosa adalah suatu kuasa yang menguasai manusia dan bukan hanya sekadar suatu kondisi batin dari manusia, tetapi sebenarnya kebenaran adalah suatu kuasa yang dipakai Allah untuk memberikan status baru kepada manusia. Nygren mengatakan bahwa kebenaran Allah sebaliknya diterjemahkan "kebenaran dari Allah".
Pemakain istilah dinyatakan di sini mengingatkan para pembaca akan pemakaian istilah yang mirip dalam pasal 1:17 di mana dikatakan bahwa "kebenaran Allah sedang dinyatakan", dan juga pasal 1:18 di mana dikatakan bahwa "murka Allah sedang dinyatakan". Kalau pasal 1:17, 1:18 dan 3:21 dibandingkan, maka suatu perkembangan akan terlihat di situ.
Ayat 22
Istlah kebenaran Allah yang diuraikan dalam surat Roma adalah suatu kebenaran yang ditawarkan kepada semua, dan sungguh diberikan atas semua orang yang percaya.
Ayat 23
Di sini Paulus mendukung pernyataan di atas. Sesuai dengan pasal 1:18-32 bahwa semua orang bukan Yahudi telah berbuat dosa, dan sesuai dengan pasal 2:1-3:8 bahwa semua orang Yahudi telah berbuat dosa sehingga "tidak ada perbedaan".
Catatan Nygren mengenai ayat ini tepat. Setiap pernyataan negative tentang dosa dan usaha manusia yang sia-sia menggarisbawahi bahwa kebenaran hanya dapat diperoleh dari Allah. Hanya Allah saja yang dapat membenarkan orang. Allah dipermuliakan melalui kegagalan manusia yang menyeluruh, seperti apa yang sudah dikatakan dalam pasal 3:5a.
Telah kehilangan kemuliaan Allah
Arti dari anak kalimat ini banyak didiskusikan oleh penafsir. Rupanya maksud Paulus di sini adalah manusia, sebagai gambar Allah, harus bersekutu dengan Allah sehingga ia boleh mengambil bagian dalam kemuliaan Allah, tetapi karena dosa-dosa, maka sekarang manusia tidak boleh mengambil bagian dalam kemuliaan Allah.
Demikian juga dengan keadaan manusia. Tidak ada harapan baginya. Ia telah berbuat dosa dan jauh kemuliaan Allah. Dengan ayat ini Paulus meninggalkan tema dosa manusia untuk mendiskusikan kebenaran Allah yang disediakan bagi manusia.
Ayat 24
Sudah dibuktikan bahwa tidak ada kebenaran yang dapat dikerjakan oleh manusia dalam aion kematian, tetapi ada kebenaran, yaitu kebenaran yang dari Allah, bagi manusia. Itulah kebenaran yang satu-satunya.
Ayat ini tidak memberikan kesan bahwa "semua orang" yang disebut dalam pasal 3:23 telah dibenarkan, dan hal iman bukanlah apa-apa Rasul Paulus menjelaskan bahwa kebenaran tersebut dapat diterima oleh semua orang "melalui iman dalam Yesus Kristus".
Yang penting adalah bahwa sama seperti "tidak ada perbedaan" antara orang Yahudi dan bukan Yahudi, mereka sama-sama dibawah murka Allah dan tidak dapat membenarkan diri mereka, demikian juga "tidak ada perbedaan" antara orang Yahudi dan orang yang bukan Yahudi, karena mereka sama-sama dapat dibenarkan dengan Cuma-Cuma penebusan melalui Kristus Yesus.
Karena penebusan
Istilah penebusan menunjuk pada pembebasan dari perbudakan kuasa aion kematian, seperti dalam Kolose 1:13 di mana Paulus berkata "Ia telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan Anak-Nya yang kekasih".
Ayat 25
Ayat ini mengandung banyak hal yang menarik dari karya Tuhan Yesus bagi kita, tetapi sebelum hal itu dipikirkan, perlu dimengerti bahwa pengkalimatan ayat ini semuanya berasal dari inisiatif Allah Bapa Dialah yang menyatakan Tuhan Yesus sebagai korban pedamain.
Yang telah dinyatakan Allah
Istilah dinyatakan didiskusikan oleh para penafsir. Kata kerja ini dapat berarti "bermaksud" ditetapkan" atau "dinyatakan, dipamerkan". Secara harfiah protithemi berarti "meletakkan di depan". Kata ini hanya dipakai tiga kali dalam seluruh Perjanjian Baru.
Sebagai korban pendamaian
Korban pendamain ini hanya efektif bagi orang yang percaya kepada Yesus Kristus sebagai Juruselamat. Perbuatan manusia tidak usah dipermasalahkan. Paulus sudah membuktikan dan menegaskan bahwa perbuatan, ketaatan pada hukum Taurat, tidak ada gunanya.
Dalam darah-Nya, melalui kematian Yesus Kristus sebagai korban, Ia menjadi korban pendamaian. Dalam Perjanjian Baru darah Yesus tidak hanya menunjuk pada kematian-Nya, tetapi juga menegaskan pentingnya darah korban.
Hal ini dibuat-Nya untuk menunjukkan keadilan-Nya, karena Ia telah membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaran-Nya.
Dalam bagian ini Paulus sudah menegaskan bahwa program Allah diadakan di muka umum, sesuai dengan Roma 3:21, "kebenaran Allah telah dinyatakan". Kenyataan ini sudah "disaksikan" dalam Perjanjian Lama. Dalam 3:25a Kristus sudah dinyatakan atau dipamerkan sebagai korban pendamaian. Unsur ini dilanjutkan di sini. Dengan demikian Ia menunjukkan keadilan-Nya. Memang dahulu, sebelum korban pendamaian yang sampurna dikorbankan, Ia membiarkan dosa, tetapi hal ini tidak menyangkal keadilan-Nya. Darah Yesus Kristus berlaku untuk dosa-dosa yang sudah dan akan dilakukan.
Ayat 3:26
Ayat ini mengulangi dan menegaskan apa yang sudah dikatakan dalam pasal 3:25b. dalam bahasa Yunani Paulus tidak berkata Allah itu benar. Arti anak kalimat ini lebih luas daripada itu. Ia dikorbankan karena Allah adalah benar. Pengertian ini lebih tegas daripada apa yang kelihatan dalam terjemahan bahasa Indonesia.
Ayat 27
Dengan mengemukakan pertanyaan mengenai kemegahan ini, Paulus kembali pada tema bagian ini, yaitu bahwa kebenaran Allah diberikan kepada orang percaya, tanpa perbuatan hukum Taurat. Ada kebenaran yang disediakan bagi manusia, tetapi kebenaran yang ada bagi kita meniadakan kemegahan kita.
Ayat 28
Kalau manusia dibenarkan karena iman tanpa perbuatan-perbuatan hukum Taurat, maka jelas sekali dengan Efesus 2:9 yang mengatakan bahwa keselamatan oleh iman "bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri", dan Yeremia 9:23-24.
Paulus berkata bahwa mausia dibenarkan karena iman tanpa perbuatan-perbuatan hukum Taurat. Pada waktu Paulus menceritakan bagaimana caranya supaya orang dapat dibenarkan, ia tidak mengemukakan perbuatan orang. Ia hanya menceritakan perbuatan Kristus di kayu salib. Perbuatan yang lain sudah "ditutup diluar" ruang diskusi mengenai hal ini. Segala perbuatan manusia yang diharapkan untuk memperlancar pembenaran manusia berada dalam aion kematian.
Ayat 29
Kalau Allah mempertimbangkan perbuatan dalam membenarkan orang, maka perbuatan hukum Taurat harus diutamakan karena Dialah yang mengilhamkan hukum Taurat. Dan kalua perbuatan hukum Tuarat dipertimbangkan, maka orang Yahadi mempunyai suatu jalan keselamatan yang lain dari apa yang disediakan bagi orang bukan Yahudi.
Ayat 30
Nygren menegaskan "sama seperti hanya ada satu Allah saja, demikian juga hanya ada satu jalan keselamatan untuk seluruh umat manusia.
Ayat 31
Kalau manusia dibenarkan…tanpa perbuatan-perbuatan hukum Taurat, maka tampaknya Paulus seperti membatalkan hukum Taurat. Apa gunanya hukum Taurat kalau tidak dapat dipakai untuk menuntun orang pada keselamatan? Seperti yang sudah diuraikan pasal 3:19-20, hukum Taurat tidak dimaksudkan untuk membawa pembenaran bagi orang yang taat, tetapi hukum Taurat membawa pengenalan akan dosa, supaya "tersumbat setiap mulut". Hukum Taurat berfungsi terutama untuk membungkam setiap manusia yang suka memegahkan diri.
Sama sekali tidak! Sebaliknya, kami meneguhkannya.
Dari segi fungsi ini hukum Taurat diteguhkan oleh pengajaran dalam surat Roma yang berkata bahwa manusia hanya dapat dibenarkan karena iman. Baik iman maupun Taurat sama-sama mendiadakan kemegahan manusia sehingga Paulus berkata kami meneguhkannya.
Daftar Pustaka
Dave Hagelberg, M.Th. Tafsiran Roma Dari Bahasa Yunani.Bandung: Yayasan Kalam Hidup. 2000.
Post a Comment
Post a Comment