Makalah Tafsiran Kitab Ayub

Post a Comment

Penulis: Karminah
TAFSIRAN KITAB AYUB
40: 1- 28

Bab I
Pendahuluan

Kitab Ayub merupakan kitab puisi dan merupakan sastra hikmat dalam bentuk drama. [1]Pertanyaan retorika adalah pertanyaan tanpa ada jawaban langsung yang terjadi dalam kitab Ayub. Karena Tuhan tidak memberi jawaban langsung pada pertanyaan yang diajukan oleh Ayub kepada Tuhan. Allah tidak memberi jawaban alasan tentang penderitaan yang dialami Ayub. Perlu di catat bahwa campur tangan Allah dalam perdebatan , sama sekali tidak merupakan pendapat atau argument .[2] Sebenarnya guna dari penyataan Allah ialah bermaksud baik bukan mengejek  maupun menghina Ayub.  Allah  menghendaki agar Ayub merendahkan diri . Kemuliaan dan kebesaran Tuhan terdapat dalam seluruh ucapan yang ramah-tamah itu. Sesuatu yang menarik dari pembicaraan Allah dengan Ayub mengenai makhluk hidup yang aneh – aneh rupa dan sifatnya. Tentu Ayub mengetahui maksud ironi yang tersembunyi dalam ucapan itu. Tuhan menunjukkan kepada Ayub, bahwa Ayub tidak mempunyai pengertian sedikitpun tentang cara Tuhan memerintah alam, dengan itu ditunjukkan pula ketidaksanggupan Ayub sama sekali untuk menghakimi cara Tuhan memerintah di bidang moral, yang lebih sukar dipahami dan bersifat rahasia.  Satu penjelasan yang lain bahwa Allah ingin menunjukkan kepada mausia tentang tidakan apa yang tepat dalam menghadapi penderitaan. Yang penting jawaban langsung atas pertanyaan mengapa orang yang tidak bersalah menderita ? tidak diterangkan di manapun juga dalam jawaban Allah.Tuhan tidak saja menyetujui rumusan terlalu sederhana tentang satu misteri yang begitu dalam.. Mulai Dengan tantangan agar Allah menjelaskan dilema pribadi sendiri  dan sehingga meluas yang cukup besar yang mencangkup orang tertindas, tetapi mengingat perhatian Ayub pada dasarnya bersifat egosentris. Walaupun dia mencari jawaban untuk persoalan yang bersifat universal maka cara – Nya sendiri , Allah menjawab melalui badai (40: 1) dan Ia menjawab dengan makhluk ciptaan-Nya yaitu kuda Nil  (40: 1-19) dan buaya (40: 20- 28).[3]

Persoalan pokok kitab Ayub
Menurut Hassel Bullock , persoalan yang paling nyata dalam kitab Ayub ialah penderitaan orang benar. Berbicara tentang kitab  Ayub secara teologis ada yang berpendapat bahwa persoalan pokoknya ialah masalah kejahatan, kemakmuran dan penderitaan orang benar bahkan ada juga yang berpendapat keadilan Allah, kejujuran ataau ketulusan hati orang benar.[4] Kesusahan-kesusahan atau penderitaan sering menyebabkan seseorang memikirkan pertanyaan ini? Mengapa harus menderita ?apakah penderitaan yang dialami orang benar karena hukuman Tuhan ? C. Hassel Bullock berpendapat bahwa manusia tidak dapat mengetahui misteri Ilahi selain Tuhan  pribadi.[5]Sahabat –sahabat Ayub berusaha untuk memecahkan masalah yang di hadapi sahabatnya yaitu Ayub , mengapa Ayub menderita padahal dari pandangan ketiga sahabatnya bahwa Ayub hidup benar di hadapan Allah?

Jawaban Allah mengingatkan manusia bahwa alam semesta pada semesta pada dasarnya bersifat teosentris. Sehingga tidak ada manusia yang tahu akan rahasia Allah. Walaupun banyak mengenai keadilan ilahi belum jelas bagi Ayub. Menurut sahabat bahwa Ayub telah melakukan pelanggaran kepada Allah sehingga Ayub mendapatka ganjaran apa yang telah dilakukan. Sahabat Ayub membenarkan Allah dengan mengorbankan Ayub sedangkan Ayub membenarkan dirinya sendiri dengan mengorbankan Allah (40:2). Penderitaan merupakan sebuah misteri dalam kitab Ayub mengingatkan bahwa prinsip merupakan refleksi dari Allah yang misterius serta yang menyatakan diri-Nya sendiri. Jawaban Allah mengingatkan bahwa Tuhan adalah satu pribadi, bukan satu prinsip.[6]Perlu diketahui bahwa sebenarnya tidak mudah memastikan apakah penderitaan itu selalu berhubungan dengan dosa atau tidak. Maksud dari sahabat Ayub itu hanya ingin  menghibur tapi menuduh Ayub yang tidak benar. Karena temann-temnya melihat bahwa ayub orang saleh sehingga berpikir karena ada berpendapat bahwa Ayub menabur yang tidak baik sehingga beranggapan penderitaan itu merupakan karena kesombongan, Ayub menabur kejahatan dan melakukan dosa sehingga mengalami penderitaan  bahkan  istrinya meninggalkan Ayub.Tetapi, sikap tetap percaya bahwa Allah tetap terbaik. Jika menerima yang baik , sekarang tidak mau menerima yang tidak baik. Jika manusia melakukan maka akan mendapat yang baik tapi jika melanggar  atau melakukan doa maka bukan berkat yang didapat tapi kutuk atau penderitaan tapi Ayub hanya memandang pada Allah bukan pada perkataan sahabat-sahabatnya.  Janji Tuhan di genapi dan Allah memulihkan keadaan Ayub bahkan berkalilipat dari apa yang dimiliki dari semula, itulah yang membuktikan Ayub adalah orang benar.

Bab II
Pembahasan
Tuhan Menjawab Ayub
 Ayub 40:1
Maka dari dalam badai Tuhan menjawab Ayub.”
Suara dari dalam badai menunjukkan bahwa Tuhan memperhatikan hidup Ayub.  Yang terlebih dalam lagi artinya bagi Ayub, ialah bahwa suara dari dalam topan itu menyatakan  kepadanya bagaimana Tuhan, yang nampaknya berdiam diri dan tidak berkata-kata sesungguhnya menaruh belas kasihan kepada Ayub!. Suara dari dalam badai bermaksud mengajar Ayub , supaya Ayub berharap kepada Tuhan sendiri tanpa meminta keterangan –Nya. Walaupun dalam keadaan sengsara Ayub tetap berharap kepada Tuhan yang penuh kasih dan  benar. Suara yang terdengar ditelinganya disertai dengan Roh Allah, yang menerangi hati Ayub sehingga mendapat pngertian baru bahwa dilihatnya dirinya terlalu hina di bandingkan alam semesta dan Allah Yang Mahakuasa , lalu Ayub sujud menyembah dan berkata jawab apakah yang dapat kuberikan kepada-Mu? ‘Mulutku kututup dengan tangan’. Kemudian menundukkan kepala serta berkata,tapi pengakuan masih belum sepenuhnya itulah sebabnya suara dari dalam badai itu masih terus berfirman sampai Ayub diajar dan diyakinkan sepenuh-penuhnya. Ayub 42:1-6 . Pokok dari firman Tuhan yang disampaikan dari dalam badai yaitu Ayub tidak dimaksudkan untuk mengetahui keterangan-keterangan penderitaannya, akan tetapi Allah menaruh perhatian dan simpati. Maksud Allah ialah supaya berharap kepada Allah saja.[7] Pidato dari Allah dengan Ayub pada pasal ini hampir sama dengan pidato pertama (38:1). Sekali  lagi Allah hadir dalam badai yang menunjuk akan keagungan –Nya dan memperlihatkan batas antara Allah dengan manusia.[8]

Ayub 40:2
 “Bersiaplah engkau sebagai laki-laki ,Aku akan menanyai engkau dan engkau memberitahu Aku”
Bersiaplah engkau sebagai laki-laki ini merupakan penuturan Allah kepada Ayub sebagai pria yang berwibawa (Ibr: giber )  Menyuruh Ayub untuk bersiap , mengikat pinggang sebagai pria yang berwibawa yang menghadapi situasi yang baru. Berarti Tuhan ingin supaya Ayub jangan menjadi seorang pria yang cengeng, lemah dan tak berdaya tapi menjadi seorang yang kuat dalam menghadapi situasi  dan kondisi apapun jangan pernah menyerah. Para sahabat Ayub datang untuk menghibur, untuk  ikut berdukacita terhadap apa yang dialami oleh Ayub. Disaat sahabat melihat keadaan Ayub yang penuh borok dari kepala sampai Ayub berada di abu bahkan untuk menggaruk badannya memakai beling.  Dengan  keadaan yang sangat menderita sahabat-sahabatnya menuduh yang bukan-bukan tentang Ayub sehingga Ayub memiliki pikiran yang di miliki sahabatnya. Elias, Bildad dan Zofar berkesimpulan bahwa orang yang menderita itu karena dosa. Perkataan yang keluar dari mulut sahabatnya untuk Ayub membuat marah karena Ayub merasa tidak bersalah dihadapan Allah. Ayub mengatakan di pasal 6:29-30 ; 13:18 ; 34:5-6 . Ayub mengatakan “perintah dari bibir – Nya tidak kulanggar, dalam sanubariku kusimpan ucapan mulut-Nya (pasal 23:12).  Kesedihan dan misteri menambah penderitaan karena hinaan dan luka yang dialami Ayub karena bencana yang menimpa kehidupannya. Mereka duduk dan memandangi Ayub selama tujuh hari tujuh malam tanpa mengucapkan sepatah katapun .[9]

Ayub 40:3
“ Apakah engkau hendak meniadakan pengadilan-Ku, mempersalahkan Aku supaya engkau dapat membenarkan dirimu?’’
Dalam terjemahan Bahasa Indonesia Sehari-hari dikatakan demikian: Apakah hendak kausangkal keadilan-Ku, dan membenarkan dirimu dengan mempersalahkan Aku? Di sini nyata sekali Allah mengangkat sikap congkak yang mendorong Ayub untuk menantang Allah.  Sikap seperti ini merajalela di dunia (40:1-9) yaitu kuda nil dan buaya, binatang yang Allah ciptakan sungguh congkak dan berbahaya..[10]Menurut C. Bijl menjelaskan maksud Tuhan mengecam sikap Ayub supaya Ayub benar-benar menyadarinya atas kebodohanya dan sikap kesombongan dan telah mengandalkan kemampuan sendiri dan memakai pikiranya.[11]Ayub terdorong untuk mengatakan seperti itu karena kekerasan sahabat dan tuduhan-tuduhan yang dilontarkan sahabatnya kepada Ayub. Sahabatnya menyimpulkan bahwa penderitaan yang dialami Ayub adalah karena penghukuman . Apa yang di lakukan sahabatnya membuat Ayub menjadi marah dan berkata sahabatnya merupakan penghibur sialan .

Dengan menuduh Allah bertindak tidak adil , Ayub telah melakukan kesalahan sama seperti para sahabatnya . Sahabatnya membenarkan Allah dengan mengorbankan Ayub , sedangkan Ayub membenarkan diri sendiri dan mengorbankan Allah (40:2).[12]

Ayub 40: 5-9
Pada pasal  40:5-9 Tuhan mengambil posisi moral. Tuhan menantang Ayub . Apakah Ayub sanggup menundukkan kejahatan dan orang –orang yang sombong. Bahwa Tuhan ingin menyatakan kuasa yang dimiliki kepada Ayub bahwa Tuhan yang berkuasa dan sanggup untuk merendahkan dan merendahkan orang yang jahat (40:6-7). Bahwa Tuhan memegang pundak Ayub dan memberikan suatu pernyataan tegas kepadanya. Dan apa yang dikatakan –Nya kepada Hamban-Nya? Suatu pernyataan seperti ini: Ayub dengarkan Aku, Akulah Allah. Engkau hamba-KU. Tuhan berwenang atas engkau. Aku yang berkuasa  dan penjunan, Engkau (Ayub)  tanah liat ,yang harus dibentuk dan dicetak , ini adalah suatu perkataan tentang penegasan bahwa Ayub hanya seorang hamba , Tuhanlah yang berkuasa dan Ayub harus menurut sesuai penjunan. [13]Dengan demikian keadilan moral dikukuhkan[14]Tuhan menantang Ayub untuk mengatur dunia manusia dengan baik (40:5-7). Selanjutnya , jika manusia terlalu berat bagi ayub, Tuhan masih mempunyai tantangan –tantangan diantara makhluk ciptaan yang besar dan bahaya tetapi tidak berakal budi. Ayub di suruh Tuhan untuk belajar dari kuda Nil (40:10-19) dan Buaya (40:20-28). Pada pasal 8-9 menjelaskan bahwa Ayub tidak dapat melakukan satupun dari hal-hal yang diluar pikiran manusia. Dibandingkan dengan Tuhan Allah , Manusia tidak akan pernah bisa “ menunjukkan bahwa hanya Allah yang berkuasa. Manusia tidak akan pernah berhasil ‘ menunjukkan kemampuannya, ia tidak akan pernah berhasil menghancurkan orang-orang fasik.  Menunjukkan kepada Ayub bahwa Allah mengasihi Ayub. [15].

Ayub 40: 10-28 :
Lukisan tentang Kuda Nil dan Buaya
Tuhan tidak memberikan jawaban atas pertanyaan –pertanyaan Ayub, tetapi Allah menanggapi dengan melihatkan  akan contoh binatang kuda Nil (behemoth ) dan Buaya ( Lewiatan ). Behemoth sesuai  dengan namanya merupakan bentuk jamak untuk kata “ kehormatan , dari kata Ibrani berarti “ menunjukkan kebesaran dan kekuatan”. Binatang tersebut mewakili kekuatan yang besar dan tidak tidak dikendalikan oleh pengertian.  Tuhan memilih kedua binatang itu berada paling atas dalam rantai makanan . Keduanya tidak terintimidasi . Binatang dapat menjaga diri meskipun berada di hutan liar. Hampir semua binatang tunduk kepada binatang tersebut.  Dan jika tidak tunduk maka akan harus membayar harga yang mahal, bahkan dengan nyawanya sendiri.  Itu menunjukkan bahwa sekuat dan sebesar apapun binatang tapi Allah yang berkuasa karena Allah yang berdaulat atas segala ciptaan dan Tuhan yang mampu menjinakkan.

Lalu bagaimana dengan Ayub yang berani menyombongkan diri dihadapan Allah. Tuhan mengecam Ayub sombong dan angkuh, yang mengkritik kebijakan-Nya. C. Bijl menyatakan bahwa sudah seharusnya Tuhan bertindak demikian. Sebab keangkuhan itulah yang menghalangi Ayub untuk percaya bahwa setiap tindakan Tuhan adalah baik dan penuh hikmat.  Pada zaman dulu untuk menangkap atau membunuh makhluk yang raksasa harus menusuk hidungnya atau menutup hidungnya. Ketika seorang membuka mulutnya , pemburu akan menusukkan sebuah tomak buatan tangan ke dalam tenggorokannya, dan membunuhnya. Sungguh luar biasa ! Ayub sedang mendengarkan dan mengerti. Bahkan satu spesies binatang cukup untuk membuatmu mundur , Ayub  bukan tandingan sesuatu yang kuat seperti binatang itu. Jika Aku Tuhan , cukup kuat untuk menciptakan dan mengendalikan makhluk yang kuat dan mengerikan seperti ini, Aku Allahmu yang seharusnya mendapatkan kepercayaanmu, ketaatanmu, dan penyembahanmu. [16]Penekanan Tuhan pada kedua binatang adalah Tuhan yang mempunyai sendiri Kuasa akan binatang liar yang berada di rawa-rawa.

Bab III
Kesimpulan

Kitab Ayub merupakan  kitab yang dramatis karena berisi tentang orang yang benar, saleh dan orang yang terkaya tapi mengalami penderitaan yang luar biasa. Seharusnya seseorang yang di kasihi Tuhan mengalami hidup yang aman dan kebahagiaan tapi ini sebaliknya. Tapi Ayub mengatakan jika menerima yang baik dari Allah mengapa tidak mau menerima yang tidak baik. Semua Ayub yang dialami  Tuhan atas  izinkan . Orang yang menderita berhak atas penghiburan yaitu kesusahanya di perhatikan .

Ketiga sahabat ayub datang untuk menemani dan memberikan simpati tetapi kemudian menjadi penghibur sial karena sahabat tidak memperhatikan situasi khas ayub, tetapi menghadapi sahabatnya dengan ajaran sebab-akibat dan melihat penderitaan sebagai akibat kesalahanya sendiri.  Sahabat ayub berbicara tentang Allah melihat sebagai penghukuman atas dosa yang dilakukan, sehingga menyuruh Ayub untuk  bertobat darI dosa dan kesalahan yang dilakukan.  Sebagai seorang sahabat yang baik , jika ada seorang sahabat mengalami penderitaan seharusnya memberikan penghiburan, kata –kata yang membangun dan memberikan dorongan untuk tetap kuat dan setia. Jangan seperti sahabat Ayub. Meskipun Ayub mengalami penderitaan yang luar biasa tetap setia kepada Allah, Ayub tetap bersyukur apa yang dialami ,

Meskipun Ayub menunjukkan kadang Ayub ada marah atas ketidakadilan Tuhan kepada Ayub. Karena Ayub mengerti akan rencana Allah dan memahami apa yang Allah izinkan, Maka Ayub berkata dulu saya hanya mendengar dari kata orang saja tapi sekarang Ayub bisa melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa Allah yang berdaulat dan berkuasa. Sekarang Ayub menerima berkali lipat  dari semula yang dimiliki dan Tuhan mengembalikan segala apa yang Tuhan ambil. Sebagai manusia tidak akan tahu apa yang akan terjadi besok, maka dari itu tetaplah waspada dan berhati menjalani hidup ini supaya kehidupan tetap berkenan kepda Allah. Penderitaan yang terjad bukan suatu yang membuat manusia mati dan tidak ada harapan rasanya Tuhan meninggalkan. Ingat Tuhan selalu memegang tangan orang percaya . Kasih karunia Allah memberikan kekuatan seperti seorang pahlawan yang akan mencapai kemenangan. Nasihat atau hendak yang akan di sampaikan lebih bermakna jika nasihat itu melalui pendekatan dengan cara mungkin memberikan perkataan yang membangun, jangan menghakimi, tapi kasih dorongan untu lebih kuat an bahwa Tuhan pati akan menolong . Jangan pernah memperkatakan kata yang yang membuat menjadi down tapi tetap semangat , jangan pernah menyerah bahwa segala sesuatu yang Tuhan izinkan semuanya ada maksud dan tujuan. Semua yang ada di dunia hanya sementara tapi ingat ada janji yang Tuhan berikan bagi yang tetap setia di dalam Tuhan.






[1]W.s. Lasor, D.A. Hubbard, and F.W. Bush, Pengantar Perjanjian Lama ( Jakarta : BPK Gunung Mulia. 2015), 125

                2  Sastro, Soerdirjo, Menggali Isi Alikitab, ( Jakarta : Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1974), 66

                        3   C. Hassel Bullock, Kitab-kitab puisi dalam Perjanjian Lama, (Malang: Gandum Mas 2014), 145-146
[4]Ibid, hal 89-90
[5]C. Hassel Bullock, An Introduction to the Old Testament Poetick Books ( Chicago : Moody Press, 1982) 108
[6]Ibid 148


[7]Baxter, Menggali Isi Alkitab 2; Ayub s/d Maleakhi , hal 70-72
[8]Marie, dkk, Ayub Bergumul dengan Penderitaan, Bergumul dengan Allah.  (Jakarta: BPK. Gunung Mulia 2016), hal 145
[9]Charles, Ayub Seorang dengan ketabahan yang heroik, (Jakarta: Nafiri Gabriel, 2009) hal 7
[10]  Ibid , 144  (marie )
[11]  C. Bijl, Ayub sang Konglomerat (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2004) hal 78
[12]  Ibid, 148
[13]  Ibid 342 ( Ayub seorang ketabahan yang heroic)
[14]   Donald Guthrie, Tafsiran Alkitab masa kini 2 Ayub-Maleakhi ( Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2004) hal 111
[15] Ibid ,147
[16]  Ibid ,345

Related Posts

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter