Nehemia - Makalah Kepempinan Menurut Kitab Nehemia

Post a Comment


MAKALAH
Kepemimpinan Menurut Kitab Nehemia




Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah :
Teologi Perjanjian Lama



PROGRAM  SARJANA TEOLOGI (S.Th.)
Dosen Pengampu:
Dr. Edi Sugianto, M.Th




Oleh :
Andreta Y. Sihombing



SEKOLAH TINGGI TEOLOGI TABERNAKEL INDONESIA
                                                                       (STTIA)       
                         

Selamat datang di berbagai kumpulan makalah bila anda rindu mau menemukan topic yang ada bahas ketik di halaman pencarian blog ini yang ada di atas…


BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang umum kitab
Ezra dan nehemia adalah pemburu yang hidup sezaman pada periode pascapembuangan. Seperti para pendahulu mereka, yaitu Hagai dan Zakharia, mereka mempunyai pelayanan yang saling melengkapi di Yerusalem baik yang bersifat fisik maupun yang rohani. Kedua orang itu datang ke Yerusalem dari susan di Persia selama pemerintahan Arthasasta I (464-424 SM) dan keduanya adalah orang-orang yang terhormat di kalangan istana Persia. Berdasarkan garis keturunan Ezra sebagai sekertaris atau penasehat untuk urusan orang-orang Yahudi sedangkan Nehemia adalah seorang juru minum Raja Arthasasta (Neh.. 1:11; 2:1-2).

Menjadi seorang juru minum merupakan suatu kedudukan yang istimewa. Nehemia pada saat ia menerima berita mengenai Yerusalem  (Ezr. 4:7-23), dia meminta ijin untuk untuk berangkat ke Yerusalem, setibanya disana ia diangkat menjadi seorang gubernur (Neh.2:1) dan ia bersama dengan orang-orang Yahudi membangun kembali tembok-tembok Yerusalem selama 52 hari. Dalam pembangunan tembok tersebut terjadi perlawanan antara Nehemia dengan Sanbalat Tobia (seorang penentang utama Nehemia)[1], karena adanya.

Pada waktu ia kembali ke Persia pada tahun 445 atau 443 SM (2:6) yang cukup lama memicu terjadinya kembali bentuk-bentuk penyelewengan yang telah di tumpasnya itu terjadi kembali. Sehingga pada waktu ia kembali ke Yerusalem (1:6) memberi peluang bangkitnya kembali penyelewengan-penyelewengan yang luas, dan orang-orang lewi itu diusir keluar untuk bekerja diladang-ladang. Sehingga ia harus melakukan pembaharuan-pembaharuan segar.

2. Rumusan Masalah

  • Apakah dampak dari penyelewengan-penyelewengan tersebut ?
  • Bagaimana Nehemia melakukan pembaharuan itu ?

Garis besar:
  1. Nehemia di Persia mendengar berita meyedihkan ttang Yeerusalem dan doa-doanya kepda Allah (1:1-11)
  2. Raja artahsasta mengangkat dia bupati di Yeruslaem (2:1-11)
  3. Rencana membangun kembali tembok yang hancurkan (2:12-20)
  4. DAFTAR PEMBANGUNAN DAN PEMBAGIAN KERJA (3:1-32)
  5. Ancaman-ancaman yang terjadi , sindirian tajam (4:1-6), serangan mendadak (4:7-23) perpecahan di dalam (5:1-19) tuduhan-tuduhan palsu (6:1-14)
  6. Pembangunan tembok diselesaikan (6:15-7:14)
  7. Daftar orang-orang yang kembali dari pembuangaan  (7:5-73)
  8. Ezra dan orang-orang lewi membacakan dan menjelaskan hukum taurat (8:1-18)
  9. Doa bersama dalam pertobatan (9:1-38)
  10. Ikrar untuk taat ( 10:1-39)
  11. Daftar penduduk Yerusalem dan sekitarnya (11:1-36)
  12. Daftar para imam dan orang-orang lewi (12:1-26)
  13. Penahbisan tembok-tembok dan susunan ibadat (12:27-47)
  14. Penyalahgunaan dan pembaharuan (13:1-31)


BAB II
LANDASAN TEORI
1. Definisi Teologi
Teologi berasal dari akar kata dua istilah Yunani, theos  dan logos. Tehos berarti Allah atau ilah, dan Logos berarti perkataan atau firman. Jadi telogi adalah sebuah pengetahuan mengenai Allah. istilah ini diakai orang-orang Yunani jauh sebelum munculnya gereja Kristen untuk menunjukkan pada ilmu mengenai hal-hal ilahi. Sampai kerang kata teologi dipakai dengan makna umum dan luas. Misalnya dalam kamus besar bahasa Indonesia merumuskan teologi sebagai pengethuan ketuhanan mengenai sifat-sifat Allah, dasar-dasar kepercayaan kepda Allah dan agama yang terutama didasarkan pada kitab-kitab suci. Dalam gereja kristen teologi mulanya hanya membahas ajaran mengenai Allah yang kemudian menajdi lebih luas yaitu membahas keseluruhan ajaran dan praktik Kristen.

Tidak akan ada teologi tanpa keyakinan bahwa Allah bertindak atau berfirman, secara khusus dalam Yesus Kristus yang menggenapi perjanjian dengan umat Israel yang berarti bahwa ilmu teologi memperhatikan Alkitab secara umum dan kabar mengenai Yesus Kristus secara khusus. [2]

2. Sejarah kitab
Kisah dengan gaya bahasa yang tinggi mencatat dengan cermat peristiwa-peristiwa yang sangat penting mulai dari dekrit Koresy pada tahun 538 SM sampai pada masa jabatan Nehemia sebagai bupati untuk yang kedua kalinya di Yerusalem beberapa waktu sesudah tahun 433 SM. Dari catatan pemulangan ini terdapat tiga sumber sastra yaitu; 1. Pemulangan umat Ibrani ke Yerusalem dari pebuangan di Babel yang ttermasuk juga peembuangan kembali mezbah dan bait suci, 2. Kedatangan dan elayanan Ezra meliputi pembaharuan rohani masyarakat berdasarkan hukum musa, 3. Kedatangan dan pelayanan Nehemia yang meliputi perbaikan kembali tembok Yerusalem dan pembaharuan-pembaharuan yang terus berlangsung di dalam masyarakat dalam bidang sosial dan ekonomi. Dan tujuan dari kitab-kitab ini adlaah historiografis dengan memberikan kebtuhan untuk memelihara catatan meengenai pemulangan mat Ibrani dari pembuangan di Babilonia ke Yerusalem, dengan demikian Tuhan menumuhkan pengharapan dalam hati umat Israel pada masa pasca pembuangan dengan cara menunjukkan pemeliharaan Allah yang bekerja diantara raja-raja dan pemerintah-pemerintah.

Secara teologis kisah yang menceritakan pelayanan ezra dan nehemia untuk memulihkan kembali Yerusalem secara fisik dan rohani menegaskan janji-janji Yahweh untuk membaharui sisa-sisa Israel dan secara pragmatis sejarah ini mungkin berasaldari ewajiban yang dibebankan pada ezra dan nehemia untuk dapat memberikan penanggalan pengalaman mereka supaya dilaporkan dari pengalaman mereka dilaporkan kepada raja.

3. Teologis
Gagasan teologis  yang paling menonjol dari materi riwayat hidup Ezra dan Nehemia adalah pembaruan perjanjian dalam masyarakat pascapembuangan. Tujuan dari pembaruan tersebut adalah untuk memperbaiki perlakuan kejam dan berbagai perilaku tak senonoh di antara sisa-sisa Israel yang kembali dan menanamkan harapan serta mendorong semangat juang umat itu. orang-orang yang putus asa karena sepertinya diabaikan Allah untuk mereka dapat menyadari bahwa ketaatan pada ketetapan-ketetapan perjanjian Allah yang merupakan prasyarat yang wajib untuk dapat memperoleh berkat dari Allah dan pemulihan Israel sebagai pemilik kepunyaan-Nya yang khusus. Tema dari pembaruan perjanjian juga merupakan bagian dari agenda teologis penulis Tawarikh dalam pengaturan sumber-sumber sejarah kitab Ezra dan Nehemia. Bagi penulis Tawarikh pemulangan dari pembuangan di Babel merupakan suatu peristiwa keluaran baru untuk Israel.

4. Definisi Kepemimpinan
Seorang pemimpin sangat diperlukan oleh setiap bangsa, organisasi, institusi bisnis. Seorang pemimpin sangat dibutuhkan dalam keadaan yang krisis dibandingkan pada saat-saat normal. Seorang pemimpin pun harus memiliki kemampuan dalam menangani kerumitan dari setiap permasalahan yang ada berdasarkan integritas. Integritas dari seorang pemimpin dapat terlihat pada saat pemimpin menyelesaikan kerumitan persoalan dalam organisasi atau perusahaan dan lain sebagainya yang terdapat keunikan dan kerumitan yang berbeda.  Kepemimpinan merupakan suatu perilaku individu yang mengarahkan aktivitas kelompok untuk dapat mencapai sasaran bersama.[3]

BAB III
PEMBAHASAN
1. Kepribadian seorang pemimpin
Memiliki sikap peduli sama halnya dengan kepedulian orang tua kita, saat kita mendapatkan musibah, orang tua dan keluarga kitapun akan khwatir dengan keadaan dan kondisi kita. Dengan berbagai cara mereka melakukan agar kita dapat terselamatkan, kita dapat terbebas dari masalah yang datang menghampiri kita.

Hal tesebut terjadi pada Nehemia, dimana ia merasakan kesediahan yang mendalam saat ia mendengarkan keadaan yerusalem pada waktu itu hingga tembok-tembok di Yerusalem roboh. Kesedihan yang ia alami menggambarkan kepeduliannya terhadap Yerusalem dimana itu merupakan tempat kelahiranya. Dengan menangis, tidak akan mengubah kesedihannya itu menjadi sukacita. Oleh sebab itu ia pergi berangkat ke Yeerusalem untuk membangun kembali kota Yerusalem itu. walaupun pada saat itu nehemia menjadi orang kepercayaan raja Arathsasta, sebenarnya ia dapat memilih untuk tetap berada si zona nyaman, ia dapat menikmati kedudukannya di Istanah raja dan tidak berbuat apa-apa untuk kampun haamannya itu. tetapi Nehemia bukanlah tipe seoang pemimpin yang puas dengan berada di zona nyaman, dan merasa baik-baik saja ketika mendengar musibah yang menimpa saudara-saudaranya di Yerusalem. Berikut ini ada tiga karakteristik Nehamia, ialah: peduli, berdoa dan bertindak.

a. Peduli
Kepedulian Nehemia terhadap saudara-saudaranya data dilihat dengan kesedihannya yang mendalam, ia menerima kunjungan dari saudara-saudaranya dari Yerusalem. Setelah itu Nehemia bertanya-tanya kepada orang Yahudi yang terluput dari penawanan dan tetap tinggal di Yerusalem. Setelah itu Nehemia menyatakan kepeduliannya itu dnegan mendenagrkan apa yang dinyatakan oleh bangsanya, yaitu keluhan-keluhan mereka dan nasib mereka. Dan bukan pula ia hanya mendengarkan saja, tetapi ia juga menanggapi dan merespon dnegan baik apa yang menjadi keluhan dari bangsanya itu.

b. Berdoa
Kepedulian Nehemia terhadap nasib bangsanya itu dinyatakan dia dalam doanya kepada Tuhan. Nehemia mencari Allah, ia tidak bergantung pada kekuatannya sendiri walaupun ia berda dalam lingkungan yang baik, dimana ia tinggal dalam kekuasaan raja Artahsasta. Namun ia berdoa dengan kesungguhan hatinya yang paling dalam. Terlihat dari sikap hatinya, ia berkabung dan berpuasa serta berdoa siang dan malam diamana dalam doanya ia mengui dosa bangsanya itu dihadapan Allah. Nehemia juga mengakui dosanya dan dosa dari keluarganya sendiri bersama dengan bangsanya.

c. Bertindak
Nehemia merupakan seorang pemimpin yang bijaksana, ia bukan hanya peduli dan berdoa menyerahkan semuanya kepada Tuhan, tetapi ada respon yang baik dari Nehemia untuk ia datang ke Yerusalem melihat langsung keadaan kota itu. Nehamia pun bertindak dengan datang ke Yerusalem dan melakukan pembangunan kembali, apapun hasil akan ia lakukan di Yerusalem, hanya ia serahkan ke dalam tangan Tuhan, biarlah apa yang ia kerjakan ia boleh menerahkan kepada Tuhan dan Tuhanlah yang akan memberkati setiap pekerjaannya dalam mengusahakan kembali kota Yerusalem itu menajdi sediakala.[4]

2. Pengaruh Kepemimpinan Gembala
Kepemimpinan merupakan suatu hal yang dapat memberikan pengaruh, baik itu pengaruhi yang positif maupun yang negatife. Apabila pemimpin itu memberikan pengaruh yang baik dan pengaruh yang ia berikan semakin mendalam kepada bawahannya atau orang-orang disekitarnya maka pemimpin itu adalah seorang pemimpin yang hebat. Seperti seorang guru yang dapat memberikan pengaruh yang baik bagi anak didiknya.
Seorang pemimpin harus mampu untuk membawa pengikutnya menuju ke tempat yang seharusnya, yaitu mampu untuk menuju perubahan. Pengikutnyapun harus mau tunduk dan mau merubah pemikiran mereka atau sikap mereka. Karena dengan begitu akan mempermudah kepemimpinan dalam suatu organisasi tersebut. Namun sebelum pemimpin itu mengajak pengikutnya berubah, pemimpin itu harus terlebih dahulu menjadi pelaku perubahan. Maka dari itu, dalam hal ini bukan hanya pengikutnya saja yang dituntut berubah tetapi pemimpinnya pun ditutut untuk berubah terlebih dahulu agar dapat memberikan contoh teladan bagi para pengikutnya. Sehingga pemimpin dapat memberikan pengaruh terhadap pengikutnya.[5]
a. Menjadi teladan
Dizaman milenial banyak jemaat tidak lagi menyukai seorang pemimpin yang keras, tegas dan disiplin, karena mereka lebih memilih untuk hidup enak, bebas dari aturan-aturan, sehingga mereka boleh seenaknya mereka untuk melakukan atau berbuat sesuatu yang dianggap mereka benar dan menyenangkan. Namun, tanpa disadari pemimpin yang keras, tegas dan disiplin itulah seorang pemimpin yang baik, yang dipakai oleh Allah untuk menciptakan pembaharuan dalam kehidupan umat-Nya. Dalam Alkitab, salah satu tokoh yang menonjol dimana ia dapat memberikan teladan yang baik dengan kewibawaannya, ialah Nehemia. Dalam kepemimpinannya ia berhasil menciptaan  perubahan berdasarkan kualitas dari karakternya sendiri.
Dengan demikian sebagai seorang gembala dalam kepemimpinannya untuk memimpin jemaatnya haruslah memberikan yang terbaik bagi para jemaatnya, mampu memberi pengaruh yang baik dan dapat menjadi teladan bagi para jemaat yang dipimpinnya. 
b. Karakternya
Nehemia memiliki jiwa kepemimpinan yang sungguh sangat baik, ia menunjukkan keberaniannya dalam menghadapi bahaya yang besar, ia menunjukkan perhatian yang sungguh-sungguh terhadap kesejahteraan bangsanya, ia memiliki pandangan ke depan yang tajam. Namun, dalam tindakan-tindakannya itu terdapat kehati-hatian. Nehemia adalah seorang yang tegas, ia memiliki rasa empati yang tinggi, ia tidak memiliki sifat yang memihak dan ia juga adalah seorang pemimpin yang memiliki tanggung jawab yang baik, dimana ia akan melaksanakan tugas yang dipercayakan kepadanya dengan baik walau terdapat banyak kesulitan yang harus ia hadapi. Sehingga ia bisa mempertahankan kepercayaan penuh oleh para pengikutnya.[6]Begitupula dengan Paulus, dimana ia memberikan contoh teladan yang baik dan memiliki daya tarik  yang tidak berasal dari penampilan luarnya melainkan dari dalam dirinya, yaitu karakter, sikap, dan kepribadiannya.[7]

Maka dari itu, seorang pemimpin gereja haruslah memberikan contoh teladan berdasarkan karakter dan kepribadiannya yang baik dalam memimpin gereja, agar ia juga harus memberikan pengaruh bagi jemaat yang dipimpinya itu dan dapat mempertahankan kepercayaan yang diberikan oleh jemaat.

c. Kerohaniannya
Kerohanian seorang pemimpin dapat digambarkan seperti kerohanian dari Nehemia yang merupakan salah satu pemimpin dari bangsa Israel. Nehemia adalah seorang yang suka berdoa, dalam kehidupannya ia penuhi dengan berdoa kepada Allah, ia terus membangun relasi yang baik dengan Allah. Sehingga doa sudah menjadi suatu kebutuhan bagi dirinya dan sesuatu hal yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupannya sehari-hari (Neh. 1:4, 6; 2:4; 4:4, 9; 5:19; 6:14; 13:14, 22, 29). Dalam menghadapi musuhpun ia tidak membiarkan mereka untuk dapat mengalihkan perhatiannya dari tugas utamanya yaitu berdoa. Namun dibalik itu semua ia juga tetap berjaga-jaga dan penuh dengan kewaspadaan (Neh. 4:16) yang dimana ia memerintahkan para anak buahnya untuk memegang tombak,  Perisai dan panah, mengenakan baju zira dan para pemimpin berdiri di belakang kaum Yehuda. Akan tetapi yang terpenting dari semuanya itu adalah ia memiliki iman yang teguh kepada Allah (Neh. 4:20). Sehingga, ia mempu untuk mengalahkan musuh-musuhnya atas penyertaan dari Allah.[8]

Dengan demikian, para pemimpin haruslah memiliki hubungan atau relasi yang baik dengan Allah serta memiliki iman yang teguh kepada Allah, agar apapun yang telah direncanakan dapat terlaksana dengan baik. Karena banyak para pemimpin yang sudah memiliki perencanaan kedepannya namun banyak sekali kendala-kendala yang harus dihadapi, tetapi ketika seorang pemimpin memiliki iman yang teguh kepada Allah. Maka perencanaan yang sudah disusun pasti akan terlaksana.

3. Memberikan pengaruh terhadap bawahannya 
Menjadi seorang pemimpin bukan suatu hal yang mudah untuk itu perlu adanya ketetapan dan komitmen dari diri sendiri untuk dapat menjadi yang baik. Dalam hal ini dapat mengambil contoh Alkitab yaitu Paulus, seperti yang diketahui bahwa Paulus ini adalah seorang pemibimbing rohani yang dimana dia berkata bahwa jemaat Tuhan perlu untuk meniru dirinya. Hal itu bukan sesuatu hal yang menunjukkan bahwa dia adalah orang yang sempura sehingga umat Allah harus mengikuti dia. Paulus berkata demikian karena dia mau berusaha untuk dapat menjadi teladan yang mampu untuk memberikan pengaruh positif bagi jemaat Tuhan, karena dia sudah lebih dahulu mengalami pergumulan pertumbuhan terlebih dulu dari orang-orang yang dibimbingnya.[9]

1. Komunikasi yang baik 
Banyak pemimpin sekarang ini memiliki kemampuan berbicara yang baik,namun apa yang mereka katakan tidak dapat mereka pertanggung jawabkan. namun untuk menjadi seorang pemimpin yang baik dan dapat menciptakan perubahan adalah seorang pemimpin yang memiliki integritas, dalam setiap perkataan yang ia lontarkan ia harus mampu untuk dapat mempertanggung jawabkan. Kemampuan berbicara didepan umum adalah salah satu kemampuan yang dimiliki oleh pemimpin gereja, dimana ia harus memberitakan Firman Allah kepada jemaatnya. Dengan adanya kemampuan berbicara yang baik, maka akan meciptakan komunikasih yang baik juga anatara gembala dan jemaatnya. Hal tersebut merupakan modal untuk dapat memberikan pengaruh dan menambahkan keyakinan terhadap jemaatnya.

b. Tidak mementingkan kepentingan dirinya (tidak egois)
Pada saat nehemia diangkat menjadi seorang bupati di tanah Yehuda ia tidak mengambil bagian dari rakyat sama seperti bupati dan penguasa-penguasa sebelumnya yang telah memberatkan rakyat. Dimana mereka setiap harinya mengambil empat puluh syikal perak sebagai bahan makanan dan anggur dan menindas rakyat. Nehemia tidak seperti para penguasa yang dahulu memerintah, ia akan berusaha untuk menjadi seorang pemimpin yang baik bagi rakyatnya. Berdasarkan penjelasan diatas sudah sangat jelas bahwa Nehemia itu merupakan seorang yang melayani dengan ketulusan hatinya, ia tidak mau menjadi sama seperti para penguasa sebelumnya dengan memberatkan rakyatnya tetapi ia menginginkan untuk dapat menjadi seorang pemimpin yang baik bagi rakyatnya, menciptakan kenyamanan dan kesejahteraan bagi rakyatnya.

Karakter seorang kepala daerah sekarang ini sangat bertolak belakang dengan karakteristik yang dimiliki oleh Nehemia pada zamannya (ay.14) dimana ia mengatakan bahwa “sejak aku diangkat sebagai bupati di Tanah Yehuda, yakni dari tahun kedua puluh sampai tahun yang ketiga puluh dua pada zaman pemerintahan raja Artahsasta, ada duabelas tahun lamanya aku tidak mengambil pembagian yang manjadi hal bupati. Tetapi Nehemia tidak demikian, ia memiliki karakter dan sikap yang jauh berbeda dengan para pemimpin pada waktu itu, karena ia takut akan Allah (ay.15). Sikap seperti itulah yang dibutuhkan dizaman sekarang ini. Dengan demikian, kita membutuhkan seorang pemimpin yang memiliki sikap sama seperti Nehemia yang takut akan Allah. karena Negara kita membutuhkan seorang pemimpin seperti Nehemia.

Seorang pemimpin yang baik dan peduli terhadap rakyatya adalah peemimpin yang takut akan Allah, yang peduli terhadap rakyatnya, ia tidak mencari keuntungan atau tidak memberatkan rakyatnya, tetapi mensejahterakan kehidupan rakyatnya.

c. Bersikap rendah hati
Pada waktu mereka telah siap utuk membangun tembok itu, maka didengar oleh Sanbalat bahwa mereka telah siap dan akan membangun keembali tembok yang telah roboh itu, sehingga Sanbalat kembali untuk menghina dan mengolok-olok mereka, tetapi oleh karena iman percaya mereka kepada Tuhan, apa yang diperkatakan Sanbalat tidak menajdi masalah bai mereka dan mereka tetap untuk dapat membangun dan ingin untuk dapat menyelesaikan pembangunan itu. tetapi ketika Sanbalat itu mendengar hal itu, ia mengajak orang-orangnya untuk sepakat memerangi Yerusalem  dan mengadakan kekacauan disana. Tetapi hal itu tidak membuat orang-orang Israel menjadi takut dan gentar, karena mereka memiliki Allah yang senantiasa menjaga dan melindungi mereka dari orang-orang yang akan berbuat jahat kepada mereka. Mereka hanya dapat berharap kepada Allah, bahwa Allah yang akan melindungi mereka. Mereka tidak hanya berserah penuh kepada Tuhan tetapi mereka juga bertindak dengan melakukan penjagaan siang dan malam. Nehemia memberikan penguatan kepada para imam dan penguasa dengan berkata “ jangan kamu takut terhadap mereka! Ingatlah kepada Tuhan yang maha besar dan dahsyat dan berperanglah untuk saudara-saudaramu, istri-istrimu dan anak-anakmu.

Terdapat banyak keluhan-keluhan dari orang-orang Yahudi kepada Nehemia bahwa mata pencaharian mereka telah tidak ada lagi, sehingga membuat anak laki-laki mereka menjadi budak dan anak perempuan mereka menjadi milik orang lain. Pada waktu nehemia mendengar hal itu ia sangat marah dan memberikan nasehat-nasehat pada para imam dan penguasa bahwa apa yang mereka perbuat itu adalah salah dan tidaklah patut untuk mereka lakukan, hal itu tidak seharusnya diperbuat mereka, tetapi bersikap takut akan Allah. hal itu membuat para imam dan penguasa sadar, sehingga mereka mengadakan perjanjian bahwa mereka tidak akan melakukan hal semacam itu kembali dan apabila ada yang mengingkarinya, maka akan dikebas oleh Allah. Sehingga seluruh rakyat memuji-muji Allah.

Prinsip-prinisp teologis
  • Menjadi seorang pemimpin yang baik, ialah; Memprioritaskan Tuhan dalam memulai segala sesuatu
  • Percaya bahwa tiada yang mustahil bagi Tuhan
  • Seorang pemimpin yang baik adalaha tidak memiliki keegoisan


BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Nehemia adalah seorang juru minum raja Arthasastra yang kemudian pada saat ia mendengar kondisi kota Yerusalem begitu menyedihkan dikarenakan terjadinya kerusakan yang parah membuat Nehemia sedih hingga beberapa hari hingga ia berdoa, berpuasa dan mau mengakui kesalahannya kepada Tuhan. Nehemia ingin untuk menolong Yerusalem, namun padad saat ia berencana untuk menolong ia menyerahkan semuanya kepada Tuhan. Hingga pada saat ia memulai kembali Yerusalem ia mengutamakan Tuhan dalam setiap perencanaannya.

Nehemia memiliki jiwa kepemimpinan yang sungguh sangat baik, ia menunjukkan keberaniannya dalam menghadapi bahaya yang besar, ia menunjukkan perhatian yang sungguh-sungguh terhadap kesejahteraan bangsanya, ia memiliki pandangan ke depan yang tajam. Namun, dalam tindakan-tindakannya itu terdapat kehati-hatian. Nehemia adalah seorang yang tegas, ia memiliki rasa empati yang tinggi, ia tidak memiliki sifat yang memihak dan ia juga adalah seorang pemimpin yang memiliki tanggung jawab yang baik, dimana ia akan melaksanakan tugas yang dipercayakan kepadanya dengan baik walau terdapat banyak kesulitan yang harus ia hadapi. Sehingga ia bisa mempertahankan kepercayaan penuh oleh para pengikutnya.[10]Begitupula dengan Paulus, dimana ia memberikan contoh teladan yang baik dan memiliki daya tarik  yang tidak berasal dari penampilan luarnya melainkan dari dalam dirinya, yaitu karakter, sikap, dan kepribadiannya.[11]

Dengan demikian bahwa untuk menjadi seorang pemimpin tidaklah mudah, ada banyak tantangan dan rintangan yang harus dilaluinya. Begitupula Nehemia, saat ia memimpin orang-orang Yerusalem dalam pembangunan kembali tembok Yerusalem, ada banyak tantangan dan bahkan hinaan yang mereka terima, namun mereka senantiasa Nehemia terus memberikan semngat dan mengingatkan mereka agar tetap memfokuskan diri mereka kepada Tuhan dan percaya bahwa Tuhan akan menolong mereka dalam menyelesaikan pembangunan tembok Yerusalem tersebut.

2. Aplikasi
  • Memprioritaskan Tuhan dalam segala aspek kehidupan
  • Menyadari kesalahan dan menjadi lebih baik
  • Tidak mudah goyah dengan apa yang terjadi







[1]Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid-I M_Z
[2]B.F.Drewes & Julianus Mojau.Apa itu teologi?: pengantar ke dalam ilmu teologi (Malang:
BPK.Gunung Mulia) hal.16-17
[3]Yosafat B. Integritas pemimpin pastoral.(Yogyakarta: ANDI, 2010) hlm 127-128
[4]W.R.F. Browning. Kamus Alkitab ADictionary of the Bible. 2008 (Malang:Gunung Mulia) hal 289
[5]George Barna, Leaders On Leadership(Malang:Gandum Mas, 2015) 233-234
[6] J. Oswald Sanders, Kepemimpinan Rohani, (Jawa Barat: Kalam Hidup, 2017) 211-214.
[7]Johny The, menjadi pemimpin yang unggul dengan strategi marketing Paulus, (Yogyakarta:ANDI)
[8] J. Oswald Sanders, Kepemimpinan Rohani, (Jawa Barat: Kalam Hidup, 2017) 211,218.
                                                                                                                                                           
[9]Berbuah dalam Kristus: Pemuridan Melalui Waktu Teduh (Yayasa Gloria )161
[10]J. Oswald Sanders, Kepemimpinan Rohani, (Jawa Barat: Kalam Hidup, 2017) 211-214.
[11]Johny The, menjadi pemimpin yang unggul dengan strategi marketing Paulus, (Yogyakarta:ANDI)

Related Posts

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter