Makalah Tentang Filsafat Kristen - 2021

Post a Comment


Tugas Makalah

Kontribusi Filsafat Bagi Teologi Kristen
 Abad XIX-XX



Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah :
Filsafat


PROGRAM  SARJANA TEOLOGI (S.Th.)
Dosen Pengampu:
Stevanus Parinussa, M.Th.


Oleh :
Andreta Yohana Sihombing



SEKOLAH TINGGI TEOLOGI TABERNAKEL INDONESIA
                                                                       (STTIA)                                




BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Ada banyak orang Kristen yang menganggap minat terhadap filsafat sebagai suatu hal yang membuat orang Kristen ragu-ragu. Ada banyak filsafat yang masih mempunyai kesangsian yang begitu serius antara kehormatan dan intelektual dengan kepercayan agama. Filsafat adalah suatu disiplin intelektual yang lebih mengarah pada natur realita dan penyelidikan terhadap prinsip-prinsip umum mengenai pengetahuan dan keberadaan. Iman Kristen menimbulkan pertanyaan-pertanyaan falsafah yang menyelidiki latar belakang dari pernyataan-pernyataan iman Kristen. Jika filsafat lebih berfokus untuk membicarakan mengenai realita dan kebenaran dan tidak boleh berbalik untuk membahas persoalan-persoalan agama. Tidak semua orang dapat mempertimbangkan apa yang diperlukan dan menemukannya. Seseorang tidak dapat selalu menemukan kebenaran melalui ide-ide yang terbentuk. Sebab Hume pernah meninjau bahwa alam lebih kuat dari pada prinsip.  Dan kemunkinan kant dan hume sama-sama mengataan bahwa agama terlalu kuat bagi filsafat-filsafat yang telah terbentuk sebelumnya.

Zaman Victoria merupakan zaman yang dimana semua orang bersama-sama untuk menyesuaikan diri dengan undang-undang moral yang kaku dan menerapkan agama yang keras, tanpa sukacita. pada kenyataannya abad ke Sembilan belas adalah zaman beriman dan sekaligus zaman yang tidak beriman. Di zaman ini lebih menyaksikan pada perkembangan misionaris yang tidak ada bandingannya, serta melihat kebangunan-kebangunan dalam bidang agama di berbagai belahan bumi.  [1]

Di blog ini ada lagi makalah filsafat dari beberapa penulis. Untuk menemukan klik halaman pencarian di blog ini lalu ketik "makalah filsafat"

Filsafat dan teologi atau agama mempunyai tugas, tujuan,  dan titik tolak yang berbeda. Teologi bekerja atas dasar wahyu sebagaimana tertulis dalam kitab suci. Teologi adalah ilmu yang secara ilmiah mereflesikan ajaran agama dan Tuhan, atau refleksi tentang kepercayaan religius. Jadi, objek teologi atau ajaran agama atau kepercayaan religius. Gagasan atau pemikiran para filsuf memperlihatkan dimensi manusiawi atau duniawi dari agama. Pendekatan fiosofis terhadap agama melihat bahwa agama bukanlah pertama-tama fenomena ilahi, melainkan manusiawi.[2]

2. Indentifikasi masalah
  • Terdapat indikasi perbedaan yang signifikan antara teori dan praktek iman Kristen terhadap iman Kristen tersebut.
  • Terjadinya pendekatan filosofi terhadap agama yang melihat bahwa agama bukanlah pertama-tama fenomena ilahi, melainkan manusiawi.
  • Terjadinya perbedaan tugas, tujuan, dan titik tolak antara filsafat dan teologi.


3. Rumusan Masalah
  • Apa yang melatar belakangi terjadinya indikasi perbedaan yang terjadi antar teori dan praktek iman Kristen terhadap iman Kristen ?
  • Apa yang menyebabkan pendekatan filosofi terhadap agama yang melihat bahwa agama bukanlah pertama-tama fenomena ilahi melainkan manusiawi?
  • Apa yang menyebabkan perbedaan tugas, tujuan, dan titik tolak antara filsafat dan teologi?


Tujuan Penulis
  • Untuk dapat mengetahui kontribusi filsafat bagi teologi kristen
  • Untuk dapat memahami maksud kontribusi filsafat bagi teologi kristen
  • Untuk dapat memenuhi tugas filsafat



BAB II
PEMBAHASAN
1. Kontribusi Filsafat
Pada abad ke-20, sebelum terjadinya perang dunia ke II. Filsuf Inggris mencoba untuk mencari jalan keluar dari derasnya arus skeptiksisme dengan mengonsolidasikan benteng teologi natural. Namun diperlukan juga adanya orang yang dapat menerapkan keabsahan penafsiran  religius mengenai dunia dan ide pribadi yang tertingi sebagai awal dari keperluan untuk dapat memperkenalkan iman Kristen. Hal tersebut merupakan standar dari suatu karya berdasarkan pendapat dari George Galloway. Galloway mendefinisikan filsafat sebagai “suatu refleksi terhadap pengalaman untuk dapat memahami maknanya yang terdalam.” Kemudian ia memimpin pembacanya untuk masuk ke dalam perjalanan pengalaman manusia yang memaparkan pandangan dengan adanya dasar asal dari segala sesuatu atau nilai/kebajikan yang tertinggi dan memberikan arti pada pengalaman itu. Sehingga Uskup Agung William Temple memetik pelajararn tersebut agar dalam berbagai tulisannya pada buku Nature, Man and God (1934). Dapat berkembang dengan baik. Tetapi kedua penulis tersebut telah mempunyai hutang kepada idealisme. Walaupun teologi natural  tidak mencukupi, tetapi apologetika Kristen sangat diperlukan. Karena untuk dapat menyasikan kekristenan yang dapat dilakukan adalah dengan berdasarkan prinsip agama Kristen saja, dianggap tidak terlalu meyakinkan dan mencukupi apabila tidak melirik ke kanan atau ke kiri.

Gerakkan pertama mulai menghantam filsuf-filsuf Inggris dan kemudian memberikan dampak utamanya setelah perang. Dan di pertengahan tahun 1960-an persoalan-persoalan mulai timbul bersamaan dengan kebangkitan skeptisisme pada abad ke-19, yang telah mendominasikan diskusi-diskusi teologi filosofis. Yaitu dimana mereka menghasilkan keputusan yang hampir kronis, mengakibatkan uskup dari Woolwich memohon agar meninggalkan konsep Allah Kristen yang tradisional. Dan bahkan ada beberapa filsuf yang memaksakan bahwa keselamatan agama itu hanya terletak pada kematian Allah.

2. Ketidak lengkapan sistem-sistem filsafat
Perdebatan yang terjadi lebih dari seribu tahun antara filsuf dengan orang-orang Kristen di Barat, adalah tiadk adanya system filsafat yang dapat disebut lengkap dan sempurna. Berdasarkan kenyataannya bahwa sstem-sistem seperti idealism Absolut yang paling banyak mengklaim sebagai sistem yang paling tidak sempurna.

Sistem tersebut kemudian meledak dan menjadi suatu sistem yang dianggap dapat menjelaskan segala sesuatu. Tetapi kemudian atau belakang pembelaannya telah ditemukan dan lebih mengarah pada penyangkalan semua eksistensi dimana kunci-kunci yang mereka gunakan gagal untuk membukanya, atau mengakui semuanya itu tidak seperti yang mereka pikirkan.

Para Rasionalis pada abad ke-XVII merasakan bahwa suatu pemikiran yang jelas dan paparan yang rasional. Para Idealisme abad ke-XIX merasa bahwa sangat perlu untuk dapat menghubungkan seluruh pengalaman dengan penyebab spiritual yang tinggi. Di dalam setiap kasus perhatian bahwa para pemikir itu ditarik oleh wawasan dari masing-masing, dimana mereka yang dibangun menjadi suatu sistem, baik itu kuat maupun yang lemah, yang pada dasarnya dapat menghancurkan maksud aslinya.

Segala sesuatu harus harus dipelajari dari sejarah filsafat, sebab perlu untuk membuang yang lain, dan diperlukan juga salah satu perangkat ide dari filsafat dan membuang yang lain, dan juga diperlukan pengevaluasian yang harud dilakukan secara teliti. Karena tidak ada manusia yang dapat memiliki pengetahuan secara menyeluruh terhadap keseluruhan dari realitas, akan tetapi mereka hanya dapat mengetahui dan hanya benar secara bagian-bagian yang berada dalam satu bidang pelayanannya.

3. Bahaya mencondongkan iman Kristen terlalu dekat kepada Salah Satu
Bahaya menyadarkan kekristenan terlalu dekat dengan selalu system atau ide dari filsafat dan paling sedikit disebabkan karena dua hal, yaitu disatu pihak, iman krsten harus memanipulasi supaya cocok. Dan salah satu bagian yang harus ditarik dan diperluas, sementara yang lain harus diabaikan. Tetapi ditemukan leh pihak lain adalah katika ditemukan kelemahan yang beradadalam system tersebut, sehingga kesan yang didapat adalah bahwa iman Kristen itu juga harus runtuh secara bersama-sama dengan system yang dikawini oleh kekristenan. Namun tidak mengherankan bahwa banyak lingkungan filsafat masa kini diasumsikan bahwa  argumentasi-argumentasi yang rasional dari Aristoteles kuno tentang keberadaan Allah yang telah gugur, sehingga semua dasar dari rasional kepercayaan kepada Allah telah gugur bersama dengannya.[3]

4. Teologi Natural
Teologi ini memiliki sifat yang sangat mirip dengan yo-yo. Ia tidak pernah ditolak, dan selalu saja ada seseorang yang menolong dia untuk membawanya kembali. Dan perlu untuk disetujui bahwa permasalahannya itu tidaklah sesederhana dengan apa yang dibayangkan oleh filsuf. Dan professor Root juga tidak mengatakan seperti apa bentuk yang ia bayangkan setelah lepas dari melemparkan ide bahwa dimasa yang akan datang, teologi natural itu harus melihat kembali dan lebih memperhatikan lagi seni dan imaginasi yang kreatif.
Berikut ini ada beberapa hal yang perlu diusulkan yang dapat menjadi patokan  bagi para pemikir di masa depan, Yaitu:
  1. Argumen-argumen rasionalistik tradisional mengenai keberadaan Allah tidak akan mampu untuk menampung air. Maksudnya adalah mereka tidak akan dapat membawa kita kembali kepada Allah dalam iman dan pengalam Kristen.
  2. Hal-hal seperti yang dijelaskan diatas, bukan merupakan suatu kerugian yang besar. Karena hal tersebut tidak membawa kemuliaan bagi Allah melainkan membawa ke dalam argumen-argumen yang membingungkan dan mereka bukan berusaha untuk membuka pikirang orang unntuk  menerima tantangan wahyu Kristen, namun mereka justru membuktikan pencobaan laten yaitu mereka memodelkan Allah menurut gambaran manusia.
  3. Berdasarkan pihak yang lainnya, seperti Barth pada masa awal telah jatuh ke dalam kesalahan. Mereka lebih menekankan bahwa manusia tidak memiliki pengetahuan tentang Allah jika terpisah dari injil. Berdasarkan kesaksian pokok-pokok penting Alkitab oleh rasul Paulus, manusia memiliki kesadaran akan Allah dan tidak peduli apakah mereka mendengar injil dan tidak peduli mereka merespon atau tidak. Kesadaran ini tidak menunjuk pada pengenalan yang intim dan pribadi  akan Allah di dalam Kristus melalui Roh Kudus. Orang-orang Kristen di sepanjang zaman itu telah menyetujui klaim dari Paulus bahwa kesadaran akan Allah sebagai Dia, yang kepada-Nya kita memberikan pertanggungjawaban tertinggi, menyediakan titik kontak bagi berita Kristen dan merangkul kesalahan manusia ketika terus-menerus memberontak dari Allah. Teologi natural dalam artian pengetahuan yang koheren akan Allah dan relasi-Nya dengan dunia ini tanpa memperdulikan wahyu Kristen yang hanya merupakan jalan buntu.
  4. Sangatlah menarik dalam menyelidiki lebih rinci lagi mengenai perminaan Howard Root akan adanya teologi natural model baru, dibawah terang pandangan Van Til dan Schaeffer tentang perlunya suatu pre-suposisi. Iman Kristen sangatlah membutuhkan penjelasan-penjelaan bagi setiap fenomena, yang jika tidak demikian akan membingungkan. Dengan cara tersebut memberikan makna dari apa yang sebelumnya tidak dimengerti.[4]


5.  Hubungan iman dan nalar
Nalar merupakan cara berpikir yang logis dari seorang mansia, dan iman merupakan suatu kepercayaan atau keyakinan pada suatu agama. Persoalan yang paling mendasar yang dihadapi oleh orang Kristen dalam filsafat adalah mengaitkan iman dan nalar. Sebelum melanjutkan penjelasan-penjelasannya untuk itu sangat diperlukan untuk memahami sitilah-istilah penyataan dan penalaran terlebih dahulu. Penyataan adalah suatu penyingkapan yang dilakukan secara akodrati oleh Alah mengenai kebenaran yang tidak memungkinkan untuk dapat diketahui oleh kekuatan nalar manusia tanpa dibantu. Sedangkan Nalar merupakan suatu kemampuan alami dari suatu proses pemikiran manusia untuk mengetahui kebenaran.

Ada beberapa  pernyataan dari filsuf-filsuf dimana mereka mengklaim bahwa penyataan saja dapat dianggap sebagai suatu sumber yang sah dari pengetahuan manusia. Para filsuf menunjukkan ketidakpercayaan mereka pada nalar manusia sebagai suatu jalan untuk mendapatkan kebenaran.

6. Nalar melebihi pernyataan
Klemen yang merupakan bapak-bapak gereja dari Aleksandria ia menyatakan bahwa filsafat sangat diperlukan bagi orang Yunan untuk dapat membantu mengetahui kebenaran. Sebab filsafat merupakan guru yang membawa pikiran Hellenis seperti hukum, orang Ibrani, kepada Kristus. Klemen bukan hanya mengagung-agungkan nalar manusia, tetapi kadang bahkan menyamakannya dengan penyataan ilahi. [5]

7. Penelitian Alkitab dari segi sejarah dan sastra secara modern
Pemikir yang menganut pandangan nalar melebihi pernyataan ialah yang dikenal sebagai kaum liberal atau kritikus Alkitab dari segi sejarah dan sastra. Secara kasar hal ini mengacu pada satu gerakan teologis yang berkembang dari pemikiran Eropa pada abad ke tujuh belas dan ke delapan belas. Gerakan ini dipengaruhi oleh Spinoza, Kant, dan Hegel, yang dengan nalar manusiawi menyimpulkan bahwa Alkitab sebagian atau seluruhnya bukanlah penyataan dari Allah.

Tiga Kebertan Terhadap Argument Teleologis
  1. Menaruh kepercayaan: Argument yang berasal dari analogi pernah bisa memberikan bukti   yang bersifat konklusif.
  2. Sebuah penjelasan Alternatif: tidak ada satupun pemikiran yang enyangkal eksistensi Allah. Meskipun demikian pemikiran-pemikiran tersebut mengilustrasikan dasar-dasar yang membuat orang menganggap pemikiran teologis sebagai pemikiran yang inkonlusif atau tidak bersifat menyimpulkan.
  3. Sebuah keberatan Final: Dengan adaanya keterbatasan ruang akan mencoba memikirkaan hanya satu beratan yang ditambahkan terhadap pemikiran teologis.[6]


Di blog ini ada lagi makalah filsafat dari beberapa penulis. Untuk menemukan klik halaman pencarian di blog ini lalu ketik "makalah filsafat"

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Tidak dapat dipungkiri bahwa Filsafat telah memberikan sumbangsih dalam mendorong pemikiran mansia yang dapat menghasilkan penemuan dan penegrtian yang rahasia.[7] Sehingga manusia pun mulai mengunakan rasio untuk dpat mengungkapkan suatu kebenaran yang dicapai termasuk juga perkembangan ilmu teologi. Dengan begitu dapat dinyatakan bahwa kekristenan tidak lepas dari erdebatan filsafat pada zamannya. Apalagi bapak-bapak gereja, bapa gereja yang tersohor yaitu Agustinus menyatakan dictum yang bergema bahwa “segala kebenaran adalah Allah”, yang telah mewarnai jalannya rel filsafat dengan teologi. Dengan demikian dalam pandangan tersebut, filsafat merupakan sebuah alat yang patut dipertimbangkan relevasinya. Sejarah mencatat bahwa filsafat telah dengan indah menjadi pelayan bagi teologi yang efektif. Dimana para teolog dan apologis masa lalu hingga kini telah berhasil menggunakan filsafat sebagai sarana transportasi dan pengertian iman Kristen. Filsafat juga diprakarsai untuk menjadi titik tolak, sekaligus menajd tolak ukur dari kebenaran teologi.

2. Saran
Berdasarkan penjelasan dan kesimpulan yang telah diijabarkan, penulis memberikan saran antara lain sbebagai berikut: Membuang adanya asumsi-asumsi dari filsafat yang bertentangan dengan wahyu Allah.[8]






                                         



[1]Colin Brown, Filsafat dan Iman Kristen (surabaya, momentum. 2005), hal 147.
[2] Olaf Herbert Schumann, Filsafat & Agama(Jakarta:BPK Gunung Mulia,2006)xvii.
[3]Colin Brown, Filsafat dan Iman Kristen 2 (surabaya, momentum. 2005), hal 176-180.

[4]Colin Brown, 2005.filsafat & iman Kristen 2.surabaya.momentum.hal.13-15
[5]Norman L. Geisler & Paul D. Feinberg, Filsafat Dari Perspektif Kristiani(Malang:gandum mas,2002) hlm 277-279.
[6] Roland H. Nash, Iman Dan Akal Budi (Surabaya: Momentum, 2001) hlm 204-209.
[7]Colin Brown.Filsafat & Iman Kristen 1, Momentum 2011) hlm ii.



Related Posts

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter